Carla terdiam sambil merebahkan tubuhnya pada kursi yang tengah dia duduki. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamarnya tempat dimana dirinya berada. Sudah beberapa hari berlalu semenjak terakhir kali dia bertemu dengan Cruz, dan selama beberapa hari itu, Cruz sama sekali belum kembali sampai sekarang. Carla awalnya menganggap ketidakhadirannya sebagai keuntungan baginya karena dia pikir dengan tidak adanya Cruz, Carla jadi bisa pergi keluar rumah untuk mencari informasi yang mungkin bisa membantunya menemukan cara untuk bisa kembali ke tempat asalnya. Tapi ternyata apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya, karena walaupun Cruz tidak ada di rumah, dia tetap tidak bisa pergi kemana-mana. Para penghuni rumah itu sama sekali tidak memberikannya izin untuk pergi, bahkan mereka jadi lebih sering mengawasinya hanya untuk memastikan Carla tidak mencoba untuk melarikan diri.
Kereta yang mereka tumpangi itu lantas berhenti tepat di depan halaman kediaman keluarga Spencer. Cruz bergegas melangkah turun dari dalam keretanya dengan diikuti oleh lelaki yang selama beberapa hari ini menemaninya dalam perjalanan bisnis. Lelaki yang menjadi orang kepercayaannya itu sudah bersiap membawakan semua barang bawaan mereka. Sementara itu, beberapa orang pelayan dan maid yang bekerja di rumahnya sejak tadi sudah berdiri menantinya di depan sana. Begitu Cruz turun, mereka semua langsung membungkuk, memberikan hormat padanya yang baru saja pulang.“Kau langsung bawa semuanya keluar lalu perintahkan pelayan untuk mengantarkannya ke kamarku,” ujarnya pada lelaki itu.“Baik, tuan.”Perhatian Cruz beralih pada maid yang sejak awal dipercayanya
“Cruz?” Carla membelalakan mata, dia terkejut melihat lelaki itu mendadak muncul dari balik pintu kamarnya.“Ca-Carla…” Cruz sama terkejutnya dengan Carla. Lelaki itu sungguh mengira kalau wanita itu sudah tertidur. Menyadari hal itu, Cruz bergegas menyembunyikan kotak yang dibawanya di belakang punggungnya. Cruz tadinya berniat untuk datang melihat Carla sambil menaruh kado yang dia beli, setelah itu pergi tanpa mengganggu tidurnya. Tapi diluar dugaan, Carla ternyata belum tidur, dan yang lebih sialnya lagi wanita itu memergokinya berusaha memasuki kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Carla yang melihat Cruz bergegas melangkah turun dari ranjang dan segera menghampirinya. “Kau sudah pulang? Kapan kau tiba?”“Aku baru saja tiba,” jawab Cruz yang berusaha untuk tetap tenang. Pria itu langsung melangkah masuk dengan posisi tangan yang masih menggenggam kotak had
Cruz terdiam dengan wajah merona. Sejak tadi dia jadi tidak bisa tidur sama sekali, apalagi setelah melihat sendiri reaksi Carla begitu dia memberikan hadiah itu padanya. Dia terus terbayang-bayang dengan wajah cantiknya ketika tersenyum senang mendapatkan hadiah pemberiannya. Dia begitu cantik ketika tersenyum seperti itu…*Sosok itu terdiam. Dia mengintip lewat pintu beranda kamar tempat dimana Carla berada. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia lalu melangkah masuk ke dalam sana dan berdiri di dekat ranjang tempatnya terbaring. Sekali lagi sosok itu termangu memandangi wajah Carla yang kini terpejam di dalam kamarnya.Lelaki itu sudah memberikan hadiahnya, aku yakin Carl
