Perjodohan merupakan hal yang tak pernah terlintas di benak Rachel Anastasya. Karena perjodohan yang tak ia inginkan, ia memilih untuk kabur dari rumah tepat di hari pertunangannya. Gadis cantik yang selalu dimanja oleh keluarganya, kini harus berjuang seorang diri untuk menghidupi kehidupannya. Menjadi seorang cleaning service adalah pekerjaannya saat ini. Namun siapa sangka, kepergiannya dari rumah membuat ia bertemu dengan CEO jutek yang tak lain adalah calon tunangannya sendiri. Rachel terdiam dan tak mampu berkata. Mulutnya seakan terkunci rapat saat mengetahui orang yang akan membebaskan dirinya dari keluarganya adalah calon tunangannya sendiri, Satria Angkasa. "Jadi, calon tunanganku adalah dia?" tanya Rachel menoleh ke arah Satria yang berdiri tegak di belakangnya. Satria memicing menatap Rachel bingung saat mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Akankah Rachel menerima perjodohan tersebut atau tetap menolaknya?
view moreJari jemari manis Rachel begitu lihai dalam menata rambutnya yang panjang. Ia bergegas mengemasi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper.
"Pa, ma, maafin Rachel, ya. Rachel terpaksa harus pergi dari rumah ini. Maafkan Rachel yang tak mau menuruti keinginan papa dan mama," ucap Rachel mencium foto keluarganya itu.
Selembar kertas ia letakkan di meja sebagai pengganti ucapan perpisahan untuk kedua orangtuanya. Secara perlahan, Rachel menoleh ke sana kemari dan mulai melangkah mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri. Kedua matanya berputar dan memastikan kalo situasinya sedang berpihak padanya.
"Syukurlah, mereka belum bangun. Aku harus cepat-cepat meninggalkan rumah ini," gegas Rachel keluar dari rumah.
Tepat jam 09.00 WIB, Semua orang bersiap untuk menjamu tamu dari pihak laki-laki yang akan melamar Rachel.
Semua keluarga Rachel begitu kompak dalam mengenakan pakaian yang sudah disediakan oleh keluarga konglomerat tersebut. Banyak bunga tertata indah di halaman rumah untuk menyambut keluarga laki-laki.
"Pa, gimana? Mama cantik?" tanya mama yang membuat papa tersenyum senang.
"Beautiful!" puji papa memegang kedua pundak istrinya tersebut.
"Thank you, Pa!" ucap mama memeluk papa dengan erat.
"Oiya, Ma. Coba Mama panggil Rachel, satu jam lagi mereka akan datang, lho!" Papa yang melepas pelukan hangat istrinya itu.
"Iya, Pa. Pasti anak kita masih berdandan. Papa tau kan, dia berdandan berapa lama?" ucap mama dengan bangganya.
"Maka dari itu, Mama harus bantu dia agar cepat selesai."
"Ok, Pa!" ucap mama pergi meninggalkan suaminya.
"Akhirnya hari ini aku bisa memenuhi pesan terakhir dari ibu," kata papa membenarkan jasnya sembari tersenyum ke arah kaca rias yang terletak di kamar.
Dengan jalannya yang sexy, mama Gina mengetuk-ngetuk pintu kamar putrinya.
"Sayang, sudah siap belum?" teriak mama Gina.
"Bentar lagi keluarga Angkasa datang, lho!" kata mama mengernyitkan dahinya ketika tak ada jawaban.
"Kok tak ada jawaban?" tanyanya seorang diri.
"Mama masuk, ya?"
Ceklek
Kedua mata mama berputar melihat kamar putrinya yang nampak sepi dan sunyi. Lampu kamar masih menyala, kamar tidur juga masih tertata rapi.
"Rachel, kamu masih mandi?" seru mama berjalan menuju kamar mandi.
"Tak ada? Kemana dia?" tanya mama bingung.
"Rachel..." teriak mama mencari keberadaan putrinya.
Sesaat, langkahnya terhenti ketika melihat selembar kertas yang tergeletak di meja rias.
"Apa ini?" Mama mulai membaca secarik kertas yang memang tertuju untuknya.
"Dear Papa dan Mama,
Pa, ma, maafin Rachel harus menulis surat ini untuk mama dan papa. Maaf beribu maaf, Rachel akan selalu mengucap kata-kata ini untuk mama dan papa. Rachel tidak bisa memenuhi keinginan papa dan mama. Rachel belum siap untuk menikah di usia muda. Maafkan Rachel jika tidak bisa menuruti keinginan Nenek.
Salam anakmu,
Rachel"
"Papa..." teriak mama yang mengguncang seisi rumah tersebut.
Sejenak, pak Dirga menoleh ke arah suara yang membuatnya terkejut.
