Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 51. Konfrontasi Liana

Share

Bab 51. Konfrontasi Liana

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 20:09:13

Semua mata tertuju pada mereka. Meskipun belum semua karyawan datang, tetapi ada sekitar 10 orang yang sudah ada di sini.

Reza tampak terkejut, wajahnya memerah, seperti memendam malu dan kecewa.

“Maaf, Li, aku benar-benar minta maaf,” katanya, suaranya lambat.

“Kamu pikir, kamu itu setampan apa sampai berani mendekatiku?” Liana menatap Reza dengan senyum tipis.

“Li …” Reza seperti tidak menyangka Liana akan berkata soal fisik.

Aku pun sama terkejut. Padahal, Reza juga tergolong tampan. Tubuhnya tinggi dan cukup atletis, rambutnya hitam lebat, raut wajahnya tegas dengan kulit sawo matangnya sudah cukup untuk membuatnya menarik.

“Sekali lagi kamu melakukan itu, aku nggak akan tinggal diam!”

Namun, Liana tidak peduli dia kembali ke mejanya, meninggalkan Reza yang seolah kehilangan nyawa.

Aku merasa dadaku sesak. Liana terlalu kasar, dan Reza pasti hancur. Aku tahu dia menyukai Liana, dan dihina seperti itu di depan semua orang pasti sangat menyakitkan.

Aku tidak bisa diam, harus tegas k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Soegi
nulis koq dicicil... jelek amat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 116. Teman Ayah

    Nayla bahkan menutup pintu dapur dan mengatakan, “Abang, jangan ikut masuk ke dapur, lebih baik Abang istirahat!”Aku tertawa, takjub pada perhatian mereka. Mereka bersikeras aku harus segera istirahat, meski aku mengatakan belum mengantuk. Tapi akhirnya aku pergi ke kamarku, aku berbaring memegang kepala belakangku yang masih terasa sakit.Hingga setelah beberapa saat, pintu kamarku terbuka.“Bang, sudah, tidur! Besok harus sehat!” kata Nayla, tangan di pinggang.Mama Siska mengangguk, “Betul kata Nayla, Raka. Kamu harus banyak istirahat, selamat tidur ya!”"Cepat sembuh ya, Bang!" Nayla menutup kembali pintunya.Aku sudah mendapatkan keluarga yang utuh. Aku bertemu dengan keluargaku dan sekarang, aku ingin Mama Siska dan Nayla juga menjadi bagian dari keluargaku. Tinggal satu masalah yang kuhadapi, tapi ini masalah yang besar.Mataku sudah mulai mengantuk, aku mematikan lampunya lalu setelah itu aku tertidur.Pagi hari tiba, sinar matahari menyelinap lewat jendela, membawa sedikit k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 115. Perhatian dan kepedulian mereka

    Cahaya terang menyelinap ke mataku, disertai rasa sakit di kepala yang masih berdenyut. Aku membuka mata perlahan, menyadari aku terbaring di ranjang rumah sakit, kepala diperban. Di sampingku, Mama Siska duduk dengan wajah pucat, matanya merah karena menangis. Alicia berdiri di dekat pintu, wajahnya tegang tapi penuh perhatian.“Raka, akhirnya kamu sadar!” seru Mama Siska, langsung memelukku erat, air matanya membasahi bahuku.Aku mengusap punggungnya, suara serak, “Ma, aku nggak apa-apa. Cuma pusing dikit, kepalaku masih sakit, tapi udah baikan.”Alicia mendekat, tangannya menyentuh ranjang. “Raka, aku yakin ini pasti ulah Alex. Memang belum ada bukti, tapi siapa lagi yang ingin mencelakai kamu kalau bukan Alex? Kamu yang bikin hidupnya hancur dan mempermalukannya di depan publik,” katanya, nada penuh keyakinan.Aku mengangguk pelan, merasakan nyeri di belakang kepala. “Iya aku juga sudah menduganya, sekali lagi terima kasih banyak sudah membantuku. Apa polisi sudah menyelidikinyai?

