Setelah hampir dua jam perjalanan aku memutuskan untuk beristirahat sebentar untuk memikirkan kemana arah yang ingin aku pilih, karena tempat yang aku cari belum juga kutemui. Pikiranku bertanya tanya dimana aku berada sekarang? Suasana tempat itu memang terlihat biasa. Langit senja yang berwarna jingga disertai awan dengan warna senada. Matahari senja dengan cahaya jingganya terlihat dari sela-sela pohon. Serta hembusan angin sepoi sepoi seakan rerumputan menari bersamaku. Tetapi, entah kenapa aku merasa aneh dengan suasana ini. Walaupun saat itu yang ada dipandangan ini hanya terlihat pepohonan yang amat rimbun.
Di sebuah pohon besar tempat aku melamun, mengkhayal tentang segala hal yang aku inginkan.
“konyol!?” ya, memang sangat konyol keinginanku ini.“mustahil!?” itu memang benar, keinginanku ini memang sangat mustahil untuk terjadi. Tapi memang benar-benar aku sangat ingin keinginan yang sering menjadi judul dalam khayalanku itu terjadiLolongan binatang malam mulai terdengar sayup suara angin senja pun mulai hilang,sekarang aku menurunkan pundakku hampir tidak percaya sampai saat ini juga aku belum bisa menemukan petunjuk apa pun dari tempat yang aku cari, benar-benar frustasi dengan semua yang kulakukan ini.Apakah semua ini hanya akan menjadi kesia-siaan saja. Sedari tadi yang kutemui hanya keputusasaan, dimana sekarang aku berada sebenarnya pun aku tidak tahu.Aku sempat berpikir kalau batu kristal itu sebenarnya tidak ada, atau bahkan sudah didapatkan oleh komlpotan profesor Azura. Sehingga peejalananku ditempat ini hanyalah sia-sia saja.Tak lama Allura muncul setelah aku terlihat berputus asa di dalam perjalananku, "Kau masih ingin melanjutkan perjalanan ini Akira!?" cetus Allura."Apa maksudmu, tentu saja aku harus mencari kristal itu!" elak aku, sebenarnya aku juga mulai tak yakin dengan apa yang kulakukan ini."Sebaiknya kau menyerah saja Akira! mungkin kau tidak a
Aku terbang ke udara mengendarai papan terbangku, tapi tiba-tiba saja sang naga muncul menerobos pepohonan yang rimbun dan kemudian mengejarku sambil terus menyerang dengan semburan apinya itu, aku semakin panik lalu mencepatkan pelarianku darinya. Beberapa kali aku bisa menghindari semburan api yang keluar dari mulutnya itu. Tapi apa daya tubuhku semakin lelah dengan pelarian ini, saat ia sekali lagi menyerangku dengan semburannya, api itu hampir terkena bagian tubuhku dan aku pun tidak dapat mengendalikan diri lagi, keseimbanganku tergoyahkan sehingga membuatku terjatuh dari atas papan terbangku menyusur melewati pepohonan pada akhirnya tergeletak ditanah. "Arrrgh!!"Cahaya keemas-emasan menembus selaput meniadakan gelap itu, cahayanya mengantar ke dalam ruang dimensi semu. Putih, hampa, luas sejauh mata memandang. Ada pergerakan yang berdesir deras di rongga telinga, ia melaju sangat cepat dan lurus namun tak terlihat apapun. Menghimpit secara perlahan, ada insting yang me
Setelah melewati ruang waktu, aku benar-benar terkejut saat itu. Tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, aku seperti tidak mengenali tempatku berpijak sekarang. Begitu asing. "Apa yang sudah terjadi!?" Rumah profesor sudah rata tak nampak lagi bentuknya, seperti habis terkena serangan. Hatiku begitu cemas saat itu, aku memalingkan mata keseliling tempat tersebut hancur semuanya, "Dimana mereka semua, Belinda!" tubuhku seketika lemas hingga bersimpuh ditanah. "Arrrggghh!!!!" teriak aku dengan tangan terkepal memukul ketanah.Malam berselimut asap pekat di kota itu. Suara bising mesin-mesin kendaraan berlalu-lalang, Gemerlap cahaya warna-warni lampu kota telah membutakan penduduk yang berdesakan tinggal di dalamnya. Angin malam menyerbak, membekukan hingga ke rongga-rongga tulang, seakan meneror penduduknya untuk tetap terjaga dalam realita, seakan meneror penduduknya takluk dalam mimpi-mimpi tiada akhir.Terlihat dari atas langit di balik awan. Melesat sebuah
Mataku mengerjap, aku terbangun di atas sofa yang ada di laboratorium kecil. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah profesor Javier yang sedang sibuk melakukan pekerjaannya. Kepalaku nyeri bukan main, aku tidak mampu mengingat apa yang terjadi denganku.Aku memperhatikan tempat itu lampunya sedikit redup. Lantainya pun kotor seperti tempat yang jarang sekali dipakai. Atap-atap mulai berlubang di sana-sini dan juga rapuh.“Tempat apa ini prof?” gumam aku pelan.aku beranjak berdiri dengan langkah gemetar. Di ambang pintu, Mario menoleh ke arahku. Dengan cepat ia beranjak mendekat ke arahku."Kau sudah sadar Akira!?" kata profesor."Biar aku bantu,” tawar Mario.Aku mengulurkan tangan karena tubuhku sedikit sulit digerakan.Mario memapahku ke meja makan kemudian duduk berhadapan. Hidangan di atas meja mengeluarkan aroma yang membuat aku lapar. Aku menelan ludah sendiri, memegangi perutku yang bergemuruh. Memang sudah be
Malam yang kutunggu telah tiba. Aku berdiri tegap layaknya seseorang yang sedang menyiapkan dirinya untuk masuk ke dalam ruang kesunyian.Pukul 21.00. Waktu dimana hampir separuh manusia mulai tertidur. Termasuk aku. Tapi, aku mempunyai sebuah alasan tersendiri kenapa aku begitu gugup untuk tidur.Ketika angin berhembus kencang, aku melihat pohon-pohon yang bergoyang di hadapanku. Pasti akan terasa melelahkan bagi dedaunan yang melekat pada cabang pohon rapuh.Seperti cabang yang berusaha menggenggam daun dengan erat. Semuanya sia-sia kala angin hadir dan membawanya pergi tanpa arah.Tiba-tiba saja terdengar suara bisikan, aku mendengarnya beberapa kali, dari dalam hutan. Entah apa itu? tapi tanpa sadar aku melangkahkan kaki ke dalam sana. Aku mencari sumber suara tersebut.Ada sebuah sinar di ujung sebelah barat, menyita perhatianku. Sinar putih yang semula kecil, lalu bermetamorfosis menjadi besar lalu membesar hingga mega giga besar.Sementara
Hari ini sudah datang, hari yang menentukan segalanya.Sesuatu akan berakhir hari ini, entah itu aku, kami, atau pun mereka.Ini adalah saat-saat terakhir untuk kita semua, kematian adalah takdir yang terpampang jelas di hadapan kami.Profesor Javier sudah menyatukan kristal dengan Arloji milikku dan Mario. Tapi kami belum tahu kekuatan apa yang akan dihasilkan oleh benda yang kami pakai sekarang ini.Kami berdua berdiri di bawah gempuran para musuh, robot yang kami lawan. Di sebuah kota yang tadinya terlihat damai kini menjadi ladang pembantaian. Saat ini, tengah terjadi sebuah perang penentuan. Pasukan musuh yang terkenal akan kebarbaran dan kekejaman mereka yang tak kenal ampun, berusaha menghancurkan yang ada di tempat itu, dimana aku berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan mereka satu persatu.Sedari tadi aku tidak melihat profesor Azura yang sangat ingin kubunuh jika bertemu, bahkan aku belum tahu keberadaan kekasihku Belinda ada dimana?
Aku mengenali sosok yang baru saja datang dihadapan kami saat ini, dia adalah wanita pemanah yang pernah aku temui. Melihatnya aku langsung bersiaga, karena aku tahu dia dari pihak musuh. Mungkin saja dia akan melakukan serangan secara tiba-tiba.Wanita itu mendengus ketika melihat reaksi sigapku, "Tenang agen Akira, kau tidak perlu khawatir dengan kedatanganku." ujar wanita itu."Siapa dia Akira!?" tanya Mario."Dia musuh yang pernah aku hadapi, berhati-hatilah kalian!" perintah aku."Aku datang untuk menikmati pertempuran ini, tapi tidak untuk melawan kalian." ujarnya."Apa maksudmu!?" tanyaku."Namaku Lyara, sekarang aku akan membantu kalian." berseru dia membuat aku tersentak dengan ucapannya itu, sekarang dia malah berpihak kepada kami. "Aku akan urus sisanya, aku harap kau bisa mengalahkan naga itu Akira!" lanjutnya sambil berbalik badan lalu menyerang para robot dan monster yang masih tersisa.Sementara itu sang naga semakin me
Detik demi detik terus berlalu. Mengiringi tiap desah napas yang kuhirup dan kuhembuskan.Waktu terus merangkak. Tanpa terasa bilangan hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Dan di setiap bulan yang tergenapi dan terganti. Sudah 2 tahun sepeninggalan sahabatku Mario yang telah pergi menyusul orang-orang yang kusayangi pergi ke surga, sekarang aku hidup berbahagia bersama Belinda. Aku pun menikahinya dan memiliki satu orang anak laki-laki yang begitu lucu, namanya Aero.Dan juga berkat perperangan itu aku bisa menyelamatkan ibuku, senang rasanya bisa berkumpul lagi. Sayangnya keluarga kami tidak utuh. Aku sangat berterimakasih sekali dengan sahabatku dan profesor Javier, sekarang hidupku menjadi membaik. Walaupun terkadang batin ini selalu merasa ada yang kurang.Hidup memberi banyak pengalaman..Pengalaman yang paling tidak bisa dilupakan bahkan diterima sekalipun adalah pengalaman ketika harus menerima kenyataan yang sebenarnya dan melewati itu dengan