"Ada apa mama ini?" tanya papa bergegas menuju ke kamar Rachel yang letaknya tak jauh dari kamarnya.
Semua keluarga berkumpul terdiam seraya tak percaya jika Rachel akan pergi di hari pertunangannya.
"Gimana nih, Pa?" tanya mama bingung.
"Apa maksud Rachel pergi begitu saja, Kak?" sahut tante Sera sembari menopangkan kedua tangan di dada.
"Iya, bagaimana jika keluarga Angkasa tau kalo Rachel kabur dari rumah?" sahut tante Nia yang melihat kakaknya terdiam seribu bahasa.
"Anak itu, bisa-bisanya dia pergi di hari pertunangannya ini. Apa yang ada di pikirannya? Apa dia tidak tau, betapa besarnya harapan kita, jika dia menikah dengan putra keluarga Angkasa itu," sahut om Lukman kesal.
"Diam kalian!" gertak pak Dirga yang membuat semua tak berkutik.
****
Dengan penampilan yang begitu perfect, Satria mulai melangkah menghampiri mamanya yang sudah bersiap untuk melamar gadis pilihan Omanya.
Dengan senyum tipis, ia mulai menuruni anak tangga yang menjulang tinggi di rumahnya.
"Wah, sayang. Kamu tampan sekali!" puji Mama Rita.
"Thanks, Ma," ucap Satria singkat.
"Sejak bekerja di Bogor, kamu terlihat begitu tampan," puji mama Rita mengusap bahu putranya yang begitu gagah.
Satria hanya tersenyum tipis menyikapi perkataan mamanya itu.
"Sayang, makasih, ya? Karena kamu sudah mau menerima perjodohan ini. Ngomong-ngomong , tak ada yang terluka 'kan? Dengan perjodohan ini?" tanya mama seraya memegang tangan putranya.
"Kapan kita berangkat?" tanya Satria mengalihkan pembicaraan sembari melihat arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sekarang kita berangkat!" sahut papa berjalan menghampiri mereka dengan senyum yang menawan.
Sesaat, Satria melirik raut wajah kedua orangtuanya yang terlihat begitu bahagia. Seorang menantu memang keinginan mereka sejak dulu.
Tapi, karena sifat Satria yang angkuh, dingin, cuek dan hanya memikirkan perusahaannya membuat ia kesulitan untuk mencari pasangan hidup. Tepat usianya yang menginjak 29 tahun, akhirnya ia mau memenuhi keinginan dari keluarganya. Menikah dengan salah satu cucu sahabat dari omanya.
"Pa, apa Papa sudah mempersiapkan semuanya?" tanya mama berjalan seraya menggandeng tangan putranya.
"Mama tenang saja, papa sudah menyuruh orang untuk mengaturnya," jawab papa tersenyum senang dan mulai memasuki mobilnya.
"Syukurlah," lirih mama memandang putranya yang begitu acuh.
"Sayang, jika nanti kamu sudah menikah. Tolonglah, sifat acuh dan jutek kamu dihilangkan. Kasian istri kamu nanti," pinta mama dengan hati-hati.
"Kalo dia mau menerima perjodohan ini, seharusnya dia mau menerima Satria apa adanya, Ma!" kata Satria membuka kacamata hitamnya dan masuk ke mobil.
"Anak ini," keluh mama yang ikut masuk mobil.
Drt ... Drt ...
Satria mulai mengangkat telepon dari salah satu dari kliennya.
Mama Rita yang duduk disampingnya, hanya tersenyum senang melihat putranya yang terlihat begitu perfect.
"Siapa, Sat?" tanya mama penasaran.
"Pa, Ma, kayaknya Satria tidak bisa ikut ke sana? Ada sedikit masalah yang harus Satria bereskan," kata Satria mengejutkan kedua orangtuanya.
"Trus, bagaimana dengan pertunangan kamu, Sayang?" tanya mama cemas.
"Iya, Sat. Lagian di sana 'kan, ada Dinda yang menghandle semua," sahut papa menoleh ke belakang.
"Masalahnya clien yang satu ini tidak mau ada yang mewakilkan dalam meeting. Papa dan Mama tenang saja, pertunangan ini akan tetap berjalan. Pokoknya Satria serahkan semuanya pada Papa dan Mama."
Satria mencium punggung tangan mama dan papanya secara bergantian untuk berpamitan. Ia bergegas keluar dari mobil dan berlari menghampiri mobil jeep miliknya.
"Apa mereka tidak kecewa, jika Satria tidak ikut?" tanya mama seraya mengernyitkan dahinya.
"Semua akan baik-baik saja. Mama tak perlu khawatir, mereka akan menerimanya," ucap papa meraih tangan istrinya yang lembut.