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 114. Bahaya menyerang

    “Bang, nanti jemput aku lagi sore, ya. Takut wartawan dateng lagi,” katanya, suara khas.Aku mengangguk, “Pasti, Nay. Tenang aja, Abang pasti jemput dan ada Mas Tejo juga yang akan melindungi kita.” Dari spion, aku lihat Tejo mengikuti dengan motornya, matanya tajam memindai jalan.Di kampus, Nayla mencium tanganku, bersikap sopan seperti biasa, lalu berlari ke gerbang. Aku segera kembali ke rumah, Tejo di belakangku. Rasanya seperti buronan, kebebasanku terkungkung oleh ancaman Alex dan sorotan media.Tiba di rumah, Mama Siska sedang menyiram tanaman. Aku membantu membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, sembari menceritakan nanti akan pergi.“Ma, nanti jam sembilan aku ke kantor pengadilan, mau memproses perceraian. Bu Alicia mau bantu, dia punya kenal hakim di sana,” kataku, suara tegas.Mama Siska berhenti menyiram tanaman ceretnya dia simpan, wajahnya tiba-tiba muram. “Raka, kamu serius mau cerai sama Tiara?” tanyanya, nada penuh luka.Aku menghela nafas panjang, kesal karena pe

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 113. Gairah berkobar

    Kemudian aku tuntun, hingga Mama Siska berbaring di kasur. Aku telusuri lekuk tubuhnya dari ujung kaki hingga kepala, aku singkap gaun tidurnya sampai buah dadanya terlihat jelas begitu menggoda.Kembali aku daratkan ciuman di bibirnya, tangannya menggerayangi tubuhnya hingga menemukan buah dadanya yang kenyal. Lalu aku turun ke bawah, aku nikmati buah dadanya yang hangat dan kenyal. Aku remas dengan kedua tanganku, hingga dia mendesah keras.Aku kembali turun menelusuri perutnya, hingga bertemu dengan celana dalamnya. Aku buka semuanya, sampai dia tidak memakai sehelai benangpun. Kulitnya begitu putih mulus, tidak ada cacat sedikitpun di kulitnya.Mendadak, aku merasa gerah dan aku buka semua pakaianku. Aku berdiri di atas kasur, aku sengaja memamerkan ototku padanya. Aku berpose seperti seorang binaragawan, walaupun ototku tidak terlalu besar. Aku tunjukkan otot bicepku padanya, membuatnya tertawa. Dan berakhir dengan pose membagongkan, aku mengelus benda pusakaku dengan gerakan men

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 112. Gairah tak pernah padam

    Aku berusaha tetap bersikap santai, “Oh ya, ayo kalau gitu. Aku sudah lapar nih.” Dia mengangguk, tapi sikapnya sedikit kaku.Kami makan malam bersama di ruang makan, Nayla terlihat segar setelah selesai mandi.Dia bercerita, “Tadi temen-temenku pada heboh, Bang, tanya soal Abang. Tapi teman-temanku yang waktu itu pernah kesini, justru pada seneng karena status Abang jadi duda katanya. Mereka jadi ada kesempatan buat deketin Abang, tapi aku menolak mereka dengan murka, masa aku punya kakak ipar yang umurnya seumuran denganku?" katanya, suaranya terlihat kesal.Kami tertawa, tapi aku baru sadar ternyata sebentar lagi statusku akan berubah dan resmi jadi seorang duda. Mama Siska ikut tertawa, tapi matanya penuh kekhawatiran. “Nayla, kamu ini ada-ada saja. Ko bisa kepikiran sampai situ? Mama juga tadi khawatir dengan keadaanmu, takut kamu kenapa-kenapa." lalu Mama Siska memikirkan sesuatu, "Mama juga khawatir sama Tiara, apa dia baik-baik saja? Mama tidak tahu, sekarang dia ada dimana.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 111. Media semakin heboh

    Pembawa berita mengatakan, “Skandal ini mengguncang dunia bisnis. Alex Baskara, seorang pengusaha ternama, kehilangan kredibilitasnya dan besar kemungkinan karirnya akan meredup. Sampai saat ini, Pak Alex masih susah untuk dimintai keterangan, masih mengurung diri di rumahnya. Sementara Raka, yang menjatuhkan talak pada Tiara jadi sorotan."Aku menatap Mama Siska yang masih ketakutan, aku memegang tangannya. "Cepat atau lambat, semuanya akan kembali seperti semula, Ma. Mama tenang saja, aku akan segera menyelesaikan masalah ini." "Yang Mama takutkan, mereka akan nekad karena pasti tidak akan menyerah.""Mama percaya sama aku, itu semua tidak akan terjadi."Ketika kami sedang fokus nonton TV, ponselku berdering dan ternyata dari Nayla.“Bang, cepat jemput aku! Banyak wartawan di kampus, tanya-tanya soal Abang sama Kak Tiara!”Jantungku berdegup kencang. Media memang tidak pernah mengenal lelah, dan Alex, sebagai pengusaha besar, membuat skandal ini jadi sensasi. “Tenang, Nayla. Aku s

