Share

Bab 6

Author: Patricia
"Sudah seharusnya aku minta maaf atas tindakanku yang nggak rasional dan impulsif dulu. Ini adalah utangku padanya."

Kelly hampir tersedak anggur yang diminumnya. Dia terbatuk dua kali dan berkata dengan wajah yang penuh penolakan, "Tolong, jangan libatkan aku dalam hal ini, Kak."

"Kamu tahu sendiri, satu-satunya mata kuliahku yang gagal dan harus mengulang adalah mata kuliah pilihan dari Bu Freya. Setiap kali ketemu Bu Freya, aku langsung gemetaran. Lagian, aku ini orang yang nggak dikenal. Mungkin dia bahkan sudah lupa siapa aku. Aku benar-benar nggak bisa bantu kamu."

Melihat Kelly menghindar seperti itu, Nadine tidak memaksanya lagi.

"Tapi ...." Mata Kelly berkilat licik dan nada bicaranya berubah, "Aku punya seseorang yang cocok untuk masalah ini."

"Hmm?"

"Kamu masih ingat kakak sepupuku, Arnold, 'kan?"

Nadine menyesap sedikit air hangat dan mengangguk. "Tentu saja ingat."

Arnold adalah pionir termuda dalam bidang fisika di dalam negeri. Tahun lalu, dia dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh ilmuwan muda yang paling berpengaruh di dunia oleh majalah Nature.

Dia dulu belajar di bawah bimbingan Freya di jurusan ilmu biologi terapan. Dalam dua tahun, dia sudah menerbitkan lima makalah di jurnal SCI, membuatnya disebut-sebut sebagai genius yang diharapkan bisa membawa perubahan besar di dunia biologi.

Namun entah mengapa, dia tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke bidang fisika. Keputusan itu sempat menimbulkan kehebohan. Akan tetapi, memang terbukti fakta bahwa seseorang akan berhasil di bidang mana pun asalkan berbakat. Sekarang, Arnold adalah tokoh penting dalam dunia fisika internasional.

Nadine dan Arnold pernah satu universitas meskipun berbeda angkatan dan dia adalah senior Nadine. Ketika baru masuk, Nadine sudah mendengar banyak cerita tentang Arnold dan setelah berteman dengan Kelly, baru dia tahu bahwa Arnold adalah sepupunya.

Selama beberapa tahun terakhir, Arnold bekerja di sebuah institut fisika di luar negeri. Baru tiga bulan yang lalu dia kembali ke negara asal.

"Kak Arnold juga menanyakan kondisi Bu Freya beberapa hari lalu, tapi dia belum sempat mengunjunginya. Kalian bisa pergi sama-sama," kata Kelly yang semakin yakin bahwa ini adalah ide yang bagus. Lalu, dia langsung menelepon Arnold.

Telepon berdering dua kali sebelum tersambung .... Nadine mendengar suara rendah yang dingin dan tegas di seberang sana, "Ada apa?"

Kelly menjelaskan situasinya dengan singkat. Di belakangnya terdengar agak bising, tampaknya Arnold sedang sibuk. Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, teleponnya sudah ditutup.

"Beres! Kak Arnold sudah atur pertemuan besok jam dua siang di Restoran West Coast untuk membicarakan hal ini," kata Kelly sambil menggenggam tangan Nadine. "Kamu istirahat saja malam ini, sisanya kita bahas besok," tambah Kelly.

Nadine mengangguk, "Terima kasih."

Keesokan harinya.

Nadine keluar rumah setengah jam lebih awal. Saat tiba di restoran, dia melirik jam tangannya. Masih ada dua menit sebelum jam dua siang. Tidak terlalu awal ataupun terlambat. Dia mendorong pintu masuk dan pelayan membawanya ke meja yang dituju. Saat mengangkat pandangannya, dia melihat seorang pria duduk di dekat jendela.

Arnold sedang meminum kopi dengan ekspresi tenang dan dingin. Dia mengenakan kemeja putih yang sederhana dengan celana panjang hitam, serta kacamata dengan bingkai emas bertengger di hidungnya. Cahaya matahari jatuh di sisi wajahnya, tampak bagaikan sebuah lukisan.

Sebaliknya, Nadine yang hanya memakai kaus putih, celana jeans, dan rambutnya dikucir kuda, kelihatannya terlalu santai. Dia merasa agak kurang cocok dengan suasana di sini. Merasakan pandangan Nadine, Arnold menoleh.

"Duduklah, mau minum apa?"

Suara rendah yang halus terdengar oleh Nadine dan membuatnya tersadar. Dia menarik kursi di depannya dan duduk.

"Maaf, sudah lama nunggu," kata Nadine dengan nada menyesal.

Arnold mendorong kacamatanya sedikit dan berkata dengan datar, "Nggak terlalu lama. Aku juga cuma datang lima menit lebih awal. Ada beberapa data di laboratorium yang perlu kuselesaikan, jadi aku cuma punya waktu 30 menit hari ini. Cukup?"

"Cukup," jawab Nadine.

Pelayan datang dan Nadine memesan segelas air lemon.

Arnold langsung membahas topik inti, "Apa yang kamu harapkan dariku setelah ketemu Bu Freya?" Arnold tidak berbasa-basi sama sekali.

Nadine sangat menyukai sikap yang blak-blakan seperti ini. Dia pun menyampaikan maksudnya, "Bu Freya sudah keluar dari rumah sakit, tapi sekarang aku nggak tahu alamat tinggalnya yang baru. Jadi, aku berharap kamu bisa membawaku untuk berkunjung. Kalau memungkinkan ...."

Tatapan mata Nadine berkilat sekilas, lalu melanjutkan, "Waktu Bu Freya marah, bisa nggak kamu bantu menenangkannya? Maksudku, marah itu nggak baik buat kesehatan, 'kan?"

Mendengar hal itu, pria di depannya tampaknya tersenyum samar. Nadine melanjutkan, "Aku tahu kamu sibuk sekali, jadi kamu yang tentukan saja waktunya."

Arnold mengangguk, "Oke, dua hari lagi."

Nadine mengucapkan terima kasih. Sambil memegang gelas air lemon, dia tiba-tiba bertanya, "Kenapa ... kamu mau bantu aku?"

Arnold menatapnya dengan mata yang hitam pekat selama beberapa saat. Ketika Nadine mengira dia tidak akan menjawab, pria itu akhirnya berbicara, "Karena kamu adalah Nadine."

Nadine kebingungan.

"Bu Freya pernah bilang ...." Arnold meminum kopinya, lalu melanjutkan dengan tenang, "Sampai saat ini, ada tiga hal yang menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya. Pertama, penelitian yang sangat luas, sedangkan hidup ini terlalu singkat. Kedua, nggak punya anak dan ketiga ... Nadine."

Nadine terdiam, jarinya mencengkeram telapak tangannya. Tatapan Arnold yang tajam mengarah padanya. Tebersit rasa penasaran dan pengamatan yang mendalam, tetapi ekspresinya kembali tenang dalam sesaat.

Ini adalah pertama kalinya Arnold bertemu dengan Nadine, tapi bukan pertama kali dia mendengar namanya. Seorang gadis yang dianggap sebagai salah satu dari tiga penyesalan terbesar oleh Freya. Bahkan bisa mengimbangi penyesalannya terhadap hidup, penelitian, dan keluarga ... apa yang membuat Nadine begitu istimewa?

Tenggorokan Nadine terasa kering dan dia menundukkan pandangannya sedikit. Dia bahkan bisa membayangkan tatapan Bu Freya yang kecewa setiap kali membicarakannya. Arnold mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan serangkaian angka.

"Ini nomor ponselku."

Nadine meliriknya, tulisan tangannya rapi dan indah.

....

"Ini tiramisu yang Anda pesan."

Saat pelayan meletakkan makanan di meja, dia diam-diam mengamati kedua tamu di depannya. Pria dengan wajah tampan itu tampak tak acuh dan tidak sabaran. Di depannya, duduk seorang wanita dengan gaun merah Dior dan tas Hermès Constance putih. Dari penampilannya, dia jelas merupakan putri dari keluarga kaya.

Wanita itu tampaknya tidak menyadari rasa jengkel pria tersebut dan terus berbicara tanpa henti, "Reagan, aku dengar dari Bi Tania lambungmu sering bermasalah. Keluargaku punya dokter spesialis untuk gangguan lambung, nanti ...."

Reagan hanya memainkan korek apinya dan sesekali menanggapi dengan anggukan singkat. Kencan ini diatur oleh Tania. Berhubung Reagan sudah datang, dia juga tidak ingin membuat keributan. Namun, dia sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan wanita itu.

Tiba-tiba, pandangannya terhenti pada sesuatu di kejauhan dan dia langsung duduk tegak. Dalam jarak beberapa meja di depannya, Reagan melihat Nadine sedang duduk berhadapan dengan seorang pria. Meski tidak bisa mendengar pembicaraan mereka, tapi dia bisa melihat senyuman tipis di wajah Nadine.

Suara wanita di sebelahnya yang tadinya masih bisa ditoleransi, kini mendadak terasa mengganggu dan membuat suasana hatinya semakin buruk. Reagan menyeringai dingin sambil memalingkan pandangan.

"Aku harus pergi." Arnold memang memiliki jadwal yang sangat padat, jadi bisa meluangkan waktu selama 30 menit sudah sangat maksimal baginya. Nadine mengerti akan hal itu dan mereka berdua pun berdiri bersamaan.

Ketika mereka meninggalkan restoran, Arnold melangkah maju terlebih dulu dan menahan pintu dengan tangannya. Kemudian, dia memberi isyarat kepada Nadine untuk keluar lebih dulu. Sikapnya sangat sopan.

Nadine tersenyum, "Terima kasih."

Setelah sampai di pinggir jalan, Arnold berkata, "Mobilku sudah datang."

Nadine mengangguk, "Sampai jumpa lusa."

Setelah berdiri di tempat dan mengawasi kepergian Arnold, Nadine baru berbalik. Namun ketika berbalik, dia tidak sengaja bertemu dengan sepasang mata yang penuh dengan ejekan. "Cepat sekali sudah ketemu pengganti?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (16)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
panas yaaaa .... rasain !! mau cepet dapat pengganti bukan urusan mu
goodnovel comment avatar
Mera Kelwarany
Nadine mencari ciinta sejatinya
goodnovel comment avatar
Yopa
suka jalan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 745

    "Aku memang belum pernah menerbitkan jurnal, belum ada hasil akademi. Tapi, gimana dengan hasil-hasil yang dimiliki Nella selama ini? Memangnya kamu nggak tahu apa-apa?"Mata Diana sedikit berkilat. "Aku nggak paham apa yang kamu maksud.""Kamu mungkin lupa, sebagai putri Keluarga Yudhistira, aku paling nggak kekurangan uang dan relasi. Cuma perlu sedikit uang, aku sudah bisa sewa orang buat cari informasi tentang Nella. Mudah saja. Kamu tahu apa yang aku temukan?"Diana tampak terkejut."Di dunia ini nggak ada hal yang begitu kebetulan. Bu, margamu dan marga Nella sama. Kalian punya hubungan keluarga, 'kan?""Terus, kenapa?" tanya Diana. Nada bicaranya keras, tetapi terkesan rapuh.Clarine tersenyum mengejek. "Kenapa? Nilai Nella waktu SMP jelek banget, tapi pas SMA tiba-tiba jadi genius. Bukan cuma menang berbagai kompetisi, dia juga menerbitkan makalah yang dimuat di majalah bergengsi. Apa perlu aku bantu kamu cari tahu semua detailnya?""Kamu ...." Diana terdiam, tubuhnya gemetar k

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 744

    Kompetisi Ilmu Hayati Mahasiswa Nasional diadakan setahun sekali. Tiga tahun lalu, kompetisi ini secara resmi masuk dalam daftar peringkat kompetisi mahasiswa nasional untuk perguruan tinggi umum yang dirilis oleh kelompok kerja evaluasi dan manajemen kompetisi perguruan tinggi asosiasi pendidikan tinggi.Sejak saat itu, kompetisi ini menjadi salah satu ajang akademik tingkat nasional yang diakui oleh kementerian pendidikan.Ini juga merupakan kompetisi paling bergengsi di bidang ilmu hayati untuk mahasiswa di seluruh negeri.Kompetisi ini terdiri dari dua kategori, penelitian ilmiah eksploratif dan inovasi kewirausahaan yang dibagi dalam jalur berbeda dan berlangsung dalam periode yang sama.Tujuannya untuk menguji kemampuan inovasi mahasiswa dan proses penelitian eksperimen mereka.Tanpa diragukan lagi, Nadine jelas akan ikut serta. Begitu mendengar kabar ini, Mikha dan Darius langsung bersemangat hingga menggosok tangan mereka. Bagaimanapun, bonus nilai di akhir semester saja sudah

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 743

    Bahkan, Jinny tidak panik meskipun nilai rata-rata ujian akhirnya hanya 70 dan ada beberapa mata kuliah yang nilainya pas-pasan. Toh dia memang tidak ambil pusing soal itu. Untuk apa capek-capek mikirin hal yang bukan prioritas?Sebagai perempuan, kuliah tinggi-tinggi, mengejar gelar dari kampus top, pada akhirnya tujuannya hanya untuk menikah dengan pria mapan dan hidup enak.Saat ini, dia duduk di antara Nella dan Clarine. Wajahnya tenang, tidak terburu-buru, seolah-olah dia hanya penonton yang tidak terlibat.Nella tahu Jinny punya pacar tajir dan sekarang tidak peduli lagi pada urusan akademik. Wanita ini hanya ingin menikah dengan pria kaya.Nella paling jijik dengan tipe-tipe perempuan yang hanya mengandalkan pria kaya dan ingin hidup sebagai istri manja.Namun, yang membuatnya bingung adalah Eden juga terlihat santai seperti Jinny. Laboratorium mereka sedang dalam masa perbaikan. Selain Diana, orang yang paling panik seharusnya adalah Eden!Beberapa topik riset penting yang dita

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 742

    Diana menantang, "Pergi saja! Kalau aku kena masalah, kamu juga bakal kena batunya!"Clarine membalas, "Siapa takut ...."Diana menyipitkan mata. "Clarine, kayaknya kamu lupa gimana dulu bisa keterima S2?"Langkah kaki Clarine langsung terhenti.Diana tertawa kecil. "Aslinya kamu itu nggak lulus tes. Kalau bukan karena aku buka jalan untukmu, kamu pikir kamu bisa berdiri di sini hari ini?""Silakan saja kalau kamu mau lapor, aku nggak akan halangi. Pokoknya kalau harus jatuh, kita jatuh bareng. Kalau aku dipecat, kamu yang masuk pakai cara kotor dengan sogok sana sini juga bakal kena. Bagus, 'kan?"Clarine sampai gemetar karena marah. "Dasar nenek sihir jahat!""Jahat?" Diana mendengus. "Kita sama saja."Tanpa nilai tambahan dari proyek, nilai akhir semester Clarine benar-benar menyedihkan. Dia gagal di tiga mata kuliah. Nilai mata kuliah lainnya pun rata-rata cuma 70-an. Kalau orang lain tahu, dia bisa ditertawakan. Bahkan nilai Kaeso si penjilat itu pun lebih bagus dari dia!Setiap k

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 741

    Selain itu, laboratorium atas nama Diana dilaporkan karena tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran dan terpaksa menjalani perbaikan.Sampai sekarang pun perbaikannya belum juga disetujui. Selama masa itu, sudah pasti tidak mungkin ada hasil akademik apa pun. Jadi, dalam rapat kali ini, tim Diana jauh lebih sunyi dibanding sebelumnya.Kaeso yang biasanya setiap rapat selalu menyeringai sinis, kali ini justru diam seperti ayam di kandang.Wajah Clarine pun tampak masam. Karena laboratorium sedang dalam proses perbaikan, proyek riset yang sebelumnya susah payah dia rebut dari Diana juga ikut menguap.Saat dia mencoba meminta Diana mengaturkan proyek lain, dia malah langsung disemprot habis-habisan."Proyek! Proyek! Aku juga ingin proyek! Sekarang labku harus diperbaiki, semua proyek mandek. Terus, aku harus cari di mana buat kamu?""Lagi pula, kalaupun aku punya proyek, kamu yakin sanggup mengikuti ritmenya dan menghasilkan sesuatu yang konkret?""Jangan serakah kalau nggak sanggup!

