Home / Romansa / Tawanan Mafia Perkasa / Bab 2. Menjerit

Share

Bab 2. Menjerit

last update Last Updated: 2025-01-16 16:14:07

Karin benar-benar menderita karena sentuhan Eriko sangat kasar saat menjamah tubuhnya.

Karin yang tak dapat berbuat apapun hanya pasrah menerima setiap apa yang dilakukan pria kejam itu padanya.

Rasanya puncak milikku ingin putus, tolong hentikan, batin Karin.

Sementara Eriko yang candu dengan tubuhnya yang putih mulus terus melakukan peny*sap*n di puncak mangga manis itu.

Puas yang di kiri iapun beralih ke sebelah kanan.

Cukup lama pemompaan itu berlangsung hingga membuat kedua mangga itu basah kuyup dengan salivanya.

30 menit kemudian Eriko menyes*p kuat-kuat ujung mangga yang membuat ia mabuk kepayang. Setalah itu ia baru melepaskannya.

"Tidak kusangka punyamu benar-benar enak tapi bagaimana dengan serabimu? Apakah masih di segel atau sudah lost?" Eriko yang bengis tersenyum nakal.

"Cukup, jangan siksa aku lagi! Aku mohon biarkan aku pergi atau tembak aku sekarang juga yang penting jangan sentuh aku, hiks." Karin terisak dalam takut yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.

"Kaummu bilang tersiksa? CK!" Eriko berdecak seraya geleng-geleng kepala.

Setelah itu ia membuka lebar kedua lutut gadis cantik itu.

Lalu 2 jemarinya menyibak serabi mulus dengan toping merah muda menggemaskan di atasnya.

"Luar biasa, ada yang sedang kebanjiran!" Eriko menunjukkan jemarinya yang basah tepat di kedua netra Karin.

Hal itu tentu membuat gadis itu malu dan menundukkan kepala.

"Jangan munafik, lebih baik kamu nikmati saja permainan ini karena tugas tawanan jal**g sepertimu adalah melayaniku di r*njang." Eriko tersenyum sinis.

Setalah itu kedua tangannya menekan lutut indah Karin agar tetap terbuka lebar.

Setelah itu Eriko membenamkan wajahnya di serabi yang mengeluarkan aroma klasik.

"Aaa!" suara gadis itu bergetar ketika indera pengecap si mafia kejam menyapu bersih setiap permukaan serabi indahnya.

Tubuh Karin menggeliat kesana kemari karena tak sanggup menahan sensasi aneh yang baru pertama kali ia rasakan untuk seumur hidupnya.

Seringkali bibir indahnya melepaskan r*ntihan panjang dan juga bergelombang.

"A-ampun! Tolong hentikan! Aku mohon!" Karin meminta belas kasih pria yang sedang menggigit toping merah muda serabinya.

"Sudah, aku menyerah aku nggak sanggup lagi." ucapnya dengan suara bergetar.

Lalu sejurus dengan itu tanggul bendungan air di dalam lembah kegelapan bocor hingga airnya mengalir ke permukaan.

Si pria perkasa yang mengerti apa yang terjadi dengan sigap meneguk air langka tersebut sampai kering.

"Luar biasa, perempuan ini benar-benar berbeda dengan wanita lain yang pernah melayaniku." Eriko yang bersemangat tak sabar ingin lanjut ke permainan inti.

Lalu iapun mengerahkan batang kehidupannya ke serabi sempit yang sepertinya sulit ia lewati.

"Kamu masih gadis?" Eriko tersenyum menyeringai ia tak menyangka jika mendapatkan barang bagus malam itu.

"Aku mohon jangan! Aku belum pernah melakukan itu dengan siapapun, tolong jangan rusak aku pak!" ucapnya dengan sopan dan berharap penuh dalam hati agar dirinya tidak dicampuri lebih jauh.

"Pak?" Eriko cukup tersinggung dengan panggilan itu.

Lalu Eriko menampar pipi mulus gadis itu hingga meninggalkan bekas merah.

Plak!

