Tangis Karin pecah ketika ia membawa surat kelulusan sekolah namun rumahnya malah berantakan dan dikepung oleh puluhan mafia. Pak Arnold selaku sang ayah berlutut di sebelah pria gagah yang menggunakan pakaian serba hitam beserta kacamata hitam. "Itu putrimu?" ucapnya dengan suara gagah. "Jangan ganggu putriku dia tidak ada sangkut pautnya dengan apapun yang aku lakukan tuan, tolong hukum aku dengan semua kesalahanku tapi jangan usik putriku tuan, Eriko." ucapnya dengan nada memohon. "Tapi aku suka dia dan kamu tetap akan menerima semua ganjaran atas pengkhianatanmu!" Dor! "Papa!" Karin berteriak histeris. Sejak hati itu Karin tak dapat melupakan luka yang terjadi di depan matanya. Namun yang paling membuat ia putus asa dirinya kini menjadi tawanan mafia kelas kakap yang ditakuti semua aliansinya. "Jika mau ibumu berumur panjang, layani aku perempuan jala**!"
Lihat lebih banyakPada siang hari yang terik matahari terasa menyengat di atas kepala.
Saat itu Karin Yunita melangkah keluar dari gerbang sekolah dan berdiri di atas jalan beraspal. Lalu ia segera melambaikan tangan, menyetop sebuah taksi yang lewat. Kemudian ia segera meloncat ke dalam, merasakan hawa dingin dari AC yang menyambutnya. "Ah, akhirnya," gumamnya lega, sambil duduk nyaman, menatap lalu lintas yang mulai padat di luar jendela. Saat dalam perjalanan ia menatap surat kelulusan yang ada di tangannya. "Padahal sudah janji mengambil surat kelulusan sama-sama tapi mama dan papa malah tidak datang." Karin penasaran dengan alasan kedua orang tuanya. Setibanya di rumah, Karin terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan dengan banyak properti yang rusak. "Ada apa ini?" gumam Karin sambil melangkah lebih dalam. Lalu langkahnya terhenti saat ia memasuki ruang makan dan melihat beberapa pria tinggi besar dan berotot berkumpul di sana. "Pergi sana, cepat!" seru Pak Arnold. Tiba-tiba, ruangan yang semula riuh itu mendadak hening dan semua mata tertuju pada Karin. "Hiks... apa yang terjadi, Pa? Siapa mereka?" tangis Karin pecah saat ia mendapati rumahnya berantakan dan dikelilingi oleh puluhan mafia. Tubuhnya kian bergetar, matanya terpaku melihat sosok pak Arnold yang kini berlutut lemah di sebelah seorang pria gagah berpakaian serba hitam, yang gelap kacamatanya menyembunyikan pandangannya. Napasnya tersengal, jantungnya berdetak kencang seakan berharap apa yang ada di hadapannya hanyalah sebuah mimpi. "Itu putrimu?" tanyanya dengan suara yang gagah. "Mohon, tuan, jangan ganggu putriku," suara pak Arnold bergetar, penuh dengan ketakutan namun berusaha keras untuk tetap tenang. Namun matanya mengemis belas kasihan, wajahnya pucat pasi. "Dia tidak tahu apa-apa tentang perbuatan saya. Hukumlah saya seberat-beratnya, tapi tolong, biarkan dia bebas dari ini semua." Eriko menarik napas panjang sambil melepas kacamatanya perlahan. Matanya menelusuri seluruh tubuh Karin, dari ujung kaki hingga ujung kepala, seraya berkata, "Tapi aku suka dia, dia tinggi dan tubuhnya juga bagus, sangat menonjol!" ada semburat kagum yang terlukis jelas di wajahnya. "Jangan ganggu putriku, tuan." pinta pak Arnold kembali. Lalu dengan suara tegas dan mata yang menyala oleh amarah, Eriko menatap tajam ke arah pak Arnold. "Aku ingin kalian berdua merasakan ganjaran atas pengkhianatan yang telah kamu perbuat!" ujarnya. Mendengar ancaman itu Karin menelan ludah, terlihat ketakutan di matanya, sementara pak Arnold hanya bisa menundukkan kepala dengan penuh penyesalan. Dor!! Karin membelalakkan mata, terkejut hingga napasnya memburu. "Papa!" teriaknya dengan suara bergetar, lantang hingga menggema di seluruh