Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 63. Persahabatan kembali bersatu

Share

Bab 63. Persahabatan kembali bersatu

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 22:15:45

Sesampainya di depan rumah, aku memarkir motor dan melepas helm.

“Za, mampir ngopi dulu, yuk,” ajakku, setengah bercanda.

Reza menggeleng, tapi aku tetap memaksa. “Ayolah, bro! Lu nggak pernah mampir sejak gua nikah. Sekali ini aja!”

Akhirnya dia mengalah, memarkir motornya dan mengikutiku masuk.

Di dalam, aroma masakan Mama Siska langsung menyapa. Dia sedang di dapur, mengaduk sesuatu di wajan, rambutnya diikat asal tapi tetap terlihat mempesona.

“Ma, aku pulang! Ada tamu, nih!” seruku, membuatnya menoleh.

Mama Siska tersenyum lebar, menghapus tangan ke celemek.

“Eh, ada tamu? Siapa ini, Raka?” tanyanya, mendekat.

Reza berdiri di sampingku, dan aku bisa melihat matanya melebar saat melihat Mama Siska. Dia seperti lupa berkedip, wajahnya kaku tapi penuh kagum.

“Ini Reza, Ma. Temanku dari kantor,” kataku, memperkenalkan.

Reza buru-buru mengulurkan tangan, dan saat bersalaman, dia memegang tangan Mama Siska sedikit terlalu lama. Aku memicingkan mata, merasa ada yang aneh.

“Senang ketemu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 139. Desahan di kamar Mama

    Untungnya, Pak Hendra hanya mengangguk, alasan yang aku katakan cukup masuk akal. Aku merasa lega, tapi di dalam hati, aku tahu suatu saat nanti aku harus jujur tentang hubunganku dengan Mama Siska.Setelah ngobrol panjang, Pak Hendra pamit pulang. Dia mengatakan rumah ini akan dijaga ketat, bukan hanya oleh bodyguardnya Alicia saja, tapi juga anak buahnya dan anak buahnya Pak Budi.Aku termenung, teringat kata-kata Alicia waktu itu. Aku harap dia tidak serius tentang hubungan ini, karena dari awal ini hanya urusan kesepakatannya saja untuk membantuku. Aku hanya ingin setia pada Mama Siska, meskipun hubungan kami masih di rahasiakan.Seharian ini aku hanya rebahan di kasur, tapi ketika sore hari aku memaksakan diri berjalan-jalan di rumah. Kaki dan dadaku masih terasa sakit, setiap langkah terasa berat. Nayla pulang menjelang makan malam, wajahnya ceria.“Bang, aku makan di kamar sama Abang, ya? Aku ingin nemenin Abang!” katanya, membawa piring berisi nasi dan ayam goreng.“Kamu kayak

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 138. Sikap Mama Siska berubah

    Setelah Mama Siska pergi ke dapur, Nayla juga pamit. “Bang, aku ke kampus dulu, ya. Sudah siang nih, mau kuliah dulu. Aku ke kamar bentar ya!” katanya, suaranya ceria seperti biasanya.“Iya, Nay. Hati-hati di jalan,” jawabku, tersenyum.Nayla mengangguk, lalu berlari ke kamarnya. Kini aku sendirian di kamar, ditemani keheningan yang terasa menyesakkan. Tubuhku masih terasa sakit, setiap tubuhku aku gerakan terasa seperti ditusuk-tusuk. Kepalaku yang baru sembuh dari pukulan beberapa waktu lalu kini kembali terluka setelah pertarungan di rumah tua itu. Aku hampir kehilangan nyawa demi menyelamatkan Mama Siska, tapi luka fisik ini tidak sebanding dengan kegelisahan yang menggerogoti hatiku.Mama Siska masuk, membawa mangkuk bubur ayam yang masih mengepul. Aroma wangi bubur itu biasanya membuatku nyaman, tapi entah kenapa suasana terasa berbeda. Dia meletakkan mangkuk di meja samping ranjangku, lalu mulai menyuapiku seperti saat di rumah sakit.“Ma, biar aku makan sendiri saja. Aku sudah

