Share

Bab 3

Pak Rian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Verlyn. "Turunlah perlahan, Nona."

"Oke, terima kasih!" Verlyn turun dan menatap gedung tinggi yang berada di depannya sekarang yang terlihat mengkilap akibat terkena pantulan sinar matahari.

"Gedungnya sama megah dan besarnya dengan perusahaan Kizen milik Ayah!" pujinya. Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung tersebut di ikuti pengawalnya dari belakang sedangkan Pak Rian menunggu di dalam mobil.

Verlyn menghampiri meja resepsionis untuk bertanya perihal janjinya bertemu Kayn dengan sekretaris disana.

Wanita berambut coklat muda yang di sanggul rapi tersebut tersenyum dan mengucapkan salam kepada Verlyn. "Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ah–saya memiliki janji temu dengan Tuan Kayn, hari ini. Saya harus menunggu dimana, ya?" balas Verlyn.

Wanita di depannya tersebut tampak bingung sekilas. "Mohon tunggu sebentar ya, Nona." Wanita tersebut menelepon seseorang untuk bertanya perihal janji pertemuan seseorang dengan Tuan Kayn.

Wanita itu tampak terkejut, bahkan setelah melihat beberapa pria tinggi dan besar di belakang Verlyn. Dia menutup telepon dan langsung membungkukkan badannya kepada Verlyn, membuatnya heran melihat tingkah wanita di depannya itu

"M–maafkan saya! Saya hampir membuat kesalahan besar karena tidak–mengenali Anda, Nona Verlyn! Putri dari Tuan Presdir Kaze," ujar wanita itu dengan nada gugup dan ketakutan.

"Eh–" Verlyn semakin heran dan hanya membalas dengan anggukan. "T–tidak apa-apa. Saya tidak terbiasa juga di perlakukan khusus, kok. Sudahlah," balas Verlyn menenangkan wanita tersebut.

Tiba-tiba datang seorang pria yang tengah berlari dengan menggunakan setelan formal yang menggunakan jas berwarna abu-abu dan celana hitam ke arah Verlyn dan wanita di depannya.

Setelah sampai di tempat, pria berambut kuning dengan bola mata berwarna coklat tersebut ikut membungkuk seperti wanita tadi.

"Tolong maafkan perilakunya tadi, Nona Verlyn! Dia sedang dalam masa percobaan disini dan saya malah meninggalkannya seorang diri di hari yang penting ini. Maafkan saya!" ujar pria tersebut.

Kini di depan Verlyn ada dua karyawan yang membungkukkan badannya karena mengira mereka melakukan kesalahan yang Verlyn saja tidak mengetahui letak kesalahan mereka dimana.

Para karyawan lain menatap Verlyn dan ada yang berbisik setelah melihat ada dua rekan kerja mereka yang membungkukkan badannya di depan seseorang yang bukan atasan mereka.

'Kenapa aku malah menjadi sorotan disini?!'

Verlyn berusaha berpikir cepat apa yang harus dia lakukan di situasi ini. Dia berdeham dan mengangguk, berusaha bertindak seperti profesional. "Tidak apa-apa. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Angkatlah badan kalian dan anggap ini sebagai pelajaran untuk kedepannya," ujar Verlyn dengan tenang.

"Terima kasih atas kebaikan hati Anda, Nona!" ujar kedua karyawan itu bersama dan mengangkat kembali badan mereka.

"Iya, tidak masalah. Kita harus saling memaafkan, bukan?" Verlyn tersenyum lembut ke arah mereka.

'Apa aku sudah melakukannya dengan benar? Aku harap sih, yes!'

"Mari, saya antar ke ruang perjamuannya, Nona," ajak pria tersebut.

Verlyn mengangguk dan belum saja melangkahkan kaki, karyawan yang sedari tadi memperhatikan Verlyn, tiba-tiba pergi begitu saja setelah seorang pria baru saja datang dan menghampiri mereka.

"Ada apa berkumpul disini?" tanyanya dingin.

Verlyn menoleh dan terkejut melihat pria tampan tinggi yang berpenampilan rapih dengan jas hitam yang membuat auranya semakin kuat. 'Siapa pria tampan ini?'

"Selamat datang, Tuan Kayn. Saya ingin mengantar Nona Verlyn yang sudah memiliki janji untuk bertemu dengan Anda ke ruangan VVIP," jelas pria itu.

