Pak Bambang dan Pak Jamal, security keluarga Dupont, angkat bicara. “Mr Henri, sebelumnya kami minta maaf. Beberapa hari lalu, Tiara datang ke apartemen menyamar sebagai Tara dan berpura-pura ingin menjadi pelayan. Tapi untungnya penyamarannya terbongkar, hingga Tiara melarikan diri." kata Pak Bambang.Mr. Henri bangkit, suaranya menggelegar. “Raden Pratomo, kamu pikir aku bodoh? Sebenarnya aku tahu rencanamu sejak awal. Anak buahku sudah lama mengawasi kalian!”Dalam sekejap, anak buah Mr. Henri bergerak cepat, menangkap Raden Pratomo, Tiara, dan pria-pria bersenjata. Liana dilepaskan, menangis lega di pelukan Reza dan Sarah. Para wartawan dan kamera televisi menangkap setiap detik ketegangan ini, suasana ballroom berubah dari sakral menjadi genting, lalu kembali tenang.Mr. Henri menoleh ke penghulu. “Lanjutkan ijab kabulnya. Hari ini anakku harus menikah.”Sebelum ijab dilanjutkan, Raka memegang tangan Siska, matanya penuh penyesalan. “Siska, maafkan aku. Aku seharusnya jujur tenta
Di ruangan lain, Raka bersiap di kamarnya yang dihias dengan kain batik dan bunga melati. Ia mengenakan beskap hitam dengan motif emas, dipadukan dengan kain jarik motif parang rusak dan blangkon khas Sunda yang disesuaikan dengan sentuhan modern. Tim penata rambut merapikan potongannya, memberikan kesan gagah dan elegan. Mr. Henri, ayahnya, masuk dengan setelan jas hitam bergaya Prancis, matanya berkaca-kaca melihat putra sulungnya.“Raka, anakku…” Mr. Henri memeluk Raka erat. “Ayah sangat bangga sama kamu. Walaupun pernikahan pertamamu dengan Tiara gagal, Ayah tahu kamu akan bahagia dengan Siska. Dia wanita luar biasa.”Mrs. Sariani, mengenakan kebaya hijau zamrud dengan sanggul tradisional, ikut memeluk Raka.“Nak, Ibu doakan rumah tanggamu penuh berkah. Siska adalah anugerah untukmu,” katanya, suaranya bergetar.Lila juga masuk dengan gaun biru muda, tersenyum lebar.“Kak, aku ikut bahagia! Bu Siska pasti akan membuat Kakak bahagia. Aku doakan kalian langgeng!” Mereka berpelukan,
Hingga malam, tamu-tamu mulai pulang, meninggalkan ucapan selamat dan hadiah. Reza, Liana, dan Sarah pamit pulang mereka pulang paling akhir, setelah foto bersama Raka di depan dekorasi janur."Sekali lagi selamat ya, Raka. Besok kita pasti akan datang!" kata Liana, memeluknya singkat."Terima kasih Liana, semuanya. Aku tunggu kedatangan kalian besok," kata Raka pada mereka.Mereka pergi dengan hati senang, tapi Liana merasa sedikit nostalgia mengingat masa lalu kedekatannya dengan Raka.Malam itu, Raka dan Siska sama-sama gelisah di kamar masing-masing. Raka berbaring, memandang foto Siska di ponselnya, "Besok kita akan menikah. Aku nggak sabar, tapi juga takut nggak bisa jadi suami yang baik."Siska, di kamarnya, memegang gaun pengantin yang sudah siap, "Besok aku jadi istrimu Raka. Aku merasa ini seperti mimpi, aku masih belum percaya."Sementara itu, hubungan Lila dan Liam semakin dekat. Mereka asyik ngobrol di balkon apartemen, minum teh jahe hangat sambil melihat pemandangan kot
Selama dua hari ke depan, apartemen akan terus ramai. Besok, acara **mapag pengantin** akan diadakan, di mana keluarga mempelai pria menyambut keluarga mempelai wanita dengan tarian dan musik tradisional Sunda. Tim gamelan dan penari jaipong sudah dipesan, dan Mrs. Sariani sibuk mengatur kostum untuk semua anggota keluarga.Siska akan menjalani perawatan kecantikan lanjutan, seperti manicure, pedicure, dan hair treatment, sementara Raka akan berlatih prosesi adat **akad nikah** dengan bimbingan Ibu Wulan. Nayla dan teman-temannya terus membuat konten, berharap videonya viral, sementara wartawan di luar semakin antusias, mencium aroma berita besar. Tapi di balik semua kebahagiaan itu, Raden dan Tiara menunggu di bayang-bayang, siap mengacaukannya dengan rencana jahat mereka.Dari seberang jalan, di dalam mobil SUV hitam berkaca gelap yang diparkir di bawah bayangan pohon akasia besar, Tiara dan Raden Pratomo masih sedang mengawasi apartemen keluarga Dupont dengan sabar.Sore itu, cahay
Pagi itu, apartemen keluarga Dupont berubah menjadi pusat kesibukan. Mrs. Sariani, sebagai orang Sunda asli, mengatur serangkaian acara adat menjelang pernikahan. Meski Mr. Henri berasal dari Prancis, ia menghormati tradisi istri tercintanya dan bahkan antusias membantu.Apartemen yang luas mulai dihias dengan dekorasi mewah: janur kuning melengkung di pintu masuk, bunga-bunga segar seperti mawar putih, melati, dan anggrek ungu disusun di vas-vas kristal, serta kain batik motif parang dan kawung menghiasi dinding-dinding ruang tamu.Tim dekorator profesional, yang dipimpin oleh seorang wanita Sunda bernama Ibu Wulan, bekerja dengan cekatan. Mereka memasang lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip di sepanjang koridor, menciptakan suasana romantis yang hangat. Meja-meja kayu di ruang makan ditutup taplak sutra emas, dan karpet tradisional Sunda dengan motif geometris diletakkan di beberapa sudut.Hari ini, acara adat dimulai dengan **seserahan**, sebuah tradisi di mana keluarga mempelai p
George mulai menarik benda pusakanya secara perlahan, lalu ia tekan lagi sampai mentok. "Ahhh," Siska tersentak saat George menekan benda pusakanya sampai mentok. Sampai saat ini, Siska belum sadar jika pria yang berhubungan intim dengannya bukanlah Raka. George tetap memakai maskernya, sementara tubuhnya tidak memakai apapun. Sebenarnya tubuh George lebih besar dari Raka, badannya lebih berisi tapi Siska tidak menyadarinya karena terlupakan dengan rasa nikmat yang sedang dia rasakan. George mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan, selama di Prancis memang ada beberapa wanita yang George tiduri, tapi hanya sekedar teman tidur tidak pernah timbul perasaan. Tapi berbeda dengan Siska, rasa itu tumbuh dalam hatinya ada perasaan ingin memiliki. George memperlakukan Siska dengan lembut, ia kembali membuka maskernya sebagian untuk mencium bibir Siska. Lalu George menutup mata Siska dengan pita kain, agar ia lebih leluasa dan Siska tidak mengenalinya. "Aduh Raka, kenapa pakai