“Ini adalah barang paling berharga yang pernah nenek miliki, dan ini adalah kalung turun-temurun. Nenek harap kau bisa menjaganya dengan baik.” Wanita itu memberikan kalung dengan permata indah tergantung di sana. Terlihat sangat cantik dan antik, seolah tidak ada kalung lain yang dapat menyaingi benda itu. Carla meraih benda itu dan menggenggamnya, dia menatapnya lekat. Sungguh sebuah kalung yang akan dijaganya sebaik mungkin.“Tuan putri?” Susan memanggilnya sekali lagi, membuyarkan lamunannya. Carla tersadar, bayangan tentang kejadian itu langsung lenyap begitu saja bersamaan dengan kesadarannya yang baru saja kembali.“Anda baik-baik saja, tuan putri?” tanya Hélie dengan wajah cemas. Carla masih berusa
Hening. Tidak ada sepatah katapun yang terlontar dari bibir mereka masing-masing. Yang ada hanyalah keheningan sejak terakhir kali mereka bicara. Hal ini membuat situasi terasa ambigu dan canggung untuk keduanya. Terlebih mereka sudah lama tidak bertemu. Karena tidak tahu harus berbicara apa, Carla akhirnya malah memutuskan untuk diam dan mencoba menikmati hidangan sarapan yang dibuatkan oleh kepala koki pagi itu.Cruz melirik Carla lewat ujung bulu mata lentiknya, memperhatikan sosok wanita yang terduduk dengan tenangnya sambil menikmati setiap potongan sarapan yang ada di hadapannya. “Ehem.”Cruz berdehem pelan. Mencoba mengambil momen untuk bicara agar bisa mencairkan atmosfer beku di antara mereka. “Aku ingin meminta maaf atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Terakhir kali kita mengobrol, kita malah saling
Usai sarapan bersama, Carla segera kembali ke kamar. Dia sempat menghabiskan waktu beberapa jam disana untuk mengobrol bersama Susan dan Hélie, menanyakan perpustakaan yang memiliki buku terlengkap di kota. Susan dan Hélie menjelaskan perpustakaan tersebut sembari menceritakan pengalaman pertama mereka ketika pertama kali berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku-buku menarik. Setelah mengobrol sangat lama, tak terasa sudah saatnya Carla bersiap sebelum dia berangkat keluar bersama dengan Cruz. Dengan dibantu oleh Susan, dia segera mengganti gaunnya. Selesai berganti pakaian, Carla segera pergi bersama mereka guna menemui Cruz. Namun tak disangka, mereka malah bertemu di depan pintu kamar Carla saat mereka bertiga hendak keluar dari kamar. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Cruz juga ternyata berniat untuk menemuinya dan memastikan apakah dia sudah siap untuk berangkat atau belum.
“Tidak bisa, aku tidak mungkin membiarkanmu pergi sendiri. Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu seperti beberapa waktu lalu? Aku tidak mungkin membiarkan hal itu.”“Tapi kalau aku ikut denganmu dan menunggu hingga selesai, itu akan memakan waktu lama. Jadi untuk menghemat waktu lebih baik kita berpisah disini dan bertemu lagi nanti.”“Kalau begitu aku akan ikut denganmu terlebih dulu, baru aku akan pergi untuk mengurus pekerjaanku.”“Apa? Tidak. Itu tindakan yang tidak benar.”“Aku hanya ingin memastikan kau tetap aman dengan terus berada di dekatku. Itu saja.”Dia tidak pernah berubah
“Baiklah, aku mengizinkanmu untuk pergi.”“Sungguh? Terima kasih!” Carla tersenyum dan spontan memeluk tubuh pria itu tanpa sadar. Cruz yang tiba-tiba dipeluk oleh Carla benar-benar terkejut. Dia sampai membelalakan mata saking kagetnya. “Terima kasih karena kau sudah mengizinkan aku pergi bersama dengan Susan dan Hélie. Aku janji aku akan menjaga diri.”“A-aku senang kalau kau senang…” gumam Cruz dengan terbata. Wajah lelaki itu berubah merah saat mendapatkan pelukan dari Carla.“Kalau begitu aku pergi, sampai jumpa nanti.” Carla membuka pintu dan bersiap untuk turun. Namun Cruz langsung menahannya. Lelaki itu mendadak turun lebih dulu. Membukakan pintu untuknya dan membantunya untuk turun. Carla hany