Share

Moon life

Setelah selesai mengambil uang dari ATM, Valen membeli bumbu masakan kemudian pulang kerumah. Divya terbangun saat mendengar suara motor Valen dan melirik jam dinding yang ada di depannya.

"Ha, kok udah jam tengah 10 aja sih? Nasib...nasib." ucap divya beranjak dari kasurnya dan segera bersiap-siap untuk pergi menemui orang yang mobilnya telah ditabrak oleh nya. 

Divya memakai kaos panjang tangan dengan hodie berwarna abu-abu, memakai celana jeans panjang, sepatu cats dan tas kecil yang didalamnya terdapat bubuk cabe untuk berjaga-jaga.

Valen menatap bingung ke arah Divya

"Rapi banget, mau kemana?"

"Emm, aku mau pergi kerumah teman kantor aku Len."

"Malam-malam gini? emangnya mau ngapain div?"

"Itu....emmm dia, dia butuh bantuan aku buat kerja. Iya kerja. Untuk informasi dari market place dikota sebelah." Jawab Divya gugup

"Yang bener?tapi ini udah larut malam lho." Ucap Valen penasaran karena gelagat sahabatnya yang aneh

"Iya bener. Aku bakal pulang cepet kok." Uajr Divya meyakinkan

"Yaudah aku pergi dulu yah." Sambungnya melangkah keluar rumah, lalu mengendarai motor sederhananya.

"Ada yang gak beres nih." Ucap Valen seorang. Karena ia khawatir dengan Divya, jadi ia memutuskan untuk mengikuti dari belakang menggunakan motornya.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Adit, aron, Hendra sudah ada ditujuannya. Disusul dengan Edward yang baru saja sampai.

Terdengar suara musik yang kencang, suasana yang remang-remang, bau asap rokok, parfum yang baunya berbeda-beda, dan alkohol dimana-mana.

Para penari erotis yang menggoyangkan tubuhnya dengan memakai pakaian kurang bahan, menampakkan lekuk tubuhnya terutama belahan dadanya. Keempat pria itu sampai pada tempat yang biasanya mereka pesan.

"Selamat malam tuan adit, ternyata anda disini. Hehehehe..." Ucap Dean yang kebetulan juga ada disitu

Adit mengabaikan nya, dia hanya memandang lurus kedepan, lantai dansa yang dipenuhi orang-orang yang sedang menari. Deanpun duduk bergabung dengan mereka

"Tuan Adit apa kabar? Tuan sudah lama tidak datang kesini, Lena sangat kangen sekali loh." Ujar wanita genit bersama Lena. Dia langsung duduk di pangkuan Adit, kedua tangannya dikalungkan di leher Adit. Edward melihat Adit dengan menggelengkan kepalanya.

"Bukan kau yang mengatur ku." Ujar adit merokok tanpa menoleh pada wanita itu

Lena tidak takut, dia malah menarik tangan adit dan mengajaknya ke lantai dansa. Adit tidak menolak, dia mengikuti setelah meletakkan rokoknya di asbak.

Edward dan Aron menatap kasihan pada temannya itu, dia berharap agar Adit berubah dan menjalaninya hidupnya dengan lebih baik lagi.

"Hemm dimana wanita itu, kenapa belum datang juga?Padahal sudah aku ancam.". Batin Edward

"Hendra, apa kau mengenal wanita yang menabrak mobil Adit." Tanya Edward

"Saya tidak kenal Tuan, tapi saya ingat wajahnya. Jika dibandingkan dengan wanita yang ada disini, mereka mah kalah cantik." Jawab Hendra sambil makan kacang.

Wajah Para wanita yang ada disekitar mereka seketika berubah menjadi pias, penasaran siapa yang dimaksud hendra sampai kecantikan nya mengalahkan mereka. Begitu juga dengan Edward yang makin penasaran dengan gadis itu, ditambah sepertinya Adit mengenal gadis itu dengan baik.

"Wanita apa Ward?" Tanya dean yang sedang minum, ditemani wanita-wanita di kanan dan kirinya.

"Tidak ada." Menjawab dengan dingin, karena Edward tau kalau dean adalah musuh dibalik selimut.

Kedua tangan adit memegang pinggang wanita genit itu. Tubuh mereka begitu dekat sehingga Lena beberapa kali mencium pipi Adit, merangkul nya, menyentuh kedua pipinya sambil menari melenggang kesana kemari.

