Beranda / Romansa / Terjebak Cinta CEO / Pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan

Share

Pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan

Penulis: Suzy Ru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-11 12:20:36

mata yang berkaca-kaca.Matahari pagi mulai menampakkan sedikit cahayanya. Kabut yang awalnya tebal, secara perlahan mulai menipis terkena sinar terangnya. Terdengar begitu jelas celotehan bayi kecil yang berusia tiga bulan. Junior Angkasa, putra dari satria angkasa dan rachel anastasya yang tumbuh menggemaskan.

 Kedua mata yang bulat, kedua pipi yang chubby, hidung mancung melekat di diri junior. Sesaat, kedua mata kecilnya menyipit ketika sang surya mengenai wajah tampannya. Jari jemari tangannya yang masih kecil, mencoba meraih wajah ayahnya yang masih tertidur pulas.

Satria terkejut dan terbangun dari tidurnya. Ia menyeringai saat jagoan kecilnya tersenyum manis ke arahnya.

"Jagoan papa sudah bangun?" tanya Satria memegang jari kecil junior dan mencium pipi tembem putranya.

Suara khas junior begitu menggemaskan. Sampai-sampai satria tak berhenti tersenyum memandangi wajah tampan junior yang sebelas dua belas dengan dirinya.

Ceklek

Rachel  tersenyum tipis saat melihat dua orang yang ia cintai terbangun secara bersamaan. Perlahan, ia mulai melangkah menghampiri mereka.

"Anak mama sudah bangun? Junior bangunin papa, ya?" tanya Rachel dengan senyum manisnya." 

Satria menyeringai. Ia tak menyangka jika istrinya yang terkenal manja, terlihat begitu tlaten dalam mengurus putranya. Wajah cantiknya terlihat begitu lelah dan letih.

Dengan lembut, Jari jemari tangan Satria mulai membelai rambut indah milik istrinya.

Rachel melirik Satria. Ia tersenyum tipis melihat sang suami yang sangat hobi memainkan rambutnya.

"Kamu ini, suka banget mainin rambut aku. Mau apa?" tanya Rachel yang sangat mengerti akan keinginan suaminya.

Satria tersenyum dan memeluk istrinya dari belakang.

"Makasih, ya!

"Makasih? Makasih apa?" tanya Rachel melirik suaminya.

"Buat semuanya," kata Satria.

"Apa?" tanya Rachel mengernyit seraya mengembangkan senyumnya.

"Semuanya."

"Ya, apa? Contohnya apa gitu?" 

Satria menghela nafas. Perlahan, ia melepas pelukannya dan memilih untuk merebahkan tubuhnya kembali.

"Kok diam? Apa?" tanya Rachel penasaran.

"Lupakanlah!" jawab Satria seraya memeluk sang buah hati.

Rachel terkekeh. 

"Sayang, nanti malam kita makan di luar, yuk!" ajak Rachel dengan senyum manisnya.

"Kenapa harus di luar?" tanyanya yang pura-pura tak tau keinginan istrinya.

"Sayang, nanti ma ...," kata Rachel terhenti saat ada getaran ponsel yang menyita perhatian suaminya.

Drt ... Drt ...

"Sebentar, ya!"

Satria meraih ponselnya. Ia mengerling saat dinda mengganggunya di saat waktu yang tak tepat.

"Ada apa?" tanya Satria datar.

Rachel mengernyit. Ia penasaran dengan orang yang menghubungi suaminya.

"Junior, junior mandi dulu, ya?" Dengan penuh kasih sayang, Rachel menggendong putranya yang begitu menggemaskan. 

Sejenak, Satria berpikir. Apa yang seharusnya ia pilih saat ini. Meeting di luar kota atau merayakan ulang tahun sang istri. 

"Kenapa aku harus berpikir? Aku 'kan bisa pulang tepat di hari ulang tahunnya?" tanyanya tersenyum seorang diri.

Satria beranjak dari duduknya dan bergegas menuju ruang kerjanya. Ia mulai  menyiapkan beberapa berkas untuk meeting ke Surabaya.

"Selamat pagi, Sat!" sapa Doni menghampiri Satria yang masih sibuk menata berkas-berkasnya.

"Pagi. Tolong, siapkan mobil! Hari ini, kita akan pergi ke Surabaya!"

"Tapi, bukankah nanti malam ...."

"Hari ini aku tak mau pendapat dari kamu. Lakukan apa yang menjadi tugas kamu!" perintah Satria.

"Iya," jawab Doni yang agak keberatan dengan kepergian satria ke Surabaya.

****

Kedua mata Rachel mengerling. Perlahan, ia mulai melangkah berjalan menghampiri Satria yang sibuk mengancingkan kemejanya.