"Semoga saja begitu. Mama takut jika mereka kecewa dan tak mau menikahkan putrinya," kata mama memanyunkan bibirnya.
"Mereka tak berhak memutuskan. Mama pindah di depan, ya? Papa tidak mau sendirian," pinta papa dengan senyum manisnya.
Di dalam bus arah Bogor, Rachel mulai terbangun dari tidurnya.
Kedua bola matanya yang indah, hidungnya yang mancung membuat kaum adam yang ada di dalam bus tersebut terpesona akan kecantikannya.
Sesaat, ia mengernyitkan dahinya ketika melihat ada beberapa orang yang tersenyum ke arahnya.
"Kenapa mereka tersenyum-senyum seperti itu?" gumam batinnya memilih untuk melihat pemandangan alam yang terlihat dari luar jendela yang ada di bus.
Tanpa sepengetahuan Rachel, ibu-ibu yang duduk di sebelahnya. Diam-diam mengambil dompet miliknya. Senyum tertoreh, ia tujukan pada ibu copet yang juga tersenyum kepadanya.
Sesampai di pertigaan, Rachel turun dari bus. Ia mencoba menghubungi sahabatnya untuk segera menjemputnya.
"Sambil menunggu Intan, lebih baik aku beli camilan buat dia. Aku yakin dia pasti menyukainya," gegasnya menuju minimarket yang tak jauh dari tempat itu. Dua keranjang barang belanjaan Rachel bersiap untuk mengantri di kasir.
Di perjalanan, Satria merasa tenggorokannya sangat kering. Ia menghentikan mobilnya dan bergegas membeli sebuah minuman di minimarket.
Sesaat langkahnya terhenti, ketika melihat ada gadis cantik yang membuat antrian panjang di kasir tersebut. Ya, gadis itu adalah Rachel. Rachel bingung mencari dompet yang tidak ia temukan di saku dan di tas kecilnya.
Satria mendesah dan berjalan ke arah kasir.
Kedua mata Rachel mengerling ketika ada orang yang mau membayar belanjaannya.
"Berapa semuanya? Biar saya yang bayar," tutur Satria yang mengagetkan Rachel.
"Semuanya satu juta lima ratus, Pak."
"Sekalian sama minuman ini," tukas Satria menunjukkan minuman yang ada di tangannya.
"Wait! Siapa kamu? Kenapa kamu membayar belanjaan saya?" tanya Rachel penasaran dan tak sengaja memegang tangan kiri Satria yang ada di sampingnya.
Sesaat, Satria melirik tubuh Rachel dari atas sampai bawah. Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.
Dengan cepat, ia melepas tangannya dan mengucapkan kata maaf.
"Anak manja!Jika tak mempunyai uang, jangan jajan di sini!" Satria yang pergi meninggalkan Rachel begitu saja. Rachel hanya mendesah dan tak habis pikir, dengan perkataan Satria kepadanya.
"Sialan, bisa-bisanya dia mengatai diriku anak manja. Siapa dia?"gumam batin Rachel greget melihat Satria yang menghilang dari hadapannya.
Kak Sakti calling ..."Ngapain pagi-pagi menelpon istri orang?" tanya batin Satria mendesah dan mulai mengangkat telepon dari Sakti.Dengan gayanya yang perfect, Satria menyilangkan kedua kakinya dan bersiap mendengar apa yang akan dibicarakan Sakti pada istrinya.(Rachel, apa Satria sudah berangkat? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak ada jawaban!) Perkataan Sakti membuat Satria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengernyit dan tak habis pikir jika Sakti benar-benar menghubungi dirinya."Sayang siapa?" tanya Rachel mengejutkan Satria.Rachel mengernyit menatap suaminya melempar ponsel miliknya di atas tempat tidur."Sayang, kenapa kamu melemparnya?" Rachel tak berhenti mengerjap saat suaminya berjalan mendekati dirinya."Bagaimana bisa ada nomor asing masuk ke nomor kamu? Apa kamu berusaha mengkhianatiku?" tanya Satria memicing dan terlihat seperti singa yang sedang marah."M
Rachel tak habis pikir jika suaminya akan membahas tentang masalah yang ia hadapi di depan semua orang. Ia menoleh ke arah oma yang terdiam dan memilih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.Maafkan Rachel, oma. Cucu oma terlalu jenius hingga aku tak bisa menyembunyikan rahasia ini! gumam hati Rachel.Sesaat, kedua mata Rachel mengerling menatap orang yang tersenyum manis ke arahnya."Kak Sakti?" tanya batin Rachel menyeringai.****"Ini sudah malam. Lebih baik oma pulang sekarang!" pinta Satria mencium punggung tangan sang Oma."Satria, maafkan oma, ya! Oma tak bermaksud membuat Rachel tertekan. Oma hanya tak mau saja semua orang bilang kalo kamu hanya dijadikan kacung olehnya. Sebagai seorang suami tidak wajib membawa anak dalam bekerja!" tutur oma menjelaskan alasannya.Satria menghela nafas panjang."Yang bilang Satria seperti itu hanya oma saja. Oma dengar 'kan? Tadi mereka bilang apa? Bahkan beberapa pihak agensi menginginkan j