ruangan. Kemudian Karin berlari dengan napas tersengal-sengal menuju ayahnya yang terbaring lemah. Tangannya terulur, melingkari leher ayahnya dengan penuh kasih. "Papa, aku di sini," bisiknya, sambil menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. Ayahnya yang pucat hanya dapat mengangkat tangan, memberikan usapan lemah sebagai balasan. "Papa, papa!" bibir gadis cantik itu bergetar air matanya bercucuran. Lalu tangannya mencoba menutupi lubang yang terus mengeluarkan cairan merah dari kening ayahnya. "Hiks... papa!" Karin memeluk ayahnya. "Pergi!" ucap pak Arlond dengan suara lirih. "Aku akan membawanya bersamaku!" kemudian Eriko menarik rambut hitam panjang gadis cantik itu. "Ayo!" ucapkan dengan suara menakutkan. "Tidak! Aku nggak mau! Lepaskan aku!" Karin menolak ajakan Eriko sang pemimpin gangster sekaligus mafia Setan Merah. "Apa kamu ingin berakhir seperti ayahmu? Atau kamu ingin melihat ibumu mengalami nasib yang sama?" ujar Eriko. "Lebih baik bu**h aku dari pada aku ikut denganmu!" Karin berteriak dengan suara lantang. "Dasar perempuan lancang, tidak tahu diri, sama seperti ayahmu!" Eriko naik pitam karena dirinya ditolak. Eriko yang pantang di tantang akhirnya menampar wajah Karin dengan keras hingga membuat gadis muda itu pingsan tak sadarkan diri. "Bereskan semua kekacauan yang ada disini, setelah itu baru kita lelang rumah ini." setelah memberi perintah Eriko mengangkat tubuh Karin apa bridal style lalu meletakkannya di pundak kanannya. *** Pada malam harinya ketika Karin membuka mata ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Saat kesadarannya mulai utuh ia tersentak karena saat itu dirinya sedang berbaring di atas ranjang berukuran jumbo. Iapun melihat pantulan dirinya di kaca yang tak jauh dari ranjang. Ketika Karin duduk ia makin syok saat melihat pantulan dirinya di kaca yang tak jauh dari ranjang. Saat itu dirinya telah mengenakan lingerie berwarna merah tua. "Siapa yang memakaikan pakaian mengerikan ini padaku?" Karin malu melihat lekuk tubuhnya sendiri. Lalu ia yang ingin beranjak dari ranjang tiba-tiba kejutan dengan pintu yang terbuka. "Haaa!" mata gadis cantik itu membulat sempurna saat melihat ketua mafia datang dengan aura yang menakutkan. "Kamu sudah bangun?" ucap Eriko seraya melepas dasi yang mengikat di lehernya. "Lepaskan aku! Aku nggak mau dikurung disini!" Karin turun dari ranjang. "Sebaiknya kamu jangan macam-macam, aku membiarkanmu hidup hanya karena ingin menikmati tubuhmu, setelah aku bosan dan kamu tetap nggak bisa bersikap baik aku akan mengirimmu ke neraka." Eriko mengancam dan tentunya semua yang ia katakan bukanlah gertakan semata. "Lebih baik habisi aku sekarang juga karena aku tidak mau memberikan tubuhku pada laki-laki sepertimu! Kamu jahat, kamu bukan manusia karena sudah membun*h papaku!" Karin berulang kali membentak mafia kejam itu. "Brengs*k! Kamu adalah perempuan pertama yang berani bicara kasar padaku!" Eriko yang murka menggendong paksa si gadis cantik ala bridal style. Setelah itu ia melempar tubuh ramping gadis itu ke atas ranjang. Bruk! "Mulutmu benar-benar pedas aku tidak suka dengan perempuan cerewet, selama ini semua wanita tunduk di kakiku tapi kamu malah berbeda dengan mereka??? Hum!" Eriko menyunggingkan sudut bibirnya kanannya. Lalu ia melucuti seluruh pakaiannya hingga tubuhnya yang sixpack dan kekar terpampang nyata. "Pergi!" Karin mengusir mafia kejam itu. "Jangan mengatur-ngatur aku! Dari tadi kamu sudah menguji kesabaranku, jangan sampai pelatuk pistolku menembus leher dan kepalamu!" pekik Eriko. Setalah itu Eriko naik ke atas ranjang dengan tubuh yang tidak dibalut sehelai