"Sayang, ke kantor lagi?" tanya Rachel yang terlihat begitu keberatan. Raut wajah cantiknya  yang selalu ceria, perlahan mulai murung.

"Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan. Nggak apa 'kan?" tanya Satria membelai rambut indah Rachel.

"Jika aku melarangmu pergi, apa kamu akan menurutinya?"

Satria menghela nafas panjang. Apa yang ia khawatirkan kini terjadi pada istrinya. 

"Maafkan aku! Tapi ini sangat darurat."

"Darurat? Apa harus hari ini? Apa tidak bisa di undur besok atau lusa gitu?" tanya Rachel berharap agar suaminya bisa menundanya.

"Tidak bisa, Sayang!" kata Satria menyisir rambutnya.

Rachel mendesah dan tak tau harus bagaimana menyikapi suaminya yang begitu gila dalam bekerja. 

"Sayang, sejak junior lahir, kamu begitu sibuk tau nggak dengan pekerjaan kamu. Tak ada waktu untuk aku dan junior," gumam Rachel memprotes. Rasa kecewa, amarah kini serasa bercampur aduk di dirinya.

Satria menghela nafas dan mencoba untuk memberi pengertian untuk istrinya. 

Perlahan, ia menghampiri istrinya dan duduk berjongkok di hadapannya. Jari jemari tangannya menggenggam erat kedua tangan Rachel yang begitu mulus tanpa bercak sedikitpun.

"Inilah yang aku takutkan jika harus mengurus tiga perusahaan sekaligus. Waktuku pasti tersita untuk kalian!" tutur Satria yang membuat amarah sedikit mereda.

Karena permintaan Rachel, Satria terpaksa harus mengelola perusahaan milik sang oma.

"Andai waktu berputar kembali, aku tak akan mau menuruti keinginan kamu untuk memimpin perusahaan oma."

Rachel masih terdiam dan masih mencueki Satria.

Sesaat, rasa bersalah mulai menghampirinya. Secara tidak langsung, ia telah membuat suaminya tak mempunyai waktu untuknya dan junior.

"Kamu tau, setiap malam dan di pagi ini adalah waktu yang sangat berharga buatku. Bersama kamu dan junior!" ucap Satria yang begitu lembut.

Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia benar-benar tak menyangka jika suaminya begitu peduli padanya dan junior.

"Ya Tuhan, kenapa aku bersikap seperti ini? Seharusnya aku mensupport dia, bukan egois seperti ini. Rachel- Rachel, bisa-bisanya kamu bersifat kekanak-kanakan seperti ini. Apa kamu lupa saat ini kamu sudah menjadi seorang ibu," gumam batinnya melirik Satria yang begitu berharap maaf darinya.

Sesaat, Saka menghela nafas seraya mengangkat telepon dari Dinda.

"Bawa semua file yang ada di meja kerjaku. Kita bertemu di bandara," ucap Satria yang membuat Rachel terkejut.

"Bandara? Kenapa bandara? Memangnya dia mau pergi ke mana?" tanya batin Rachel yang begitu penasaran.

Satria menutup ponselnya. Dahinya mengerut saat melihat istrinya ingin melampiaskan semua amarah kepadanya.

"Kenapa kamu bilang bandara? Memangnya kamu mau kemana?" tanya Rachel cemberut.

"Aku ada meeting di Surabaya, Sayang. Aku pergi, ya? Jika ada apa-apa, kamu bisa minta tolong sama Bayu." Satria memegang kedua pipi istrinya. Rachel terdiam, kedua mata indahnya mulai berkaca-kaca. "Ingat! Jangan pergi seorang diri, ok?" ucap Satria mencium kening dan melumat bibir mungil Rachel dengan mesra. 

"Sudah, jangan nangis! Aku harap kamu bisa mengerti!" ucap Satria dengan lembut dan menghampiri junior yang terlelap tidur.

Rachel mendesah seraya mengusap air matanya yang terjatuh. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar tak rela jika suaminya pergi meninggalkan dirinya.

"Berapa hari di Surabaya?" tanya Rachel datar. Satria tersenyum tipis, ia sangat tau dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh istrinya saat ini.

"Yach, mungkin 3 hari," jawab Satria mengejutkan Rachel.

"Tiga hari?" tanyanya terbelalak kaget.

"Iya!" ucap Satria membelai rambut indah Rachel.

Rachel mengernyit. Kedua matanya berputar mencari koper Satria yang tak ada di sampingnya.

"Kenapa nggak bawa baju ganti?" tanya Rachel.

