Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 123. Perjanjian dengan Mas Bayu

Share

Bab 123. Perjanjian dengan Mas Bayu

last update Last Updated: 2025-05-24 23:39:25

Aku menatapnya tajam. “Aku beri dua pilihan. Pertama, aku bayar uang yang kamu minta, tapi kamu tidak boleh mengganggu Mama Siska dan Nayla lagi. Kedua, kalau kamu masih nekat bikin ulah, aku tidak akan bayar sepeser pun, dan aku pastikan polisi yang akan urus kamu. Pilihan ada di tanganmu!"

Bayu terdiam sejenak, memandangku dengan curiga. Aku bisa melihat roda di kepalanya berputar, menimbang-nimbang. Akhirnya, dia mengangguk. “Baik, aku setuju. Aku tidak akan ganggu Siska dan Nayla lagi. Tapi 500 juta harus ada sekarang juga, dan sisa satu setengah miliar dalam waktu seminggu saja. Kalau tidak, jangan harap Tiara tanda tangani surat cerai dan aku pastikan hidup Siska dan Nayla tidak akan tenang.”

“Sekarang bank tutup, ini hari Minggu,” kataku. “Aku bisa kasih 500 juta besok pagi, tapi kita ketemu di tempat lain, bukan di sini. Aku tidak mau ada keributan lagi di depan rumah.”

Bayu mengangguk, meski wajahnya masih penuh curiga. “Apa taruhanmu kalau kau ingkar janji? Aku tidak mudah p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 218. Cerita cinta Nayla

    Sementara itu di Nusa Penida, tepatnya di Kelingking Beach, Nayla, Tom, Jack, Liam, dan Ethan tengah menikmati keindahan alam yang memukau. Pantai Kelingking terkenal dengan tebing karstnya yang menjulang dramatis, membentuk siluet menyerupai tulang punggung dinosaurus yang menjorok ke laut. Pasir putihnya lembut bagaikan tepung, kontras dengan air laut biru toska yang berkilau di bawah sinar matahari. Ombak kecil menyapu pantai, menciptakan suara ritmis yang menenangkan, sementara angin sepoi-sepoi membawa aroma garam laut. Tebing hijau yang ditumbuhi vegetasi tropis menambah pesona, membuat tempat ini seperti lukisan alam yang hidup. Bule-bule dari berbagai negara berbaur dengan wisatawan lokal, beberapa berfoto di puncak tebing, sementara yang lain menikmati snorkeling atau sekadar berjemur.Nayla, yang semakin mahir sebagai konten kreator, sibuk merekam keindahan pantai bersama Tom, Jack, Liam, dan Ethan. Mereka menjelajahi setiap sudut, dari tangga curam menuju pantai hingga spot

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 217. Tiba di Bali

    Mr. Henri, yang selama ini diam, akhirnya berbicara. “Raka, kamu keras kepala dan berteguh pendirian. Dari awal, Ayah sudah merasa kalau kamu dan Bu Siska dekat, bukan sekadar menantu dan mertua. Siska memang wanita baik, tulus, sabar. Ayah bisa lihat dia wanita hebat dan tegar. Kalau itu pilihanmu, Ayah nggak bisa melarang.”Mrs. Sumarni menoleh ke suaminya, terkejut. “Ayah? Apa yang Ayah katakan?”Mr. Henri menghela napas, menatap Raka dengan penuh kasih. “Bu, ini semua kesalahan kita. Kita ceroboh sampai kehilangan Raka selama 27 tahun. Waktu itu Ayah sudah pasrah kalau nggak bisa ketemu Raka lagi. Dan sekarang Ayah nggak mau ulangi kesalahan itu. Ayah ingin lihat Raka bahagia. Anggap saja ini penebus dosa kita. Raka, kamu nggak perlu pergi. Kamu tetap menjadi pewaris keluarga Dupont.”Raka terdiam, matanya membelalak. “Benarkah, Yah? Jadi Ayah merestui hubunganku dengan Siska?”Mr. Henri mengangguk, tersenyum tipis. “Iya, Nak. Asal kamu bahagia, apa pun Ayah lakukan.”Raka melompa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   POV Author

    Bab 216. Kejujuran Raka Malam itu, suasana di penthouse mulai sunyi. Semua orang kembali dari Puncak dengan wajah lelah namun penuh tawa, kecuali Raka, yang pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang hubungannya dengan Siska dan bagaimana cara menyampaikannya pada keluarganya. Di dalam mobil Mercedes-Benz hitam yang dikendarainya, Raka menyetir dengan fokus, sesekali melirik ke kaca spion untuk melihat Siska yang duduk di belakang bersama Claire dan Lila. Mrs. Sumarni, yang duduk di mobil lain bersama Mr. Henri, tiba-tiba berbicara melalui telepon grup keluarga. “Raka, Bu Siska, kalian dengar Ibu, ya,” kata Mrs. Sumarni, suaranya lembut tapi tegas. “Malam ini Bu Siska tidur di penthouse saja, biar besok langsung berangkat ke Bali bareng kita.” Siska, yang mendengar melalui speaker ponsel Claire, tampak ragu. “Oh, Bu, nggak usah. Saya bisa balik ke apartemen saya, nanti pagi saya ke sini lagi,” jawabnya sopan, suaranya sedikit canggung. Claire langsung menimpali, “Tapi itu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 215. Rasa cemburu

    Sam mengangguk antusias. “Pasti, Lila! Aku sudah bikin daftar tempat yang mau dikunjungi. Pantai Kuta, Uluwatu, sama Ubud.”Mike menambahkan, “Aku juga pengen coba makanan lokal di Bali. Katanya sate lilit enak banget.”Ayah tertawa. “Tenang, kita akan ke hotel kita di Bali. Semuanya sudah diatur. Raka, kamu setuju besok lusa kita berangkat?”“Setuju, Ayah. Di Bali pasti seru,” jawabku, meski pikiranku masih terbagi.Sarapan berlangsung hangat, penuh canda dan rencana liburan. Tapi setiap kali Paman George menyebut Siska, aku merasa cemburu yang tak bisa kujelaskan pada mereka.Setelah sarapan, kami bersiap untuk ke villa di Puncak. Saat semua sibuk mengambil tas, Paman George mendekatiku. “Raka, ayo kita ke apartemen Bu Siska dulu, ajak dia agar ikut. Aku yakin dia akan senang.”Aku ingin menolak, tapi melihat antusiasmenya, aku merasa tidak enak. “Baiklah, Paman. Tapi aku yang nyetir, ya,” kataku, berusaha mengendalikan situasi.Sam tiba-tiba muncul. “Aku ikut, dong! Penasaran sama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 214. Perkataan Ibu

    Permainan mereka semakin panas, aku fokus menonton tubuh perempuannya yang kulitnya putih mulus. Rambutnya yang panjang terombang-ambing berantakan, akibat goncangan kencang dari Pak Bambang. Warna kulitnya kontras, jauh berbeda dengan warna kulitnya Pak Bambang yang hitam. Permainan mereka sangat panas, keduanya sama-sama bisa mengimbangi permainan yang cukup liar.Perempuan itu melenguh panjang, suara desahannya semakin membuatku bergairah. Aku masih berdiri dalam posisi masih mengintip lewat jendela. Aku melirik kanan kiri takutnya tahu-tahu ada orang lewat, aku ingin segera menyudahinya agar aku bisa kembali ke kamarku."Aahh mmhh," perempuan itu kembali mendesah keras. Tangan Pak Bambang dengan cepat menutup mulutnya. Mereka berganti posisi, Pak Bambang berbaring di kasur sedangkan perempuan itu menaiki tubuhnya. Dia mulai menggerakkan pinggulku keatas kebawah, tak hentinya dia terus mendesah keras. Pak Bambang kembali menutup mulutnya, perempuan itu sangat berisik seperti pemai

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 213. Desahan di ujung lorong

    Ayah menimpali, “Kalau gitu kita harus rayakan, Raka. Ini ulang tahun pertama kamu bersama kita, jadi kamu ingin di rayakan dimana?"Belum sempat menjawab, Lila yang dari tadi diam, tiba-tiba berseru, “Gimana kalau di Bali? Aku pengen banget ke Bali, Ayah! Katanya pantainya bagus banget selain itu banyak pemandangan bagus.”Sam mengangguk antusias. “Aku setuju! Aku datang ke Indonesia salah satunya pengen banget bisa pergi ke Bali. Katanya surga tropis, orang-orang bermimpi ingin pergi ke sana.”Ayah tertawa. “Itu ide bagus karna kebetulan, kita punya hotel dan apartemen di Bali. Kita rayain di sana aja. Raka, kamu setuju kan?”"Tapi menurutku nggak usah di rayain, Yah. Cukup bisa kumpul-kumpul aja aku sudah bahagia." kataku."Jangan menolak gitu, Raka. Sekalian kita merayakan kamu menjadi pemimpin baru dan pertemuan kita setelah sekian tahun berpisah." kata Ayah membujukku.Ibu menimpali, "Benar kata Ayahmu, ini tahun pertama di hari ulang tahunmu kita bisa berkumpul. Tahun ini menja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status