benangpun. "Tidak, tolong jangan sakiti aku!" Karin mencoba melarikan diri namun pria gagah itu menggenggam kedua tangannya lalu menimpa tubuhnya hingga ia tak dapat kemanapun. "Hiks! Lepaskan aku! Aku mohon...!" Karin meminta dengan iba. "Tidak akan sebelum aku bosan." lalu Eriko menyambar bibir manis nan merah muda gadis cantik itu hingga membuatnya tak dapat bernafas lega. "Um...!" Karin mencoba berontak. Namun Eriko meremas puncak mangga besar miliknya. "Hiks... Um...!" gadis itu menangis dalam kegelisahan. Tubunya ingin menggeliat karena tak tahan menahan sensasi menggelitik di seluruh tubuhnya namun Eriko mengunci ruang geraknya. Lalu beberapa saat kemudian Eriko melepas ciuman panasnya. "Haah.. haaah." Karin berulang kali menarik nafas panjang. Lalu Karin yang belum tenang sudah mendapat goncangan baru karena Eriko si pria perkasa merobek lingerie yang membalut tubuhnya. Sreeek!! "Tidak!!!" Karin berteriak histeris. Iapun mulai terisak namun si mafia kejam tak perduli padanya. "Jangan!" Karin geleng-geleng kepala. "Berisik!" Eriko membekap mulut Karin dengan tangannya yang bidang. Setelah itu mulutnya yang besar melahap puncak mangga besar gadis cantik itu dengan sangat rakus.Melihat sang ajudan ingin mendekat membuat Karin melemparnya dengan guci antik berharga puluhan juta rupiah. Prank! "Ah!" sang ajudan meringis kesakitan ketika guci itu menghantam kepalanya hingga berdarah. "Mampus!" Karin tersenyum puas.Kemudian ia berlari mencari jalan keluar agar bisa keluar dari tempat itu.Tetapi seperti yang sudah bisa ditebak usahanya tidak pernah membuahkan hasil karena di setiap ruangan banyak penjaga berjas hitam yang berjaga."Aduh!" Karin mengeluh kesal. Ia yang ingin mencari jalan lain, berbalik badan tapi dirinya malah menabrak tubuh seseorang. Bruk!"Ya Tuhan." Karin mundur beberapa langkah."Luar biasa, aku tidak menyangka kalau kamu masih bisa hidup padahal sudah di kurung di dalam sarang ular'." suara sang mafia membuat Karin makin kesal. "Sssst!" Karin mendongak, lalu menatap marah pada pria yang sudah merusak masa depannya."Lepaskan aku!" Karin membentak mafia itu."Tidak akan." sang mafia tersenyum kagum karena seorang gadis muda seperti
'Bisa-bisanya perempuan gila ini mengabaikan, aku?' batin Eriko memendam rasa marah. Eriko yang kesal memicingkan matanya lalu berkata dengan nada mengancam. " Jangan coba-coba melawan Padaku. Aku bisa saja membunuhmu, aku belum melakukannya karena aku masih sangat membutuhkanmu," ucapnya dengan suara dingin. "Seandainya aku adalah kamu, aku tidak akan pernah menyentuh seseorang yang aku benci. Aku juga akan malu melakukan hal keji dengan cara licik dan kekerasan." ucap Karin dengan nada menghina. "Apa?!" Eriko yang semakin marah mendengar isi hati gadis malang itu. Kemudian Eriko yang di kuasai emosi melompat ke atas ranjang dan menampar wajah Karin dengan keras. Plak! Eriko menampar wajah kiri dan kanan gadis itu secara bergantian, tamparan itu tentunya meninggalkan rasa perih yang mendalam. "Minta ampun, kalau tidak aku nggak akan berhenti menyiksamu!" pekik Eriko. "Aku tidak mau, aku tidak melakukan kesalahan apapun tapi aku harus dihukum." Karin menatap tajam wajah Erik