"Doni sudah membawanya, Sayang!" ucap Satria memeluk tubuh ideal istrinya.

"Aku berangkat, ya!" ucap Satria pergi meninggalkan Rachel.

"Hati-hati!" lirih Rachel mencoba untuk tersenyum.

Satria tersenyum dan mulai menutup pintu kamarnya.

Rachel menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir jika ulang tahunnya kali ini benar-benar di lupakan oleh suaminya. 

 "Dia lupa apa, kalo nanti malam aku ulang tahun," gerutunya kesal.

****

Di Surabaya, Satria dan Dinda berhasil mengatasi masalah dengan klien. 

"Sat, ini 'kan masih sore dan tiket balik ke Jakarta masih dua jam lagi. Bagaimana kalo kita pergi ...," kata Dinda mensejajarkan jalannya dengan langkah Satria yang begitu cepat.

"Jika kamu ingin jalan-jalan, pergi saja! Aku tak mau membuang waktuku untuk menuruti keinginanmu itu," tutur Satria yang mengerti apa yang diinginkan oleh sahabatnya itu.

Dinda hanya menghela nafas panjang, kedua mata indahnya memicing menatap sahabatnya yang mulai memasuki restoran.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa aku mempunyai sahabat seperti dia?" gerutu Dinda mulai mengikuti Satria yang lebih dulu memesan makanan.

Tepat di depan pintu masuk

Brak

Pandangan Satria tertuju pada wanita yang menabrak Dinda. Sudut matanya mengerut saat wanita itu seolah-olah mengenali Dinda.

"Dinda?" tanya Laura yang membuat Dinda tak mampu berucap. Ia terlihat syok saat melihat orang yang sudah mati kini hidup lagi dan berbicara langsung padanya.

Satria mengernyit. Ia mulai penasaran dengan wanita yang membuat sahabatnya terlihat begitu syok melihatnya.

"Siapa wanita itu?" gegas Satria menghampiri.

Satria memicing seraya memperhatikan tubuh dan cara bicaranya yang sungguh tak asing baginya.

"Dinda, kenapa kamu diam? Kamu lupa sama aku?" tanya Laura terkejut saat dinda berlari meninggalkannya.

Sesaat, Satria terkejut melihat wanita itu adalah Laura, sahabat kecilnya yang dikabarkan meninggal 7 tahun yang lalu.

"Laura?" tanya batin Satria seakan tak percaya.

"Satria?" tanya Laura dengan mata yang berkaca-kaca.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta CEO   Perjuangan Terakhir

    Kak Sakti calling ..."Ngapain pagi-pagi menelpon istri orang?" tanya batin Satria mendesah dan mulai mengangkat telepon dari Sakti.Dengan gayanya yang perfect, Satria menyilangkan kedua kakinya dan bersiap mendengar apa yang akan dibicarakan Sakti pada istrinya.(Rachel, apa Satria sudah berangkat? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak ada jawaban!) Perkataan Sakti membuat Satria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengernyit dan tak habis pikir jika Sakti benar-benar menghubungi dirinya."Sayang siapa?" tanya Rachel mengejutkan Satria.Rachel mengernyit menatap suaminya melempar ponsel miliknya di atas tempat tidur."Sayang, kenapa kamu melemparnya?" Rachel tak berhenti mengerjap saat suaminya berjalan mendekati dirinya."Bagaimana bisa ada nomor asing masuk ke nomor kamu? Apa kamu berusaha mengkhianatiku?" tanya Satria memicing dan terlihat seperti singa yang sedang marah."M

  • Terjebak Cinta CEO   Cemburu

    Rachel tak habis pikir jika suaminya akan membahas tentang masalah yang ia hadapi di depan semua orang. Ia menoleh ke arah oma yang terdiam dan memilih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.Maafkan Rachel, oma. Cucu oma terlalu jenius hingga aku tak bisa menyembunyikan rahasia ini! gumam hati Rachel.Sesaat, kedua mata Rachel mengerling menatap orang yang tersenyum manis ke arahnya."Kak Sakti?" tanya batin Rachel menyeringai.****"Ini sudah malam. Lebih baik oma pulang sekarang!" pinta Satria mencium punggung tangan sang Oma."Satria, maafkan oma, ya! Oma tak bermaksud membuat Rachel tertekan. Oma hanya tak mau saja semua orang bilang kalo kamu hanya dijadikan kacung olehnya. Sebagai seorang suami tidak wajib membawa anak dalam bekerja!" tutur oma menjelaskan alasannya.Satria menghela nafas panjang."Yang bilang Satria seperti itu hanya oma saja. Oma dengar 'kan? Tadi mereka bilang apa? Bahkan beberapa pihak agensi menginginkan j

