Di salah satu area hutan gunung agung. Tampak seorang pemuda sedang berjalan. Teriakan teriakan girang yang tampaknya berasal dari seekor beruk terus bisa di dengar. “Sial, aku sangat benci suara suara berisik ini,” keluh Surya menggerutu. Meskipun dia sangat terganggu, Surya terus berjalan ke satu arah dengan santai. Namun, meskipun dia telah berjalan ke satu arah untuk waktu yang cukup. Teriakan teriakan beruk itu bukanya memudar malah semakin berisik. Surya hanya bisa melihat dari sudut matanya diam diam memantau pihak lain. “Jelas beruk ini sedang mengincar ku,” pikir Surya. “Ukkk ukk akkk akk.” Beruk itu terus berteriak menghujani Surya dengan suara suara mengganggu. Entah apa pemikiran beruk itu, Surya hanya bisa membatu. “Sial, akan aku tunjukan kepadamu bagaimana caranya bermain dengan benar.” Saat itu juga Surya bertekad untuk memberi pelajaran kepada monyet itu. Dengan itu, Surya mulai bertingkah seolah anak ayam yang sedang dikerjai oleh segerombolan anak manusia.
Di bengkel datuk merah. “Dentang denting dentang.” Suara nyaring tubrukan logam pun terdengar dari tempat itu. Tampak seorang pemuda sedang melihat ke arah di mana seorang kakek sedang menempa. Kakek itu terlihat bungkuk, dia dengan semangat membenturkan palunya lagi dan lagi ke arah besi panas itu. Benturan dari palu itu membuat besi panas perlahan lahan merubah bentuknya. Dari awalnya hanya besi merah persegi biasa, kini menjadi persegi yang panjang. Pemuda itu terus memperhatikan setiap perilaku kakek itu, kini kakek itu mencelupkan besi panas itu ke dalam sebuah cairan yang tampak kental. “Cessss!” suara besi panas terendam air. Kakek itu kemudian mengangkat besi terendam itu, kemudian dia meletakkan ke dalam bara api. Setelah besi kembali memerah, kakek itu mengangkatnya menggunakan capit besi. Meletakan besi panas itu di atas landasan, kakek itu mulai memukul palunya lagi dan lagi. Proses itu terus menerus dilakukan berkali kali. Pemuda tegap itu dari tadi hanya bisa m
Rumah gadang keluarga Karambia. “Sial, anak itu pasti sengaja menargetkan keluarga kita!” Hijau marah. Melihat hal ini, Palapah hanya bisa diam diam menjadi jelek. Sementara itu Santan masih dalam keadaan bertanya tanya. “Apakah benar itu dia?” Meskipun Santan hanya bertemu dengan pihak lain satu kali, namun dia samar samar bisa mengetahui kepribadian pihak lain. Surya tampaknya tidak akan bertindak hanya karena sesuatu hal yang tidak masuk akal. Namun bagaimanapun Santan menilai pihak lain, yang jelas kini adalah bukti bahwa Sari yang terbaring di Kasur. Dengan itu, Santan terpaksa berpikir sesuatu di luar imajinasinya. “Atau apakah ini yang dimaksud uda?” Santan masih dalam keadaan yang bingung. Namun Hijau tampaknya sudah memutuskan pilihannya. “Sial aku akan memberimu pelajaran!” katanya sembari berjalan keluar. Melihat hal ini ,Santan hanya bisa mencegah. “Hijau jangan gegabah,” saran Santan. “Tapi paman ini sudah kedua kalinya, dan sekarang Sari yang terbaring di Kasu
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda sedang melakukan gerakan gerakan aneh secara berurutan. Dia terus menerus melakukan set gerakan itu berulang-ulang. Meskipun sudah tampak sangat Lelah, sosok pemuda itu terus menerus memantapkan dirinya agar tidak berhenti menggerakkan tubuhnya. “Huff sedikit lagi aku pasti bisa.” Sosok pemuda itu menggertakkan giginya sembari melakukan setiap set gerakan. Pemuda itu sangat gigih. Dia melakukan gerakan itu selama beberapa saat lagi sebelum akhirnya dia benar benar tumbang kelelahan. Dia kini bahkan tidak bisa menggerakkan satu jarinya pun sekarang. Tubuh pemuda itu tampak aneh, kulitnya mulai memerah darah. Ada sejumlah gelembung air di balik kulitnya. Itu seperti luka melepuh, namun gelembung kulit itu diisi oleh cairan berwarna merah. Pemuda itu terus menerus menstabilkan tubuhnya. Dia hampir pingsan untuk satu alasan. Namun karena tekadnya yang begitu kuat, sosok itu masih bisa melanjutkan pelatihannya. Setelah beberapa waktu ber
