Share

Bab 74

Bab 74

Amina mendesah panjang, mungkinkah orang - orang lupa kalau ada jenazah yang harus mereka urus segera.

"Aneh, sepertinya ada yang tak beres ini," desah Eril. Ia mengerti kegalauan Amina.

"Mandikan dulu Ayang, biar aku coba cari tahu kenapa orang - orang belum datang ke sini," kata Eril menatap iba pada Amina.

Perempuan yang dicintainya itu tampak layu, lingkaran hitam menghiasi wajahnya.

Lelaki itu makin salut dengan Amina. Dia masih tenang, meski tengah menghadapi tsunami kehidupan yang memporak - porandakan rasa nyamannya.

"Bagaimana caranya Ril?"

"Aku mau ke rumah Pak RT."

Tanpa menunggu persetujuan Amina, Eril bergegas mengambil kunci motor Bapak.

Baru saja hendak melangkah. Dia mendengar suara Mas. Pur dan Kang Parman di luar.

"Assalamualaikum...'

"Waalaikum salam, mari masuk Mas," ucap Eril senang menyilakan kedua orang itu masuk.

Kang Parman dan Mas Pur masuk dan duduk di atas karpet yang telah digelar di ruang tamu.

"Ada berita gawat ini Mas, Mba Amina mana? Kasihan di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status