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 740

    Nadine sempat termangu, lalu tertawa geli. "Ada! Tentu saja ada! Aku kasih ke kamu, kamu bantu kasihkan ke dia ya?""Oke, oke!"Nadine mengambil beberapa kaleng lagi dan meletakkannya di mobilnya."Hehe. Kak Nad, kamu baik banget!""Aku rasa kamu dan Darius cocok juga." Usai mengatakan itu, Nadine turun dari mobil, lalu menarik koper dan berjalan menuju gedung apartemen.Mikha sama sekali tidak menyadari nada menggoda dalam ucapan tadi. Dia mengeluarkan ponselnya dengan gembira."Halo! Darius! Kamu di apartemen nggak? Aku bawain dendeng dan saus daging sapi buat kamu! Ya, dari Kak Nadine."Di seberang sana, Darius menyahut, "Ya, aku di apartemen. Kamu datang saja.""Oke deh! Aku bakal sampai dalam 20 menit.""Hm, hm."Setelah menutup telepon, Darius segera berlari turun, mengenakan jaket, dan mengganti sepatu. "Nenek, siang ini aku nggak makan di rumah, malam ... malam juga nggak pulang!""Kamu mau ke mana?""Balik ke apartemen!""Eh? Bukannya sudah janji makan di sini hari ini?"Dariu

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 739

    Terutama Safir, selama dua hari ini tinggal di vila, matanya sudah membaik, pinggang juga tidak sakit lagi. Sepanjang hari dia tersenyum, makannya juga lahap sekali.Corwin sampai memanggil dokter pribadi, sopir, serta pengawal kemari. Sepertinya, mereka sudah siap untuk tinggal lama di sini.Irene sempat khawatir Jeremy tidak terbiasa. Hasilnya ...."Terbiasa dong! Kenapa nggak? Ibu bisa tanam bunga dan sayur bareng aku, Ayah juga bisa main catur sama aku."Sebelumnya, dia justru bingung apa yang harus dilakukannya selama liburan musim dingin. Irene kebanyakan menghabiskan waktu di ruang kerja untuk mengetik. Namun, sekarang Jeremy bukan hanya punya partner bercocok tanam, tetapi juga teman bermain catur.Irene hanya bisa tersenyum. Sepertinya dia yang berpikir terlalu jauh.Jeremy pun terkekeh-kekeh melihat istrinya. "Hehehe."Nadine hanya tinggal dua hari. Hari ketiga, dia langsung balik ke Kota Juanin. Eksperimen belum selesai, tesis juga harus dikejar sebelum tahun baru.Seperti o

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 738

    Rebut? Stendy langsung tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, harus yakin bisa direbut juga."Paulus berkata, "Kalau nggak coba, bagaimana bisa tahu nggak bisa direbut?""Kenapa? Kamu ingin merebut Bibi Irene? Hah. Kamu harus bisa melewati Kakek dan Nenek dulu," kata Stendy.Paulus yang tidak tahu harus bagaimana menanggapinya pun langsung menatap Stendy dengan tajam. "Wanita mana yang sebenarnya sudah meninggalkanmu? Coba ceritakan."Stendy pun terdiam."Bukankah tadi kamu begitu pandai melawan? Kenapa tiba-tiba jadi diam?" sindir Paulus."Kamu juga nggak kenal," jawab Stendy.Paulus juga tidak bertanya lebih lanjut lagi, melainkan mengangkat gelasnya. "Sini. Kita jarang bisa bertemu seperti ini, ayo kita minum."Klang.Setelah mengatakan itu, keduanya bersulang dan menelan kembali kekhawatiran masing-masing.Saat malam makin larut. Stendy yang sudah minum cukup banyak pun pandangannya mulai kabur. Sebaliknya, Paulus yang sudah minum banyak pun ekspresinya tetap terlihat sadar dan tang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 737

    "Apa? Pria berengsek ini begitu hebat? Datang ke bar untuk mabuk pun sampai bawa pengawal?" kata gadis itu."Mana tahu," jawab temannya.....Stendy sengaja meminta dua pengawal untuk mendekat. Setelah telinganya akhirnya tenang, dia kembali menuangkan segelas minuman untuk dirinya lagi. Namun, kali ini dia tidak minum dengan liar seperti semalam lagi, melainkan meminumnya perlahan-lahan dan ekspresinya datar. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba berhenti dan fokus pada tempat duduk yang tidak jauh darinya.Saat menyadari ada orang yang mengamatinya, Paulus melihat ke arah yang sama dan ternyata matanya bertemu dengan mata anaknya. Suasananya menjadi hening sejenak dan keduanya langsung mengalihkan pandangan mereka.Setelah berpikir sejenak, Stendy membawa botol minuman dan mendekati tempat duduk Paulus. Dia langsung duduk di samping ayahnya dan bertanya, "Wah, datang buat minum ya?"Paulus melihat ke sekeliling sekilas dan berkata, "Omong kosong."Jika datang ke bar bukan untuk minum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status