Pagi hari buta, tampak seseorang sedang mandi di sungai yang ada di area gunung Agung. Sosok pemuda itu sangat asyik berenang renang di sungai yang tampak dingin akibat embun pagi. selain itu, area sungai tampak sedikit berkabut, menambah suasana sejuk di pagi hari. “Brrrr! Sungguh menyegarkan mandi pagi.” Surya yang kemarin malam baru saja menyelesaikan pelatihan tahap pertamanya, kini tampak lebih bugar. Dia tidak terlihat kedinginan sama sekali. “Tampak Nya tubuh ku benar benar menjadi lebih baik, biasanya aku akan merasa sedikit kedinginan, namun saat ini aku tidak merasa kedinginan sama sekali.” pemuda itu terus berenang renang di dalam sungai yang dingin itu. dia sesekali akan berpose aneh di dalam air. Surya bahkan menggunakan bentuk harimau gendut dan harimau humanoid nya Ketika berenang. Peristiwa itu berlanjut hingga matahari sedikit menampakkan sinarnya. Melihat ke arah langit, pemuda itu bergumam. “Tampaknya sudah waktunya untuk berangkat ke bengkel.” Sosok anak
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda sedang melihat ke arah sebuah teko dengan sangat khusyuk. “Aku yakin benda ini bertuliskan dengan bahasa yang sama dengan buku terakhir kali,” Surya berfikir dengan percaya. Pemuda itu Kembali mengingat tentang kejadian beberapa saat yang lalu, pada saat itu Surya tanpa sengaja bertemu dengan dua orang yang saling menyerang di bukit saat ia sedang mencari bijih besi. Dia sama sekali tidak mau ikut campur pada awalnya, namun pihak lain terlalu bernafsu ingin membunuh Surya, karena alasan bahwa surya telah melihat aksinya membunuh pihak lain. Meskipun terkejut, Surya saat itu tidak berpikir panjang selain menyelamatkan diri dari sosok itu. sosok itu sekuat dirinya, namun karena ketidaktahuan pihak lain, dia bisa dengan mudah membunuh sosok itu. Surya tidak berharap keuntungan pada awalnya, namun setelah bertarung dengan orang itu Surya mendapat beberapa hal. Diantaranya dua buku yang memiliki jurus dengan corak yang sama, dan juga satu bu
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda dan seorang kakek sedang berbicara “Pergi ke kota Tanah datar? Dimana itu datuk?” “Kota itu tidak terlalu jauh dari kota ini, hanya membutuhkan satu setengah hari untuk sampai.” Jelas datuk merah. “Hmmm seperti itu, baiklah aku akan pergi.” Surya setuju. “Besok datanglah pagi pagi, kau akan bersiap-siap besok.” Datuk merah memerintah Surya. “Baiklah datuk.” ... Keesokan harinya, seorang pemuda tampan tengah merapikan sebuah gerobak kayu. Dia tampak melihat ke segala sudut dari benda itu. Gerobak itu memiliki lebar yang tidak terlalu besar namun cukup untuk menyimpan beberapa kotak barang. Gerobak itu juga dihiasi oleh atap melengkung yang cukup besar. Gerobak itu juga memiliki dua roda yang cukup kokoh untuk menopang sejumlah barang. Setelah selesai melihat gerobak itu, Surya menjadi puas. “Huhhh tampaknya tidak ada masalah.” Surya telah ditugaskan datuk merah untuk melihat kelengkapan yang ada di gerobak yang akan dibawanya seb
Malam hari yang dingin, hujan terus menerus menghantam tanah dengan deras. Tampak seorang sedang membuka pakaiannya yang basah di atas pondok yang gelap. Sosok itu berhenti sebentar karena merasakan ada orang yang telah mengawasinya dalam beberapa saat. Pemuda itu langsung mengalihkan pandangan mengikuti indranya. Saat pandangan pemuda itu sampai pada arah yang dirasakan indranya, pemuda itu terkejut Ketika melihat dua bola berwarna biru menyala di kegelapan. Dua bola itu terlihat seperti mata yang sedang mengawasi pemuda itu. Merasakan Krisis, pemuda itu berlari menerjang ke arah dua bola berwarna biru itu. “Tidak tunggu jangan serang aku!” suara teriakan mulai terdengar bersamaan dengan suara hujan. Mendengar teriakan pihak lain, pemuda yang menerjang itu hanya bisa mematung. Tangannya benar benar tergantung di udara beberapa sentimeter sebelum mengenai sosok misterius dengan mata biru itu. “Siapa kau?” Surya bertanya dengan dingin. “Aku Rohid,” jawabnya langsung. “Apa tuju