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 137. Saatnya mereka tahu

    “Terima kasih banyak, Pak,” jawabku, tulus. “Sudah repot-repot membantuku.”Mereka mengangguk, lalu pamit pergi. Mas Bambang, Mas Supri, dan Mas Tejo kembali ke posisi mereka menjaga rumah di luar, seperti biasa.Kini, di kamar, hanya ada aku, Mama Siska, dan Nayla. Suasana tiba-tiba terasa lebih berat. Wajah mereka penuh pertanyaan, dan aku tahu, saatnya tiba untuk jujur.Nayla, yang selalu paling banyak ngomong gak bisa diem, memulai duluan. “Bang, sebenarnya Pak Budi itu ada hubungan apa sama Abang? Kok baik banget? Kayak… bukan orang biasa, benar-benar peduli.”Aku menarik napas dalam-dalam, memandang Mama Siska dan Nayla bergantian. Mereka adalah orang-orang yang aku percaya, keluarga yang sangat dekat dan peduli padaku. Aku sudah berjanji untuk jujur, dan sekarang adalah saatnya.“Jadi… Pak Budi itu temennya ayahku,” kataku pelan, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. “Ayah menitipkan aku ke Pak Budi kalau ada apa-apa. Seperti musibah kemarin, dia ikut membantu. Bukan hany

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 136. Akhirnya bisa pulang

    Malam di rumah sakit terasa lebih tenang dibandingkan malam-malam sebelumnya, meski suara detak jantungku sendiri seolah menggema di ruangan yang sunyi. Aku menoleh ke Mas Supri, yang duduk di sudut ruangan, matanya waspada meski tubuhnya tampak lelah.“Mas Supri, tidur di sofa itu aja, ya,” kataku sambil menunjuk sofa empuk di dekat jendela. “Jangan di luar, dingin.”Mas Supri mengangguk, tapi wajahnya tetap serius. “Iya, Mas. Tapi saya tetap akan berjaga. Walaupun kita di rumah sakit, kita nggak tahu apa yang akan terjadi.” Suaranya rendah, seperti orang yang sudah terbiasa menghadapi bahaya.Aku tersenyum kecil, menghargai kesetiaannya. “Iya, Mas. Mudah-mudahan aman.”Aku memejamkan mata, dan tanpa sadar, rasa kantuk menarikku ke dalam alam mimpi akupun tertidur pulas. Mimpi-mimpi samar melintas di kepalaku, bayangan Mama Siska yang tersenyum, Nayla yang tertawa, dan wajah kabur seseorang yang kini membuatku waspada. Mungkin itu Alex, sosok yang masih menjadi bayang-bayang misteriu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 135. Nayla tahu semuanya

    Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan emosi yang membuncah. “Ma, aku ikhlas. Kalau harus mengorbankan nyawaku untukmu, aku nggak akan ragu. Hatiku hancur waktu tahu kamu dibawa mereka, dan aku nggak tahu kamu di mana. Aku merasa gagal menjagamu. Kalau aku lebih cepat, mungkin ini semua nggak akan terjadi.”Mama Siska mengusap air matanya, menggeleng pelan. “Jangan salahkan diri sendiri, Raka. Kejadian itu malam hari, saat semua orang tertidur. Bukan salahmu. Justru karena kamu, Mama bisa selamat. Terima kasih, Raka. Yang penting sekarang semuanya sudah berakhir.”Aku ingin memeluknya, tapi tubuhku masih terlalu lemah. Namun, saat tanganku masih memegang tangannya, aku tiba-tiba menyadari kehadiran Nayla yang diam-diam memperhatikan kami. Mama Siska juga sepertinya baru sadar, dia buru-buru melepaskan tanganku, wajahnya sedikit memerah. Aku merasa canggung, tapi sebelum aku bisa berkata apa-apa, Nayla tiba-tiba berjalan mendekat, tersenyum misterius.“Kalian nggak usah sembuny

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 134. Aku masih hidup

    Mama Siska berteriak, mencoba meraihku, tapi pria lain menarik tangannya dengan kasar. Aku bangkit, mengabaikan rasa sakit, dan menerjang pria yang memukulku. Kami berkelahi, tinjuku mendarat di wajahnya, tapi mereka berdua, dan aku hanya sendiri. Pukulan mereka mendarat di wajahku, dadaku dan perutku. Aku terhuyung, tapi melihat Mama Siska didorong hingga jatuh ke lantai membuat darahku mendidih. Dengan sisa tenaga, aku mengangkat kursi tua di dekatku dan menghantamkannya ke salah satu dari mereka. Dia tersungkur, tapi yang satunya menyerangku dari samping, membuatku terjatuh lagi.Ponselku terlepas dari saku, meluncur ke arah Mama Siska yang terkapar di lantai.“Ma, ambil ponselku! Cepat lari!” teriakku, suaraku serak. “Hubungi Mas Bambang, dia disini bersamaku!”Mama Siska meraih ponselku, matanya penuh air mata. “Raka, aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri!” katanya, suaranya penuh keputusasaan.“Aku gak apa-apa, cepat pergi, Ma! Aku akan tahan mereka!” Aku mendorong pria yang men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status