Home / Romansa / Tawanan Cinta Sang Penguasa / Bab 92. Darah Valley

Share

Bab 92. Darah Valley

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-05-30 19:00:11

Langit Washington mendung ketika Marco turun dari mobilnya. Ia melangkah cepat ke arah villa kakeknya—Gregory Valley, pria tua penuh intrik yang pernah mengatur separuh arah hidupnya tanpa sepengetahuannya.

Pintu kayu ek terbuka keras. Derap langkah Marco bergema marah di aula rumah besar itu, menghentak sampai akhirnya dia berhenti di ruang kerja tempat Gregory duduk santai, menyesap teh hitam mahalnya sambil memandang grafik saham dari ipadnya. Sorot matanya tetap tajam meski usia sudah tak muda. Marco mendekat tanpa banyak basa-basi.

“Cucuku tiba juga” sapanya ringan, seperti tak ada yang salah di dunia ini.

Marco melempar setumpuk dokumen ke meja. Foto-foto, laporan mata-mata, dan—yang paling mengesalkan—gambar buram seorang pria di Istanbul yang tak mungkin disangkal: Denzel.

“Dia masih hidup” kata Marco, datar.

Gregory hanya mengangkat alis, lalu terkekeh ringan “Lalu kenapa?”

&ldqu

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 94. Luka lama yang terbuka (2)

    The Pearl Ottoman Hotel, IstanbulSuite 1802 – 01:03 AMLampu gantung kristal memantulkan cahaya hangat ke seluruh ruangan, namun hawa di dalam terasa dingin. Denzel masih terikat di kursi, kepala tertunduk, wajahnya dibasahi keringat dan darahSuara langkah kaki menggema di koridor.Klik.Pintu terbuka.Marco Valley masuk ke dalam ruangan, tanpa banyak kata. Matanya tajam, gelap, dan penuh pertanyaan. Ia mengenakan mantel hitam dan sarung tangan kulit, tubuhnya tinggi dan berwibawa, namun malam ini ada sesuatu yang lebih: ketegangan nyaris tak terkendali.Denzel mendongak perlahan, matanya bertemu dengan sosok lelaki itu.kekehan samar tercipta dibibirnya begitu tahu siapa pria angkuh didepannya.“Marco Valley” gumamnya, suara serak. “Kau... kau pasti Marco Valley.”Marco menatapnya tanpa ekspresi. Namun dari tatapannya, Marco jelas sangat puas dengan karya Hiriety di wajah dan tubuh Denzel

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 93. Luka lama yang terbuka (1)

    Istanbul, TurkiDenzel Stallone, Presumed dead (2022).Last trace: Istanbul, Turkey.Photo Match: 89% — active subject under alias “E.L.”"Dia sungguh hidup..." Hiriety bergumam pelan, nyaris seperti bisikan yang terlepas tanpa sadar.Jari-jarinya bergetar di atas layar tablet yang menampilkan hasil pencocokan wajah. Meski sudah diproses dengan filter inframerah dan pengenalan biometrik termutakhir, angka 89% saja sudah cukup membuat jantungnya berpacu.Denzel Stallone.Pria yang seharusnya sudah menjadi bagian dari masa lalu.Pria yang, bagi Hiriety, adalah bayangan gelap yang tak pernah benar-benar mati.Hiriety berdiri dari kursinya, menatap ke luar jendela hotel tempatnya menginap. Di kejauhan, Hagia Sophia berdiri dengan megah di bawah langit Istanbul yang kelabu. Kota ini tak berubah sejak terakhir kali ia di sini—tapi dirinya sudah.Matanya memanas. Di antara kejutan, ada luka yang mencuat k

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 92. Darah Valley

    Langit Washington mendung ketika Marco turun dari mobilnya. Ia melangkah cepat ke arah villa kakeknya—Gregory Valley, pria tua penuh intrik yang pernah mengatur separuh arah hidupnya tanpa sepengetahuannya.Pintu kayu ek terbuka keras. Derap langkah Marco bergema marah di aula rumah besar itu, menghentak sampai akhirnya dia berhenti di ruang kerja tempat Gregory duduk santai, menyesap teh hitam mahalnya sambil memandang grafik saham dari ipadnya. Sorot matanya tetap tajam meski usia sudah tak muda. Marco mendekat tanpa banyak basa-basi.“Cucuku tiba juga” sapanya ringan, seperti tak ada yang salah di dunia ini.Marco melempar setumpuk dokumen ke meja. Foto-foto, laporan mata-mata, dan—yang paling mengesalkan—gambar buram seorang pria di Istanbul yang tak mungkin disangkal: Denzel.“Dia masih hidup” kata Marco, datar.Gregory hanya mengangkat alis, lalu terkekeh ringan “Lalu kenapa?”&ldqu

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 91. One Pasion

    “Denzel. Dia masih hidup” ucap Hiriety dengan tenangnyaMarco terdiam cukup lama.Wajahnya tidak bergerak, seolah waktu sendiri berhenti di balik pupil matanya yang gelap dan dalam. Hiriety menatapnya, menanti—mungkin menunggu amarah, penyangkalan, atau setidaknya sebuah pertanyaan. Tapi yang ia dapat hanya... diam. Sunyi yang terlalu berat untuk diabaikan.Lalu tiba-tiba, Marco tersenyum kecil. “Kalau begitu,” ujarnya ringan, nyaris seperti bercanda, “apa kau mau kubantu mencarikan dia?” Nada suaranya terlalu tenang. Terlalu dingin.Hiriety menyipitkan mata, mencoba membaca maksud di balik kalimat itu. Tapi Marco sudah memutar tubuhnya dan menggandeng tangannya masuk ke dalam rumah“Aku serius” katanya sambil menoleh pada Hiriety yang sejak tadi memilih diam “Kau bilang dia masih hidup. Jadi, mau kubantu mencarinya?”“Memangnya kau tahu apa yang akan kulakukan jika berh

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 90. Badai yang datang

    “Itulah yang membuat kami diam dulu, Hirie. Semua bukti, semua pernyataan resmi... mengarah pada satu hal: Denzel memang dinyatakan mati. Tapi pria yang diplomat itu temui… dia terlalu mirip. Mama sudah meminta orang mengikutinya dan mengambil gambarnya untukmu”Ucapannya dengan sang mama beberapa waktu lalu terngiang di pikirannya. Dengan penuh tekanan Hiriety menginjak pedal gasnya. Mobil Hiriety melaju cepat melewati jalanan kota Washington yang mulai dipenuhi lalu lintas siang. Tangannya menggenggam erat kemudi, tetapi pikirannya melayang—ke nama Denzel, dan ke wajah Marco yang malam tadi masih memejam di sampingnya.Dia meraih ponsel di jok penumpang. Dengan cepat, ia menyambarnya dan menelepon“Dimana?” Tanya Hiriety cepat“Di kantor. Aku ada rapat sebentar lagi. Ada apa?” Suara berat Marco terdengarHiriety menggigit bibir bawahnya. Ada sesuatu dalam hatinya yang mulai bergolak, dan hanya ada

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 89. Orang lama yang kembali

    Hiriety tiba di mansion Walton sekitar pukul 10 pagi. Setelah tragedi balapan mereka, mau tak mau Hiriety mengikuti keinginan Marco untuk menginap di hotel terdekat—lebih untuk menenangkan amarahnya daripada karena cedera apa pun. Meski begitu, pagi ini, suasana hatinya lebih tenang. Bahkan terlalu tenang, seperti ketenangan setelah badai yang menyapu habis isi perahu.Ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan. Masih mengenakan kemeja putih longgar milik Marco yang tergantung di bahunya, dan sepatu boot-nya yang kotor karena semalam. Rambutnya dikuncir asal, sisa malam yang liar masih menempel di matanya yang dalam dan kosong.Tanpa sadar Hiriety tersenyum lebar, nampak seperti remaja puber yang sedang jatuh cinta. Para pekerja disana bahkan bertanya-tanya apa yang membuat nona muda mereka nampak sangat bahagia“Apa melihat aurora membuat hidupmu indah selamanya, Sweetheart?” Tanya Caid dengan sedikit mengejekHiriety tak t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status