Maafkan aku! Aku tak bisa menceritakannya sama kamu. Aku tak mau gara-gara aku, hubungan kamu dan oma menjadi renggang! gumam batin Rachel mengusap air matanya yang sempat terjatuh.Sejenak, sudut mata Satria mengerut melihat apa yang terjadi di layar ponselnya. Kata-kata oma terdengar begitu pedas dan melukai hati istrinya.Satria menoleh. Lagi dan lagi, istrinya menyembunyikan sesuatu hal yang seharusnya ia ketahui. Tanpa banyak buang waktu, Satria menghubungi Dinda untuk mengatur jadwal konferensi pers untuknya."Iya. Satu jam lagi, semuanya harus siap!" perintah Satria yang mengejutkan Rachel."Doni, kita langsung ke GM Grand!""Ok!" jawab Doni memutar arah.Rachel penasaran dan bingung dengan apa yang akan di lakukan suaminya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai meraih tangan Satria yang berdiam di sampingnya."Sayang, kita ngapain ke GM Grand? Bukankah kita mau ke rumah oma?" tanya Rachel penasaran."Kit
Akhirnya kamu pulang juga!" kata Doni mengejutkan Satria."Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada istri dan anakku?" tanya Satria penasaran."Aku juga tidak tau! Yang jelas, tadi oma datang ke sini dan terlihat seperti orang marah," tutur Doni yang membuat Satria terkejut."Marah?" tanya Satria mengernyit heran."Iya, dan aku lihat! Rachel dan junior menangis tiada henti saat oma pulang." Kata-kata Doni membuat Satria berpikir sejenak. Apa yang di katakan oma sehingga membuat Rachel dan putranya menangis.Apa oma menyudutkannya lagi? tanya batin Satria mendesah sebal. Sudut matanya mengerut menatap ke arah kamarnya. Wanita yang ia cintai duduk termenung menatap ke arah jendela. Tanpa banyak buang waktu, Satria bergegas masuk ke dalam rumah.Sesaat, langkah Satria terhenti melihat Bayu dan Fajar bermain dengan junior di teras rumahnya. Tawa kecil junior membuat rasa rindu Satria terobati."Selamat sore, Pak!" jawab mereka berdiri meny
Duduk! Oma ingin bicara sama kamu!" ketus oma yang mengejutkan Rachel.Kenapa oma terlihat begitu marah padaku? batin Rachel bertanya. Perlahan, ia mulai duduk tepat di depan sang oma. Tenggorokannya seakan kering dan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan sang oma membuatnya begitu takut."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oma memicing."Terjadi apa, Oma?" tanya Rachel bingung dan tak mengerti apa maksud sang Oma."Bagaimana bisa kamu berbohong padaku?" ucap Oma terlihat begitu emosi. Rachel terdiam dan mulai memikirkan sesuatu yang membuat sang oma marah kepadanya."Bondan, perlihatkan vidionya!" perintah Oma."Siap, Oma!" jawab Bondan memperlihatkan vidio Satria dan junior pada Rachel."Apa ada masalah di antara kalian? Sehingga kamu meninggalkan junior dan membiarkannya bersama Satria?" cecar Oma yang memang benar adanya.Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu menja
Rachel memicing dan yakin kalo suara itu adalah suara Laura.Laura? Ngapain dia ingin bertemu dengan suamiku? batin Rachel bertanya. Wajahnya yang cantik mulai muram mendengar suara orang yang membuat dirinya cemburu.Rachel, hilangkan rasa cemburu kamu ini. Kamu tau 'kan? Suami kamu tak mungkin melakukan hal yang menyakiti dirimu! gumam batin Rachel menarik nafas dalam-dalam."Rachel, nanti kita sambung lagi, ya! Ada klien yang datang," bisik Dinda berbohong."Iya," jawab Rachel seakan tak percaya kalo suara yang ia duga Laura adalah suara klien.Dinda menghela nafas panjang. Perlahan, ia meletakkan ponselnya seraya melirik Laura yang sedari tadi berdiri di depannya."Apa kamu sudah janji untuk bertemu dengannya?" tanya Dinda yang membuat Laura terkekeh."Kamu itu apa-apaan, sih, Din. Aku 'kan bukan orang lain," ujar Laura duduk di depan Dinda.Dinda menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut, kedua tangannya menopang di d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments