LOGINSetelah menelepon, Kevin sudah mempersiapkan kata-katanya.Namun yang dia dengar hanyalah suara mesin, "Nomor yang Anda panggil saat ini tidak dapat dihubungi, silakan coba beberapa saat lagi."Kevin merasa seperti disiram seember air es yang menyegarkan namun membuat ngeri, dia terpaku beberapa detik sebelum sadar bahwa Raisa telah memblokirnya.Raisa benar-benar memblokirnya?Berani sekali dia memblokirnya!Kevin hampir tidak mampu menahan amarah yang membuncah di dadanya.Dia teringat Dina.Dina yang geram karena Raisa telah memblokirnya, datang kepadanya untuk mengeluh. Kevin tidak mengerti perasaan Dina saat itu, tetapi sekarang dia mengerti.Tidak, dia merasakan hal yang sama!Sopir itu hampir mati ketakutan karena Kevin. Dia curiga itu ada hubungannya dengan Raisa, sama seperti terakhir kali di bandara, ketika dia hampir mengalami serangan jantung. Saat ini, dia sungguh berharap bisa mengundurkan diri dari sana.Sebuah dengusan dingin terdengar. "Berikan ponselmu!"Jantung sopir
Melihat Raisa tetap tenang, Marco menyeringai dengan puas, "Ngomong-ngomong, Kak Kevin membelikan rumah untuk kakakku. Rumahnya besar dan strategis, biar kakakku gampang ke kantor. Kak Kevin menemaninya sepanjang waktu, dan mereka memilihnya bersama-sama. Raisa, Kak Kevin nggak pernah sebaik ini padamu, kan? Apa kau jadi gila karena cemburu?"Mirna mendengakan, memperhatikan Raisa.Raisa memang kejam terhadap tantenya, tetapi dia sangat mencintai Kevin dan telah bergantung padanya selama tiga tahun. Raisa mewarisi kecerdasan tinggi kakaknya, namun juga keteguhan hati yang sama begitu dia menaruh hati pada seseorang. Kini setelah bercerai, apakah keponakannya yang tercinta itu benar-benar bisa melupakan Kevin? Mirna pernah memiliki harapan aneh untuk kakaknya, Mona. Bahwa Mona tidak begitu sempurna, hanya orang biasa. Dengan begitu, sebagai seorang adik, dia akan bisa mengejar dan mencapainya.Kini, harapan itu jatuh pada putri kakaknya. Layaknya iri hati, bukan berarti dia benar-ben
Apa lagi yang bisa Mirna katakan? Dia berdiri, memegang tasnya, dan berkata, "Maaf, Aku pasti sudah merusak selera makanmu. Kau lanjutkan saja. Aku sudah bayar tagihannya."Mirna pun berbalik dan pergi. Raisa menatap punggungnya yang menjauh, lalu mengalihkan pandangannya.Wajahnya tetap dingin saat memandang hidangan yang masih mengepul harum di depannya, namun dalam hati dia bersyukur Rian tidak menyusulnya.Jika Rian tahu, dia pasti akan marah besar.Dia bahkan akan memarahi Raisa karena datang menemui tantenya, sambil mengejek, "Datang ke sini cuma buat dimarahi? Bodoh!"Kehidupan dan pekerjaan Raisa sehari-hari sangat membutuhkan tenaga fisik yang besar, jadi dia tidak pernah membatasi makanannya.Karena belum kenyang, dia pun lanjut makan.Selain Rian yang datang lebih awal untuk menguping, ternyata ada juga Yumi.Yumi yang tahu Raisa tidak mengenalinya, terang-terangan duduk di meja terdekat. Yumi memesan makanan untuk dirinya sendiri, makan sambil mendengarkan dengan seksama.
Rian merasakan rasa sakit yang mendadak di rahangnya.Sejak kecelakaan ibunya, kakaknya menikah, sedangkan mengenai ayahnya sendiri, dia sudah melupakannya.Rian tiba-tiba merasa sepenuhnya sendirian. Dia pun melihat dunia ini dengan sangat jernih, menjadi sinis, dan juga membenci Raisa yang dengan mudah menikah tanpa peduli pada nasibnya? Padahal Rian kan adiknya!Jadi selama beberapa waktu, Rian memperlakukan Raisa seolah-olah dia tidak ada, memutuskan semua hubungan. Bahkan ketika Raisa mencarinya, dia menolak untuk menemuinya.Namun kini, untuk pertama kalinya, Rian menyadari dengan jelas bahwa meskipun pernikahannya mendadak, kakaknya selalu peduli padanya.Di dunia ini, hanya Raisa yang bisa memperlakukannya dengan begitu baik, dan hanya dia yang bisa melakukan hal-hal yang Rian yakini tulus tanpa syarat, tanpa motif tersembunyi.Sama seperti ketika dia menghadapi kesulitan, pada akhirnya Raisa yang menolongnya. Bukan orang lain, melainkan Raisa, kakak perempuannya. Sebenarnya
Raisa benar-benar mirip Mona.Mirna tidak menjawab, "Kau mengumumkan perceraianmu di media sosial. Jadi Tante khawatir dan ingin tahu gimana kabarmu." Karena tantenya telah mundur selangkah, Raisa tentu saja mengikuti kata-katanya, "Aku baik-baik saja sekarang." Kekhawatiran Mirna beralih kembali padanya. "Perusahaan Rian sedang dalam masalah. Kau dan Kevin sudah bercerai, dia nggak bisa membantumu. Jadi gimana dengan Rian?"Wajah Raisa menjadi dingin. "Tante, kau sengaja, kan?"Mirna bertanya, "Apa?"Raisa berkata, "Masalah perusahaan Rian itu atas perintah Kevin ke Marco, kan? Sekarang kau suruh aku minta bantuannya Kevin? Bukannya itu lucu?"Raisa melanjutkan, "Dan Marco? Kau sekarang ibu tirinya. Ngomongin ini di depanku sama seperti menampar wajahku. Tante, jangan bilang kau nggak tahu kalau ini ulahnya Marco."Wajah Mirna menjadi dingin. "Raisa, aku cuma khawatir. Kenapa kau malah marah?"Raisa menyeringai, "Kalau Tante anggap ini sebagai kepedulian, biar aku jelasin, aku nggak
Raisa menutup telepon.Dia tidak lagi merasakan kegembiraan seperti dulu saat tantenya menghubungi dirinya, wajahnya terlihat datar. Hati tantenya sudah sepenuhnya tertuju pada keluarga barunya, tetapi bagaimanapun juga, keponakan tertuanya baru saja bercerai, sebagai orang tua pasti harus sesekali menanyakan kabar. Raisa mengirim pesan kepada Rian tentang hal itu, tetapi dia tidak membalas.Rian adalah pria yang memiliki perbedaan yang jelas antara cinta dan benci, jika dia tidak menyukai seseorang, pasti tidak akan pernah menunjukkan wajah ramah.Sedangkan, Raisa tidak menolak.Karena tantenya bukan Kevin, sehingga mereka tidak akan berselisih seumur hidup. Lagipula, dia masih harus meminta bantuan tantenya untuk merawat nenek. Kerabat yang memiliki ikatan darah berbeda dengan mantan yang sudah cerai dan tidak lagi ada hubungan. …Waktu istirahat siang. Raisa pergi ke restoran yang telah mereka sepakati untuk bertemu.Suasananya menyenangkan, ada banyak karyawan kantoran yang dat