"Aku bukan ayahmu dan apalagi saudaramu, kita tidak punya hubungan apapun jadi panggil aku tuan karena aku adalah majikan, apa kamu mengerti!!" tanya Eriko dengan suara menggelegar bagai petir.

"Hiks." Karin makin menangis mendengar bentakan luar biasa itu.

"Panggil aku tuan!" titah Eriko.

"Tidak, aku nggak punya hutang apapun padamu, aku juga tidak mengenalmi, posisiku saat ini adalah korban jadi kenapa aku harus menuruti semua yang kamu katakan???" Karin menolak dengan berani.

"Apa?" Eriko tersenyum getir.

"Kamu dan ayahmu benar-benar manusia durjana dan tidak tahu diri! Pantas saja pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, ternyata salah satu orang itu adalah kamu!" lalu Eriko yang emosi dan merasa di rendahkan dengan sigap meluncurkan serangan ke serabi mungil yang ada di hadapan senjatanya.

"Aaaaa!!" Karin berteriak hingga suaranya menggema di seluruh kamar.

"Sakitt!!" air matanya pecah lalu kedua tangannya mencengkram bahu kekar pria yang sedang menggagahinya.

"Sempit! Ternyata kamu benar-benar original," Eriko tersenyum puas.

Lalu ia kembali menerjang hingga cairan merah merembes di sprei putih selembut sutra yang mereka pakai.

"Hiks." meski Karin terus menangis namun Eriko yang tenggelam dalam lautan nafs* sama sekali tidak peduli dengan penderitaan gadis muda tersebut.

Tiga jam kemudian Eriko yang berhasil mencapai puncak sebanyak 3 kali akhirnya berhenti lalu berbaring di sebelah Karin yang lemah tak berdaya.

"Sana mandi karena 2 jam lagi aku akan memakaimu kembali." Pernyataan mafia kejam itu membuat kedua netra Karin membelalak sempurna.

"Apa?" ucapnya dengan lirih.

"Sana atau aku akan melemparmu! Kamar mandinya ada disana!" Eriko menendang kaki Karin.

Lalu jemarinya menunjuk ke arah pintu yang tak jauh dari mereka.

"Cepat!" pekik Eriko.

Lalu gadis cantik itu turun dengan menangis sesunggukan.

"Hiks, ma-mama!" ucapnya dengan suara terbata-bata.

Lalu iapun berjalan dengan langkah terpingkal-pingkal menuju kamar mandi.

Sesampainya di dalam kamar mandi Karin makin menangis saat melihat seluruh tubuhnya dipenuhi dengan ruam merah.

Bagian serabinya juga terasa sakit hingga tak dapat ia lukiskan dengan kata-kata.

Lalu ketika ia menoleh ke bawah kedua netranya melihat bekas merah yang telah mengering di pahanya.

"Harusnya ini kuberikan kepada suamiku tapi dia malah merenggutnya, hiks! Mama... papa! Kenapa nasib keluarga kita jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya telah terjadi sampai-sampai kalian berurusan dengan orang jahat sepertinya?" Karin bener-bener penasaran mengapa kedua orang tuanya sampai mengenal pria mengerikan yang baru saja merenggut kesuciannya.

Lalu Karin menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya dengan penuh air mata dan penyesalan dalam hati.

"Aku kangen papa sama mama, ya Tuhan sampai kapan aku akan jadi tawanan pria brengs*k itu? Aku nggak mau menjadi pelayan nafs*nya, tolong bantu aku keluar dari sini karena aku nggak mau terus-terusan terjebak dalam dosa." Karin berharap yang maha kuasa membantunya agar bisa melarikan diri dari tempat asing yang seperti neraka untuknya.

Sementara Eriko yang berbaring di ranjang kedatangan tamu yaitu sang kaki tangan yang sudah menemaninya selama 15 tahun lamanya.

"Maaf karena saya sudah mengganggu waktu istirahat tuan," ucap Leonardo.

"Ada apa?" tanya Eriko.

"Jas*d pak Arnold sudah kami buang ke laut tuan," ujar Leonardo.