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 110. Situasi semakin tidak aman

    Siang itu, rumah terasa lebih hidup meski bayang-bayang Tiara masih mengintai. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas, aku dan Mama Siska duduk di ruang tengah, menikmati momen berdua setelah hubungan intim tadi pagi. Nayla baru pulang nanti sore, memberi kami waktu untuk bisa bermesraan tanpa gangguan. Aku menggoda Mama Siska, mencuri senyumnya dengan candaan ringan.“Ma, kalau Mama buka warung makan, pasti akan viral karna kokinya sangat cantik. Tapi lebih baik hanya aku saja pelanggannya, jangan ada yang lain,” kataku, mengedipkan mata.Dia tertawa, memukul lenganku pelan, wajahnya memerah. “Ngomong apa, sih, Raka! Udah, lebih baik bantu Mama siapin makan siang.”Mama Siska bangkit, menuju dapur, tapi wajahnya berubah saat membuka lemari bahan makanan. “Raka, sepertinya stok bahan makanannya sudah habis. Mama lupa, asalnya mau belanja kemarin tapi karena sibuk nyiapin buat pesta, jadinya gak sempat. Harus belanja dulu,” katanya, nadanya ragu.Aku tahu dia takut keluar karena di

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 109. Gas... dua ronde!

    Aku lepaskan gaun tidurnya, hingga tinggal tersisa bra dan celana dalamnya saja yang menghiasi tubuhnya."Raka, apa kita akan melakukannya di dapur?" tanyanya ragu.Aku memegang wajahnya, aku usap rambutnya. "Kenapa tidak, gak ada siapa-siapa di rumah ini. kita sudah pernah di sini kan?" tanganku melingkari pinggangnya yang ramping.Belum sempat dia menjawab, aku cium lagi bibirnya. Bagiku di tempat terbuka seperti ini, jauh lebih bergairah dan menantang. pori-pori kulitnya, terdapat butiran keringat yang membuatnya terlihat semakin menggoda. Aku buka tali bra-nya, hingga sepasang buah dadanya yang padat dan bulat kini terbebaskan. Aku remas dengan gerakan memutar, hingga remasannya semakin keras sampai dia meringis keenakan. Kita dalam posisi berdiri saling berhadapan, wajahnya mendongak ke atas. Tangannya mengusap dadaku, gerakan yang begitu erotis yang membangkitkan gairahku.Aku membuka kaosku, celana dan semuanya sampai benar-benar tidak memakai sehelai benangpun. Akupun membuka

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 108. Gairah panas di dapur

    Aroma nasi goreng dan telur mata sapi mengisi dapur, membawa sedikit kehangatan setelah pagi yang penuh air mata. Kami bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla—duduk mengelilingi meja makan, sarapan bersama seperti keluarga cemara.Aku sengaja mengusili Nayla, mencuri sepotong timun dari piringnya. “Bang, iih itu punyaku!” protesnya, memukul lenganku pelan, tapi matanya berbinar ceria."Kirain gak mau, habisnya di lihatin terus memangnya pajangan?" godaku."Belum ihh, lihat Ma! Bang Raka nyebelin!" bibirnya manyun, bikin dia semakin terlihat lucu.Mama Siska tertawa, wajahnya yang tadi muram mulai ceria.“Raka, jangan ganggu Nayla, makan yang bener!” katanya, tapi nadanya tertawa, membuatku tersenyum.Momen ini sederhana, tapi sangat berarti. Aku ingin menghapus bayang-bayang Tiara dari rumah ini, setidaknya untuk pagi ini.Setelah sarapan, Nayla bergegas ke kamarnya, bersiap ke kampus. Aku memutuskan akan mengantarnya, bukan cuma karena tanggung jawab, tapi juga demi keselamatannya. Ancama

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status