Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 147. Keringat malam yang bergairah

Share

Bab 147. Keringat malam yang bergairah

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 23:20:46

Aku hentakan semakin kencang dan Mama Siska semakin mendesah keras.

"Sssshhh Raka...."

Rasanya berbeda tidak seperti dengan Alicia tadi siang, badanku sudah tidak terasa sakit lagi dan aku benar-benar sudah sembuh.

Kemudian aku menarik Mama Siska untuk turun dari ranjang, aku mengajaknya keluar dari kamar karena di dalam kamar sangat gerah.

Mama Siska menghentikan langkahnya, "Tapi Raka... nanti takutnya ada yang lihat."

"Memangnya siapa yang lihat? Nayla sudah tidur dan mereka sedang berjaga di depan."

Aku tetap menariknya, kita berdua sama-sama tidak memakai apapun. Tubuh kami berkilauan keringat, ketika berada di luar rasanya sejuk.

Aku mendekap tubuhnya ke dinding, aku memegang kedua tangannya lalu kembali mencium bibirnya. Benda pusakaku bergesekan dengan perutnya, tetap keras tegak berdiri. Lalu aku membungkuk dan menikmati buah dadanya, rasanya bercampur ada rasa asinnya.

Aku angkat satu kakinya, aku dorong benda pusakaku untuk menembus bagian intinya.

Ahhhh sssshhh...," Mama S
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 149. Alex cukup kuat

    Aku terbangun, ketika melihat Mama Siska tiba-tiba sudah berada di rumah. Wajahnya tampak lelah, tapi senyumnya masih lembut seperti biasa.“Eh, Ma, sudah pulang? Kapan pulangnya?” tanyaku, duduk tegak sambil mengusap wajah.“Baru saja, Raka,” jawab Mama Siska. “Kenapa kamu tidur di sofa? Sebaiknya tidur di kamar, agar lebih nyaman.”“Tadinya gak niat mau tidur, Ma. Tadi aku ketiduran,” kataku, tersenyum kaku. “Nayla mana?” “Masih di kampus, katanya lagi beresin tugas. Tadi Mama pulang duluan,” jawabnya sambil meletakkan tas di meja.“Tadi Mama diantar Pak Herdi?” tanyaku, ingin memastikan. “Iya, Mama tadi diantar. Nanti Nayla juga akan dijemput, katanya cuma sampai pukul satu siang, katanya,” kata Mama Siska. Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Mama jadi gak enak, Raka. Ngerepotin Pak Budi terus, jadinya sampai diantar-jemput begini.”Aku menggeleng cepat. “Gak apa-apa, Ma. Kan demi keselamatan kita. Sampai semuanya aman.”Mama Siska menatapku, matanya penuh pertanyaan yang ti

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 148. Penangkapan suruhan Bayu

    Aku tertawa, pura-pura kesal. “Kamu anak TK, jangan rewel, ya. Mentang-mentang diantar mama. Ingat, jangan ngamuk kalau ketemu tukang balon. Cukup beli anginnya saja, jangan macem-macem.”Nayla tergelak, lalu mengejarku sambil mencubit lenganku. “Ihh, Bang Raka nyebelin!”Mama Siska menggeleng, tapi senyumnya lebar. “Kalian ini, kayak anak kecil. Ayo, Nayla, nanti terlambat.”“Iya, Ma. Bang Raka nih nyebelin!” kata Nayla, cemberut tapi matanya penuh tawa.Pak Herdi, yang menyaksikan tingkah kami dari samping mobil, hanya tersenyum. Aku melambai. “Hati-hati, ya!”Mobil mereka melaju pergi, meninggalkan halaman rumah yang kini terasa sepi. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantung yang mulai berdegup kencang. Aku tahu, hari ini bisa jadi berbahaya. Beberapa menit setelah mereka pergi, suara mesin mobil terdengar lagi. Jantungku langsung berlompat. Apa ini orang suruhan Bayu? Aku mengintip dari jendela, dan lega bercampur tegang melihat mobil Pak Budi berhenti di depan r

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 147. Keringat malam yang bergairah