"Sa, sakit ...tolong aku!" Isabella berteriak histeris. "Pergi sekarang juga dari sini atau nyawamu akan melayang." ucap Eriko dengan tenang. "Ba, baiklah Tuan!" Isabella berlari terbirit-birit karena ia trauma jika kena letusan untuk yang kedua kalinya. Setelah wanita elegan itu pergi Eriko kembali memandangi Karin yang masih terbaring di atas jalan aspal. "Kamu mau satu tembakan? Pelurunya masih banyak nih!" Eriko memainkan senjatanya hingga membuat wajah Karin pucat. "Te-terserah Tuan saja, ucap Karin. "Angkuh juga ya kamu, padahal nyawamu sudah di ujung tanduk tapi gengsimu masih setinggi langit." Setelah itu Eriko menoleh ke arah Leonardo. "Kenapa kamu membiarkan dia pergi?" "Saya sudah melarangnya, Tuan. Bahkan saya sudah mengatakan tuan dalam perjalanan pulang tapi gadis ini tetap bandel dan ingin kabur bersama Isabella." Leonardo menjelaskan situasi yang sebenarnya. "Oh, jadi seperti itu?" Kemudian Eriko menggoyang telunjuknya. Menyuruh Karin untuk berdi
Karin yang dibentak seketika sadar kalau yang ada di hadapannya pasti wanita penghibur mafia kejam itu."Maaf, Anda siapa ya?" tanya Karin."Kamu bertanya? Kamu bicara padaku seolah-olah aku ini adalah adikmu? Di mana sopan santunmu perempuan perusak hubungan orang???" Isabella mendekat lalu menjabat rambut hitam panjang Karin."Lepaskan aku." Karin mencoba melepaskan cengkraman wanita cantik nan elegan, namun sifatnya menyeramkan."Tidak, dengar ya! Sebelumnya aku tidak pernah datang ke sini karena tidak pernah diundang oleh kekasihku, tapi aku memberanikan diri melanggar perintahnya karena aku tidak tahan saat mendengar cerita kalau ada perempuan yang bersarang di sini." Isabella yang emosional makin mengencangkan cengkramannya hingga gadis muda itu kesakitan."Maafkan aku kalau sudah menyakitimu tapi ...aku juga tidak mau di sini, kalau kamu memang ingin aku pergi, bantu aku keluar dari tempat ini," pinta Karin."Baik, akan aku lakukan." setelah itu Isabella melepaskan cengkramanny
Leonardo tersentak dengan keberanian Karin. "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu gila?" tanyanya sambil mendorong kasar tubuh Karin. "Aku menyukaimu, Tuan," ucap Karin, penuh harap bahwa pria yang ada di hadapannya bisa membawanya keluar dari istana yang terasa seperti neraka untuknya. "Jernihkan pikiranmu. Kamu pikir aku menyukaimu hanya karena aku baik padamu?" Leonardo menggeleng. "Tidak, aku hanya merasa iba, lupakan saja rencana apa pun yang ada di kepalamu karena itu akan menjadi maut untukmu!" Leonardo berharap Karin tidak membuat masalah yang bisa membahayakan posisinya juga. "Tapi aku sungguh-sungguh, Tuan. Kebaikanmu benar-benar menyentuh hatiku. Aku belum pernah pacaran sebelumnya dan aku juga tak pernah menyangka bisa jatuh cinta padamu." ucap Marisa dengan senyum hangat, sambil menggenggam erat tangan Leonardo. "Aku tahu, aku memang bukan tipe anda tuan, aku juga akan berlapang dada kalau tuan tidak mau menjadi pacarku, tapi ...jangan larang aku untuk mencintaimu di dalam
"Bapak, saya yakin pekerjaan kotor ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, Saya dengar dari pihak berwajib banyak laporan orang hilang mulai dari 21 tahun yang lalu, Saya rasa 5 miliar itu nggak seberapa karena yang beredar di masyarakat, lewat jalur resmi saja harganya minimal 2 miliar rupiah." Laksamana Abdullah tersenyum licik. Dia juga percaya bahwa Eriko akan memenuhi permintaannya. "Baiklah, kalau bapak tidak mau menerima 5 miliar berarti masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Eriko yang arogan tak mau dipermainkan pria berseragam di hadapannya. "Bapak serius?" Tanya Laksamana untuk memastikan. "Tentu saja. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran, saya tunggu 5 menit kalau tidak masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Arash yang telah selesai bernegosiasi balik badan. Kemudian ia dan kedua kaki tangannya bergegas pergi menuju kontainer TEMU 456759. "Apa Tuan "Iya. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran. Saya a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen