Laura?" tanya batin Satria seakan tak percaya.
"Satria?" tanya Laura dengan mata yang berkaca-kaca. Satria mengerling, terkejut saat laura memeluknya begitu erat. Dinda yang melihatnya hanya terdiam dan tak mampu menegak salivanya sendiri.
"Aku sangat merindukanmu, Sat!" kata laura terkejut saat satria melepas pelukannya.
Laura heran, kenapa satria tiba-tiba melepas pelukannya. Dalam hati kecilnya seakan bertanya-tanya, 'apa dia tidak merindukanku lagi?'
Tatapan Satria benar- benar membuatnya rindu.
"Kamu laura?" tanya Satria memastikan.
Laura tersenyum, ia senang saat orang yang pernah ada di hatinya kini mulai mengingatnya kembali.
"Sat, dia memang mirip banget sama laura. Tapi, mana mungkin dia laura? Laura 'kan sudah meninggal?" bisik Dinda seraya melirik laura yang menyunggingkan senyumnya.
"Kalian tak percaya jika ini aku?" tanya Laura menunjukkan bekas goresan luka yang dulu pernah menyelamatkan Satria.
Seketika, hati laura seakan hancur berkeping-keping. Memori indah yang mulai muncul dan angan-angan untuk bersama Satria kini hanya kiasan saja.Dinda mulai menyipitkan matanya, ia penasaran saat melihat cincin manis melingkar di tangan kiri Laura."Laura, apa kamu sudah bertunangan?" tanya Dinda membuyarkan lamunannya.Perlahan, ia menurunkan tangannya. Ia tersenyum tipis menatap sahabatnya yang terlihat penasaran dengan kehidupannya selama ini."Tidak, aku hanya ingin memakai aksesoris saja di tanganku," ucapnya seraya menyunggingkan senyumnya."Benarkah?" tanya Dinda memastikan."Ya," jawabnya pasti.Entah kenapa, Dinda merasa ada yang di sembunyikan di balik senyum manis Laura.Satria menghampiri mereka yang terlihat asyik bercengkerama. Terlihat begitu jelas, raut wajah mereka penuh dengan kerinduan yang mendalam."Kenapa kalian?" tanya Satria mengejutkan mereka."Kepo banget jadi orang! By the wa
Sesaat, kedua matanya mengerling saat rumahnya sangat sepi, tak ada orang sama sekali. Berkali-kali, Satria mengecek dengan teliti. Tapi hasilnya juga sama. Sepi dan tak ada orang di rumah. "Kemana mereka?" tanyanya berpikir. "Ada apa?" tanya Doni yang melihat Satria sedang ada masalah. Tak ada jawaban ataupun menoleh ke arahnya. Biasanya, jika Satria seperti itu, ia sedang berpikir untuk mengatasi masalah tersebut. "Stroller junior," gumam Satria mengecek cctv yang ada di stroller putranya. Doni mengernyit dan melirik Satria yang sangat fokus dengan ponsel yang ada di tangannya. Satria mendesah sebal. Ia tak habis pikir jika stroller milik junior tak ada signal. "Ada apa, Sat? Apa ada masalah besar?" tanya Doni seraya mengemudi mobilnya. "Apa hari ini, ada laporan dari mereka?" "Tidak, hari ini tak ada laporan dari mereka? Memangnya kenapa?" tanyanya penasaran. "Di rumah sepi dan tak ada orang s
"Apa kamu suka?" tanya Satria memegang kedua pipi istrinya yang chubby."Heem," kata Rachel terkejut saat suaminya melumat bibirnya dengan lembut.Satria menyeringai. Jari jemari tangannya tak berhenti membelai rambut indah Rachel yang terurai panjang."Bukankah kamu bilang ke Surabaya tiga hari? Kenapa hari ini pulang? Apa semua baik-baik saja?" tanya Rachel seraya melingkarkan tangannya di pinggang Satria."Semua baik-baik saja."" Apa kamu tidak bisa mengatasi masalah dengan klien?""Tidak, semua baik-baik saja!""Trus apa?" tanya Rachel penasaran."Aku tak mau kamu kecewa!"Rachel menyunggingkan senyumnya. Ia seakan masih tak percaya dengan surprise yang di berikan Satria kepadanya. Sangat Romantis dan sangat berbeda dengan acara ulang tahun sebelumnya."Makasih, ya. Kamu pulang di hari ulang tahun aku. Dan aku juga tak menyangka kalo suamiku menyiapkan semua ini untukku," tutur Rachel yang membuat senyum Satria sedikit m
Rachel terbelalak kaget. Ia mulai panik saat junior tidak ada di tempat tidurnya."Junior ke mana?" tanya Rachel bingung mencari buah hatinya.Sesaat, langkah kakinya terhenti ketika melihat junior tertidur pulas di pelukan suaminya.Rasa bingung, panik seketika hilang dengan sendirinya."Ternyata kamu tidur sama papa, Nak!" gumam Rachel menyeringai.'Ya Tuhan, terimakasih atas kebahagiaan yang Engkau berikan untuk keluarga kecilku ini. Terimakasih juga Engkau telah memberikan suami seperti dia.'Rachel mengikat rambutnya yang terurai panjang.Secara perlahan, ia mulai mendekati dua orang yang kini mengisi hati kecilnya."Kalian mirip banget," lirih Rachel tersenyum seraya mendekap tubuh suaminya.Satria yang merasa ada sentuhan di tubuhnya, secara perlahan mulai terbangun dari tidur.Ia membuka kedua matanya yang masih menahan rasa kantuk yang mendalam.Rachel tersenyum dan tak berhenti m
Rachel terperangah saat mendengar nama suaminya terlontar dari mulut Laura."Sahabat kecil Satria?" tanya batin Rachel seraya menatap wajah cantik Laura yang berdiri di sampingnya.Wajah cantiknya seketika cemberut saat suaminya memiliki sahabat yang begitu cantik dan anggun. Oma hanya mendesah dan tak menggubris akan perkataan laura kepadanya.Senyum laura memudar. Ia menoleh ke arah Rachel yang sedari tadi tersenyum tipis ke arahnya."Kamu, pasti istrinya Satria?" tebak Laura menunjuk ke arah Rachel.Rachel tersenyum."I ...," kata Rachel terhenti."Rachel, kita pulang saja! Oma capek!" perintah oma pergi seraya mendorong scottler milik junior.Rachel mengernyit. Ia tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya antara oma dan Laura."Iya, Oma!" jawab Rachel mengambil tas kecilnya.Laura menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir dengan sifat jutek oma kepadanya.Ia menoleh ke arah Rachel yang masih berdi
"Di sana pemandangannya sangat indah, udaranya juga sejuk. Bawa istri dan anak kamu juga! Aku yakin, dia pasti mau. Apalagi, dia sangat hobi bermain golf 'kan?"Perkataan dan pertanyaan sakti membuatnya terkejut. "Bagaimana bisa dia tau kalo Rachel sangat suka bermain golf?" tanya batin Satria mengerutkan keningnya.Sakti menyeringai. Ia sangat tau dengan apa yang di pikirkan oleh Satria saat ini."Semua orang tau apa hobi istri kamu, Satria. Sebelum menikah dengan kamu, banyak kegiatannya bermain golf di beranda medsosnya," tutur Sakti menjelaskan.Satria menghela nafas panjang. Ia benar-benar tak pernah tau tentang isi medsos milik istrinya."Ya sudah, aku pulang dulu! Kalo ada waktu, kamu bisa hubungi aku!" kata Sakti masuk ke dalam mobilnya.Satria menyeringai melihat Sakti pergi meninggalkannya."Bagaimana bisa aku tak tau tentang medsos istriku sendiri? Hobinya saja aku tau dari orang lain," gerutu Satria menop
Ceklek!Sesaat, senyum Rachel memudar. Ia terbelalak kaget saat Laura tiba-tiba memeluk tubuh suaminya dengan erat."Satria, akhirnya aku menemukan kamu!" kata Laura tanpa memperdulikan perasaan Rachel."Laura, lepaskan!" pinta Satria melepaskan pelukan Laura.Senyum Laura meredup. Kedua matanya menatap ke arah tangan kekar Satria yang begitu erat memegang jari jemari tangan Rachel."Satria, aku ....""Dia istriku. Dan tak seharusnya kamu bersikap seperti itu," ujar Satria bernada tinggi.Rachel menatap wajah tampan suaminya. Ia menyeringai saat Satria sangat menjaga perasaannya."Iya, maafkan aku! Aku tak bermaksud untuk ....""Jangan biasakan lagi! Semuanya sudah berubah, jangan samakan seperti dulu!" ketus Satria tegas.Hati laura seakan teriris mendengar bentakan dari satria. Suatu hal yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam persahabatan mereka."Iya. Sekali lagi, maaf, ya! Rachel, maafkan aku, y
Lepaskan aku! Aku sangat mencintai dia. Dari dulu sampai sekarang, aku ingin bersamanya." kata-kata Laura mulai melintas di pikirannya."Siapa orang yang ia maksud?" tanya Sakti penasaran.Dengan cepat, ia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya.Jari jemari tangannya dengan cepat menekan nomor yang ada di layar ponsel."Kamu ikuti terus ke manapun dia pergi!" perintah Sakti mematikan ponselnya."Sampai kapanpun aku tak bisa melepasmu, Laura!" gumam Sakti melirik ke arah ponselnya yang bergetar."Iya," jawab Sakti seraya mengambil jas yang tergeletak di bahu kursi.****Dinda melirik Satria. Sudut matanya mengerut melihat sahabatnya yang sedari tadi terdiam seribu bahasa."Da apa? Apa ada masalah dengan Rachel?" tanya Dinda penasaran.Satria mendongak dan menatap ke arah sekertarisnya yang begitu ingin tau tentang dirinya."Sudah selesai?" tanya Satria yang fokus pada pekerjaan yang