Kayn melirik ke arah Verlyn dengan tatapan dingin, membuat Verlyn langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Baiklah, Faron. Aku akan ke ruang kerjaku dulu. Menunggu sebentar tidak apa-apa kan, Nona–Verlyn?"

Verlyn mengangguk, berusaha untuk tenang dan tidak gugup. "Ya, aku akan menunggu di ruang perjamuan," jawab Verlyn.

Kayn melangkah pergi meninggalkan mereka sedangkan Verlyn dan yang lainnya pergi menuju ruang perjamuan yang di katakan Faron tadi.

Setelah sampai di dalam ruang perjamuan, Faron membungkukkan badannya dan izin pergi, tetapi Verlyn menahannya. "Namamu, Faron–ya?" tanyanya.

Faron mengangguk. "Benar, Nona. Apa ada yang Nona butuhkan?"

"Tidak, terima kasih sudah mengantarku dan para pengawalku sampai kesini," jawab Verlyn.

"Ini sudah tugas saya, Nona. Terima kasih untuk pujiannya, saya izin pergi," balas Faron sembari membungkukkan badannya sedikit.

Verlyn mengangguk dan membiarkan Faron pergi sedangkan dia langsung duduk di sofa berwarna hitam yang empuk lalu melepas tas selempangnya dan menyandarkan dirinya ke sofa tersebut.

"Mengapa hari ini terasa berjalan sangat lambat," gumam Verlyn.

"Nona sudah melakukan yang terbaik," ucap salah satu pengawal yang berdiri di sebelah sofa.

Verlyn menoleh ke arah pengawal tersebut. "Terima kasih! Perkataan membuatku merasa lebih baik, Farga!"

Farga mengangguk senang. Selagi menunggu Kayn datang, Verlyn menyempatkan diri berbincang dengan para pengawalnya yang lain. Mereka bernama Divan, Saron dan Regi.

"Senang sekali aku mengobrol dengan kalian, terima kasih kalian sudah mau menemaniku di pertemuan ini," ungkap Verlyn senang.

"Ini sudah tugas kami, Nona!" ujar Divan dan Regi kompak.

"Jika ada yang berbuat jahat pada Nona, bilang saja kepada kami!" Farga bersemangat.

Saron mengangguk setuju. "Kami akan selalu melindungi Anda, Nona."

Verlyn merasa terharu dengan perkataan dan semangat mereka. Di saat Verlyn dan yang lainnya asik melanjutkan perbincangan mereka, pintu ruangan terbuka. Kayn melangkah masuk, di temani oleh seorang pria berambut kuning dan menggunakan kacamata berwarna hitam yang tertulis Rainon di kartu namanya.

"Apa kau menunggu lama, Nona?" tanya Kayn sopan.

Verlyn tersenyum dan menggeleng. "Tidak, aku menunggu disini sembari berbincang dengan para pengawalku. Terima kasih sudah bertanya."

Kayn duduk di sofa depan Verlyn. "Aku akan berbincang dengan Nona Verlyn, kau bisa pergi sekarang."

Rainon mengangguk dan memberikan sebuah berkas kepada Kayn dan melangkah keluar. Verlyn mengerti maksud Kayn dan menoleh ke arah Farga, Divan, Saron dan Regil di yang berada di belakangnya.

"Kalian, tunggulah di luar. Aku akan berbincang dengan Tuan Kayn sebentar," ujar Verlyn.

Mereka mengangguk dan menuruti perintah Verlyn untuk keluar dari ruang perjamuan.

Salah seorang pelayan masuk dan memberikan secangkir teh panas kepada Verlyn dan Kayn lalu membungkukkan badannya sebelum melangkah keluar dari ruang perjamuan.

"Baiklah, kita mulai dari mana, sekarang?" Verlyn memulai pembicaraan.

Kayn terdiam sembari menyeruput teh di depannya dan tidak menatap Verlyn sama sekali. Dia menaruh kembali cangkir berwarna emas itu dan menatap Verlyn.

"Nama saya Kayn Deon Viondra, Anda pasti sudah tahu–kan? Verlyn Carlveria Alreo," ujar Kayn dingin.

"Ah–haha, ya. Anda benar mengeja nama saya." Verlyn mengambil cangkir teh di depannya lalu menyeruput teh tersebut secara perlahan.

"Saya tidak akan bicara banyak." Kayn membuka berkas yang diberi oleh Rainon dan menyodorkannya kepada Verlyn di meja.

"Batalkan perjodohan ini dan Anda akan mendapat ganti dan keuntungan yang lebih besar."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status