Adit membiarkan wanita asing mencium nya di pipi kecuali bibirnya. Bahkan tidak ada yang pernah berani menyentuh bibir Adit Karena jika tidak pasti Adit akan marah besar. Entah apa alasannya tapi Adit tidak pernah memberitahu siapapun.

Divya sampai di lokasi itu, menuju parkiran motor. Disusul dengan Valen yang diam-diam mengikutinya dan memakai masker hitam agar tidak ada yang mengenalinya 

"Hmm, masuk gak ya. Ya Tuhan, lindungi lah hambamu ini." Ucap divya setelah meletakkan helm nya

"Kok Divya datang kesini sih? benarkan dugaanku ada yang gak beres. Bentar....apa jangan-jangan Divya mau begituan sama laki-laki lain." Pikir Valen liar

"Astaga Valen gak mungkinlah Divya berbuat seperti itu." Batin Valen tidak setuju dengan pemikirannya yang sebelumnya dan memutuskan untuk masuk kedalam agar tidak ketinggalan jejak Divya.

Perlahan-lahan Divya masuk, baru saja berada didekat pintu Divya sudah mendengar suara musik yang sangat keras. Ada beberapa pengunjung diluar yang mabuk bahkan sampai muntah-muntah.

"Sumpah, aku takut banget. Apa aku pulang aja ya?" Batinnya sambil memegang tali tas yang dia pakai.

Akhirnya Divya memberanikan diri lalu masuk untuk bertanya pada bartender. Valen masih setia mengikuti sahabat nya itu, bedanya Valen tidak ada rasa takut sama sekali malah dia memukul leher orang yang mendekatinya sampai pingsan

"Tuan saya sudah sampai. Saya harus menemui tuan dimana?" Pesan SMS dari Divya

"Ternyata dia datang juga." Gumam Edward

"Kamu naik ke lantai atas aja. Tanya sama bartender disitu tempat duduk tuan Aditya, nanti kamu akan diantar." Balas Edward

"Ba...baik tuan." 

"Aditya? kayaknya nama itu familiar banget di telinga aku. tapi siapa ya?" Batin Divya lupa nama pria yang akan mengubah hidupnya

"Permisi mas, emmm...saya mau tanya tempat duduknya Tuan Aditya dimana ya?" Tanya Divya

Bukan cuma bartender itu saja yang terkejut. Semua pengunjung yang mendengar gadis itu menyebutkan nama Aditya Heran, sesekali melirik Divya dari bawah sampai atas kepalanya. Divya sangat risih, tapi dia bersikap untuk tetap tenang.

"Oh anda mencari Tuan Adit, mari saya antar." Ajak bartender itu

Bartender itu berjalan didepan Divya. Semua orang masih melihat tidak percaya pada gadis itu. Tatapan mata mereka seperti menunjukkan keirian. "siapa gadis ini sampai bisa bertemu dengan Tuan Adit? Beruntung sekali." Begitulah kira-kira arti dari tatapan mereka

Sementara itu terlihat Edward yang sedang berbicara bisik-bisik pada Hendra

"Kamu pernah melihat gadis yang menabrak mobil si Adit kan?" Bisik Edward pada Hendra

"Pernah Tuan memangnya ada apa?" Bisik Hendra juga sambil berjongkok

Sedangkan Aron dan Dean merasa curiga, apalagi Dean yang begitu penasaran sekali.

"Aku memanggilnya kemari, gadis itu gak tahu kalau aku yang meneleponnya. Kamu berpura-pura lah kalau kamu yang meneleponnya. Karena dia hanya kenal sama kamu ok?"

"Tapi Tuan, bagaimana dengan Tuan adit. Dia pasti marah dan tidak setuju." Protes Hendra menolak secara halus

"Kau tenang saja. Bentar lagi dia akan sampai bersiaplah." Ucap Edward sambil tersenyum

Hendra menganggukkan kepala tanda mengerti. Adit sesekali mengamati Edward tapi dia tidak tahu apa yang sedang di rencanakan temannya itu.

"Maaf Tuan, wanita ini sedang mencari Tuan Aditya." Ucap bartender itu menunduk tanda hormatnya pada edward yang merupakan teman dekat Adit.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dimas Prawiro yahya
Lanjutannya dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status