  • Terjebak Cinta CEO   Satria terlalu jenius untuk dibohongi

    Maafkan aku! Aku tak bisa menceritakannya sama kamu. Aku tak mau gara-gara aku, hubungan kamu dan oma menjadi renggang! gumam batin Rachel mengusap air matanya yang sempat terjatuh.Sejenak, sudut mata Satria mengerut melihat apa yang terjadi di layar ponselnya. Kata-kata oma terdengar begitu pedas dan melukai hati istrinya.Satria menoleh. Lagi dan lagi, istrinya menyembunyikan sesuatu hal yang seharusnya ia ketahui. Tanpa banyak buang waktu, Satria menghubungi Dinda untuk mengatur jadwal konferensi pers untuknya."Iya. Satu jam lagi, semuanya harus siap!" perintah Satria yang mengejutkan Rachel."Doni, kita langsung ke GM Grand!""Ok!" jawab Doni memutar arah.Rachel penasaran dan bingung dengan apa yang akan di lakukan suaminya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai meraih tangan Satria yang berdiam di sampingnya."Sayang, kita ngapain ke GM Grand? Bukankah kita mau ke rumah oma?" tanya Rachel penasaran."Kit

  • Terjebak Cinta CEO   Kecurigaan Satria

    Akhirnya kamu pulang juga!" kata Doni mengejutkan Satria."Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada istri dan anakku?" tanya Satria penasaran."Aku juga tidak tau! Yang jelas, tadi oma datang ke sini dan terlihat seperti orang marah," tutur Doni yang membuat Satria terkejut."Marah?" tanya Satria mengernyit heran."Iya, dan aku lihat! Rachel dan junior menangis tiada henti saat oma pulang." Kata-kata Doni membuat Satria berpikir sejenak. Apa yang di katakan oma sehingga membuat Rachel dan putranya menangis.Apa oma menyudutkannya lagi? tanya batin Satria mendesah sebal. Sudut matanya mengerut menatap ke arah kamarnya. Wanita yang ia cintai duduk termenung menatap ke arah jendela. Tanpa banyak buang waktu, Satria bergegas masuk ke dalam rumah.Sesaat, langkah Satria terhenti melihat Bayu dan Fajar bermain dengan junior di teras rumahnya. Tawa kecil junior membuat rasa rindu Satria terobati."Selamat sore, Pak!" jawab mereka berdiri meny

  • Terjebak Cinta CEO   Kemarahan oma

    Duduk! Oma ingin bicara sama kamu!" ketus oma yang mengejutkan Rachel.Kenapa oma terlihat begitu marah padaku? batin Rachel bertanya. Perlahan, ia mulai duduk tepat di depan sang oma. Tenggorokannya seakan kering dan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan sang oma membuatnya begitu takut."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oma memicing."Terjadi apa, Oma?" tanya Rachel bingung dan tak mengerti apa maksud sang Oma."Bagaimana bisa kamu berbohong padaku?" ucap Oma terlihat begitu emosi. Rachel terdiam dan mulai memikirkan sesuatu yang membuat sang oma marah kepadanya."Bondan, perlihatkan vidionya!" perintah Oma."Siap, Oma!" jawab Bondan memperlihatkan vidio Satria dan junior pada Rachel."Apa ada masalah di antara kalian? Sehingga kamu meninggalkan junior dan membiarkannya bersama Satria?" cecar Oma yang memang benar adanya.Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu menja

  • Terjebak Cinta CEO   Salah mengartikan

    Rachel memicing dan yakin kalo suara itu adalah suara Laura.Laura? Ngapain dia ingin bertemu dengan suamiku? batin Rachel bertanya. Wajahnya yang cantik mulai muram mendengar suara orang yang membuat dirinya cemburu.Rachel, hilangkan rasa cemburu kamu ini. Kamu tau 'kan? Suami kamu tak mungkin melakukan hal yang menyakiti dirimu! gumam batin Rachel menarik nafas dalam-dalam."Rachel, nanti kita sambung lagi, ya! Ada klien yang datang," bisik Dinda berbohong."Iya," jawab Rachel seakan tak percaya kalo suara yang ia duga Laura adalah suara klien.Dinda menghela nafas panjang. Perlahan, ia meletakkan ponselnya seraya melirik Laura yang sedari tadi berdiri di depannya."Apa kamu sudah janji untuk bertemu dengannya?" tanya Dinda yang membuat Laura terkekeh."Kamu itu apa-apaan, sih, Din. Aku 'kan bukan orang lain," ujar Laura duduk di depan Dinda.Dinda menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut, kedua tangannya menopang di d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status