"Good job!" Eriko tersenyum simpul.

"Selanjutnya apa yang harus kami lakukan tuan? Apa masih ada pekerjaan yang harus kami selesaikan sekarang?" tanya Leonardo yang selalu siaga dengan perintah sang pemimpin Setan Merah.

"Tidak ada, kalian bisa langsung beristirahat sekarang karena besok kita ada meeting penting," ucap Eriko.

"Siap tuan." saat Leonardo akan pergi ia tiba-tiba teringat dengan putri semata wayang pak Arnold.

"Bagaimana dengan gadis itu? Apa kita tidak akan eksekusinya, tuan? Menurut saya akan merepotkan jika membiarkan dia hidup terlalu lama, jika boleh mengutarakan pendapat menurut saya tuan tidak perlu memeliharanya karena dia bisa menjadi malapetaka untuk kita," ucap Leonardo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 18. Menantang

    Melihat sang ajudan ingin mendekat membuat Karin melemparnya dengan guci antik berharga puluhan juta rupiah. Prank! "Ah!" sang ajudan meringis kesakitan ketika guci itu menghantam kepalanya hingga berdarah. "Mampus!" Karin tersenyum puas.Kemudian ia berlari mencari jalan keluar agar bisa keluar dari tempat itu.Tetapi seperti yang sudah bisa ditebak usahanya tidak pernah membuahkan hasil karena di setiap ruangan banyak penjaga berjas hitam yang berjaga."Aduh!" Karin mengeluh kesal. Ia yang ingin mencari jalan lain, berbalik badan tapi dirinya malah menabrak tubuh seseorang. Bruk!"Ya Tuhan." Karin mundur beberapa langkah."Luar biasa, aku tidak menyangka kalau kamu masih bisa hidup padahal sudah di kurung di dalam sarang ular'." suara sang mafia membuat Karin makin kesal. "Sssst!" Karin mendongak, lalu menatap marah pada pria yang sudah merusak masa depannya."Lepaskan aku!" Karin membentak mafia itu."Tidak akan." sang mafia tersenyum kagum karena seorang gadis muda seperti

  • Tawanan Mafia Perkasa    17. Penangkaran Ular

    'Bisa-bisanya perempuan gila ini mengabaikan, aku?' batin Eriko memendam rasa marah. Eriko yang kesal memicingkan matanya lalu berkata dengan nada mengancam. " Jangan coba-coba melawan Padaku. Aku bisa saja membunuhmu, aku belum melakukannya karena aku masih sangat membutuhkanmu," ucapnya dengan suara dingin. "Seandainya aku adalah kamu, aku tidak akan pernah menyentuh seseorang yang aku benci. Aku juga akan malu melakukan hal keji dengan cara licik dan kekerasan." ucap Karin dengan nada menghina. "Apa?!" Eriko yang semakin marah mendengar isi hati gadis malang itu. Kemudian Eriko yang di kuasai emosi melompat ke atas ranjang dan menampar wajah Karin dengan keras. Plak! Eriko menampar wajah kiri dan kanan gadis itu secara bergantian, tamparan itu tentunya meninggalkan rasa perih yang mendalam. "Minta ampun, kalau tidak aku nggak akan berhenti menyiksamu!" pekik Eriko. "Aku tidak mau, aku tidak melakukan kesalahan apapun tapi aku harus dihukum." Karin menatap tajam wajah Erik

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 16. Di Abaikan

    "Sa, sakit ...tolong aku!" Isabella berteriak histeris. "Pergi sekarang juga dari sini atau nyawamu akan melayang." ucap Eriko dengan tenang. "Ba, baiklah Tuan!" Isabella berlari terbirit-birit karena ia trauma jika kena letusan untuk yang kedua kalinya. Setelah wanita elegan itu pergi Eriko kembali memandangi Karin yang masih terbaring di atas jalan aspal. "Kamu mau satu tembakan? Pelurunya masih banyak nih!" Eriko memainkan senjatanya hingga membuat wajah Karin pucat. "Te-terserah Tuan saja, ucap Karin. "Angkuh juga ya kamu, padahal nyawamu sudah di ujung tanduk tapi gengsimu masih setinggi langit." Setelah itu Eriko menoleh ke arah Leonardo. "Kenapa kamu membiarkan dia pergi?" "Saya sudah melarangnya, Tuan. Bahkan saya sudah mengatakan tuan dalam perjalanan pulang tapi gadis ini tetap bandel dan ingin kabur bersama Isabella." Leonardo menjelaskan situasi yang sebenarnya. "Oh, jadi seperti itu?" Kemudian Eriko menggoyang telunjuknya. Menyuruh Karin untuk berdi

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 15. Hukuman

    Karin yang dibentak seketika sadar kalau yang ada di hadapannya pasti wanita penghibur mafia kejam itu."Maaf, Anda siapa ya?" tanya Karin."Kamu bertanya? Kamu bicara padaku seolah-olah aku ini adalah adikmu? Di mana sopan santunmu perempuan perusak hubungan orang???" Isabella mendekat lalu menjabat rambut hitam panjang Karin."Lepaskan aku." Karin mencoba melepaskan cengkraman wanita cantik nan elegan, namun sifatnya menyeramkan."Tidak, dengar ya! Sebelumnya aku tidak pernah datang ke sini karena tidak pernah diundang oleh kekasihku, tapi aku memberanikan diri melanggar perintahnya karena aku tidak tahan saat mendengar cerita kalau ada perempuan yang bersarang di sini." Isabella yang emosional makin mengencangkan cengkramannya hingga gadis muda itu kesakitan."Maafkan aku kalau sudah menyakitimu tapi ...aku juga tidak mau di sini, kalau kamu memang ingin aku pergi, bantu aku keluar dari tempat ini," pinta Karin."Baik, akan aku lakukan." setelah itu Isabella melepaskan cengkramanny

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 14. Menggoda

    Leonardo tersentak dengan keberanian Karin. "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu gila?" tanyanya sambil mendorong kasar tubuh Karin. "Aku menyukaimu, Tuan," ucap Karin, penuh harap bahwa pria yang ada di hadapannya bisa membawanya keluar dari istana yang terasa seperti neraka untuknya. "Jernihkan pikiranmu. Kamu pikir aku menyukaimu hanya karena aku baik padamu?" Leonardo menggeleng. "Tidak, aku hanya merasa iba, lupakan saja rencana apa pun yang ada di kepalamu karena itu akan menjadi maut untukmu!" Leonardo berharap Karin tidak membuat masalah yang bisa membahayakan posisinya juga. "Tapi aku sungguh-sungguh, Tuan. Kebaikanmu benar-benar menyentuh hatiku. Aku belum pernah pacaran sebelumnya dan aku juga tak pernah menyangka bisa jatuh cinta padamu." ucap Marisa dengan senyum hangat, sambil menggenggam erat tangan Leonardo. "Aku tahu, aku memang bukan tipe anda tuan, aku juga akan berlapang dada kalau tuan tidak mau menjadi pacarku, tapi ...jangan larang aku untuk mencintaimu di dalam

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 13. Selat Sunda

    "Bapak, saya yakin pekerjaan kotor ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, Saya dengar dari pihak berwajib banyak laporan orang hilang mulai dari 21 tahun yang lalu, Saya rasa 5 miliar itu nggak seberapa karena yang beredar di masyarakat, lewat jalur resmi saja harganya minimal 2 miliar rupiah." Laksamana Abdullah tersenyum licik. Dia juga percaya bahwa Eriko akan memenuhi permintaannya. "Baiklah, kalau bapak tidak mau menerima 5 miliar berarti masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Eriko yang arogan tak mau dipermainkan pria berseragam di hadapannya. "Bapak serius?" Tanya Laksamana untuk memastikan. "Tentu saja. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran, saya tunggu 5 menit kalau tidak masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Arash yang telah selesai bernegosiasi balik badan. Kemudian ia dan kedua kaki tangannya bergegas pergi menuju kontainer TEMU 456759. "Apa Tuan "Iya. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran. Saya a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status