    Aku hentakan semakin kencang dan Mama Siska semakin mendesah keras."Sssshhh Raka...."Rasanya berbeda tidak seperti dengan Alicia tadi siang, badanku sudah tidak terasa sakit lagi dan aku benar-benar sudah sembuh.Kemudian aku menarik Mama Siska untuk turun dari ranjang, aku mengajaknya keluar dari kamar karena di dalam kamar sangat gerah.Mama Siska menghentikan langkahnya, "Tapi Raka... nanti takutnya ada yang lihat.""Memangnya siapa yang lihat? Nayla sudah tidur dan mereka sedang berjaga di depan."Aku tetap menariknya, kita berdua sama-sama tidak memakai apapun. Tubuh kami berkilauan keringat, ketika berada di luar rasanya sejuk.Aku mendekap tubuhnya ke dinding, aku memegang kedua tangannya lalu kembali mencium bibirnya. Benda pusakaku bergesekan dengan perutnya, tetap keras tegak berdiri. Lalu aku membungkuk dan menikmati buah dadanya, rasanya bercampur ada rasa asinnya.Aku angkat satu kakinya, aku dorong benda pusakaku untuk menembus bagian intinya.Ahhhh sssshhh...," Mama S

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 146. Goyangan maut bermandikan keringat

    Di ruang tengah, Nayla masih sibuk dengan tugas kuliahnya, buku-buku berserakan di meja. Mama Siska duduk di sofa, fokus mengerjakan pekerjaan freelance-nya di laptop. Cahaya layar menyinari wajahnya, membuatnya terlihat lelah tapi tetap cantik. Aku menghampiri mereka, berusaha bertindak biasa meski pikiranku dipenuhi ancaman dari paket tadi.“Raka, kamu sudah minum obat belum?” tanya Mama Siska tanpa menoleh dari laptopnya.“Belum, Ma. Ini baru mau minum,” jawabku, berjalan menuju dapur untuk mengambil air.“Setelah minum obat, langsung istirahat, ya,” katanya, nadanya lembut tapi ada nada khawatir di dalamnya.Nayla, yang sedang asyik dengan ponselnya, menimpali dengan nada menggoda. “Iya, kalau orang sakit harus banyak istirahat, bukannya jalan-jalan terus.”Aku menoleh, pura-pura kesal. “Jalan kemana? Paling ke depan doang. Eh, kamu tuh, bukannya ngerjain tugas, malah chatting-an.” Aku melihat sekilas layar ponselnya, dan dia buru-buru menyembunyikannya.Nayla mendengus kesal. “Ih

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 145. Teror terus datang

    Kami semua tertawa, tapi aku perhatikan Dhea hanya diam. Biasanya dia paling aktif, tapi kali ini dia duduk di sudut, matanya sesekali melirikku lalu teralihkan. Aku tahu dia masih malu karena kejadian sebelumnya, jadi aku tidak mengungkitnya.Mereka terus menggodaku, membuat suasana semakin ramai. Mama Siska datang membawa minuman dan makanan ringan, lalu kembali ke dapur. Aku menyusulnya, merasa perlu bicara setelah candaan Nayla tadi.“Ma, semuanya sudah beres? Ada yang bisa aku bantu?” tanyaku.“Gak ada, Raka. Sudah selesai semua,” jawabnya dingin, tidak seperti biasanya.Aku melangkah mendekat dan memeluknya dari belakang. “Aku kangen banget sama kamu. Kangen berduaan seperti ini,” kataku pelan.Mama Siska menegang, lalu melepaskan pelukanku. “Mama habis masak, Raka. Sebaiknya kamu istirahat,” katanya, nadanya datar.Aku tidak menyerah. Aku memeluknya lagi. “Kamu kenapa sih menjauhiku terus?”Dia melepaskan pelukanku lagi, kali ini lebih tegas. “Mama gak menjauhimu. Oh ya, lupa,

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 144. Perasaan canggung

    Aku akhirnya sampai di rumah setelah perjalanan dengan Alicia. Mobilnya berhenti di depan pagar rumah, dan dia hanya mengantarku sampai depan pagar. Aku merasa lelah, bukan hanya fisik, tapi juga pikiran yang kacau karena semua kebohongan yang kulakukan hari ini. Aku menoleh ke arah Alicia, berusaha mencairkan suasana yang terasa berat.“Alicia, mau mampir dulu?” tanyaku, meski dalam hati aku berharap dia menolak.Alicia menggeleng sambil tersenyum kecil. “Tidak usah, Raka. Aku langsung ke kantor saja. Nanti aku hubungi lagi ya, kalau aku membutuhkanmu.”Aku cuma mengangguk. Aku tak tahu harus bilang apa lagi. Mobil Alicia melaju pergi, suara mesinnya pelan-pelan menghilang di ujung jalan. Aku berdiri sejenak di depan pagar, mencoba menenangkan diri. Rasa bersalah menekan dadaku. Aku tahu aku telah membohongi Mama Siska dan Nayla, dua orang yang begitu tulus padaku.Saat aku hendak masuk ke dalam pagar, sesuatu membuatku berhenti. Di ujung jalan, di bawah pohon besar yang biasanya jad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status