"Hai!" Sapa gadis itu, dan memilih tempat duduk di sebelah kanan Elisa.
"Hai!" balas Elisa.
"Ternyata kamu juga daftar beasiswa di sini. Masih ingat aku, kan?" tanyanya sambil tersenyum.
Elisa cukup terkejut. Seingat Elisa, gadis itu adalah seseorang dengan kesan yang kuat. Namun ternyata ia ramah juga.
"Iya masih, kok," jawab Elisa juga dengan tersenyum.
"Oh iya, kita belum kenalan ya waktu itu. Meta," kata gadis itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. Aura percaya dirinya begitu kuat.
"Elisa." Elisa menjabat tangan Meta.
"Gak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi di sini," kata Meta merasa tak percaya. "Katanya cuma ada 3 orang yang bakal lolos program beasiswa ini. Semoga kita berdua termasuk salah satunya ya," harapnya.
"Amin, amin...," jawab Elisa. Mereka berdua saling tersenyum.
Elisa lega karena ia dan Meta tidak harus saling mengalahkan satu sama lain karena ada tiga orang yang memiliki kesempa
Elisa berlari memasuki kamarnya dan mengambil handphone yang diletakkan di atas meja belajarnya, hendak menghubungi Meta. Dibukanya daftar kontak dan ia mencari huruf M. Tiba-tiba handphone-nya berdering tanda ada telepon masuk. Kebetulan sekali, ada telepon masuk dari Meta. Elisa yang kaget kemudian buru-buru mengangkatnya. "Halo," sapa Elisa. "Halo, Sa. Gimana, udah ada telepon dari Akasia?" Dari nada bicaranya, terdengar Meta sedang bersemangat. Elisa berpikir mungkin itu adalah sebuah pertanda yang baik. "Udah, Ta. Barusan," jawab Elisa dengan bersemangat. Ekspresi wajahnya tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. "Gimana hasilnya? Eh, tunggu. Kita ucapin bareng-bareng yuk!" Meta mengajak. Elisa mengangguk dengan bersemangat. "Satu, dua, tiga!" Meta memulai hitungannya. "Lolos!" Mereka berteriak bersamaan di saluran telepon masing-masing. Elisa dan Meta sama-sama merasa sangat bahagia karena harapan mereka sama-s
Elisa menata beberapa helai bajunya di atas tempat tidur. Ia mengambil traveling bag-nya kemudian meletakkannya juga di atas tempat tidur. Dimasukkannya beberapa helai bajunya itu ke dalam tas tersebut. Kemudian sambil berdiri, ia berpikir apa lagi yang sekiranya kurang atau terlupa. "Oh iya, sikat gigi," katanya pada dirinya sendiri yang lupa memasukkan sikat gigi ke dalam tasnya. Ia pun berjalan keluar dari kamarnya ka arah kamar mandi. Diambilnya sikat giginya yang berwarna merah dan berjalan keluar dari kamar mandi melewati ruang keluarga, di mana ayahnya sedang duduk menonton TV. "Handuknya nggak lupa, Sa?" tanya ayahnya mengingatkan. "Udah, Yah," jawab Elisa sambil berjalan melewati ruang keluarga. "Sabunnya? Sikat giginya? Odolnya?" tanya ayahnya berentetan. Biasalah... Ayahnya suka menggoda Elisa dengan candaannya. "Udah, Yah!" jawab Elisa yang sudah hampir sampai di depan pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dan m
Tanggal 5 Juli. Hari pertama masuk kembali ke sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Siswa-siswa di SMA Akasia hari itu akan datang lebih pagi untuk berkenalan dengan teman-teman sekelasnya yang baru. Kelas baru dan daftar nama teman-teman sekelas mereka memang telah diberikan kepada siswa masing-masing pada saat liburan kenaikan kelas. Alex dan Steven tetap berada di dalam satu kelas yang sama, kelas 11-A, sedangkan Joshua terpisah dari mereka dan masuk ke kelas 11-B. Setelah berjalan bersama memasuki area sekolah, mereka pun harus berpisah di depan kelas mereka masing-masing. Di dalam kelas Joshua, sudah ada beberapa anak yang duduk dan mengobrol serta bercanda ria. Melihat Joshua sekelas dengan mereka, mereka pun menyapanya dan kelas menjadi cukup riuh. "Wah, Joshua dateng, guys!" seru salah seorang anak laki-laki bernama Martin yang dulunya memang sekelas dengan Joshua. "Wuih, sekelas sama Joshua nih!" seru anak laki-laki yang lain lagi yang dulunya berb
Good morning, everyone. I would like to introduce your new classmate," kata Miss Ratna hendak memperkenalkan teman sekelas baru mereka. Semua siswa di situ memang baru saja memasuki kelas baru dan baru saja saling mengenal teman-teman sekelas mereka yang baru. Namun siswa pindahan pasti akan selalu diperkenalkan secara khusus di depan kelas. "Elisa, please introduce yourself," kata Miss Ratna mempersilahkan Elisa memperkenalkan dirinya sendiri di depan kelas. Elisa mengumpulkan keberaniannya dan mulai memperkenalkan dirinya di depan teman-teman barunya itu. "Hi, my name is Elisa. I'm 16 years old. Nice to meet you all, and I hope that we can be good friends," kata Elisa mempekenalkan diri dengan penuh senyum, sambil berusaha menyembunyikan rasa gugupnya, "Hi, Elisa!" sapa teman-teman sekelasnya bersamaan. "Be good to Elisa, guys! Alright, Elisa. You may sit over there," kata Miss Ratna mempersilahkan Elisa duduk sambil menunjuk sebuah bangku kosong di
Alex dan Steven berjalan keluar dari kelasnya hendak menuju kelas Joshua untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama. Mereka berdiri di depan pintu kelas Joshua dan memanggilnya. "Josh, ayo ke kantin!" ajak Steven. Sementara itu, Alex melihat siapa-siapa saja teman-teman sekelas Joshua yang baru, kemudian pandangannya tertuju pada salah seorang anak baru yang tentunya terlihat asing baginya. Dilihatnya gadis itu juga melihat ke arahnya. Gadis itu kemudian merasa agak terkejut karena pandangan mereka bertemu dan langsung memalingkan pandangannya. Cantik, batin Alex. Ia beranggapan bahwa gadis baru yang dilihatnya itu cantik. Di sekolah itu memang banyak sekali gadis-gadis lain yang lebih cantik dari Elisa. Tapi ukuran kecantikan seseorang menurut ukuran laki-laki pastilah berbeda antara satu dan yang lainnya. Alex melihat anak baru tersebut terlihat cantik secara alami dan sederhana, tidak mendapat banyak polesan di wajahnya. Begitulah ukuran can
Elisa berangkat ke sekolah dengan lebih bersemangat pagi itu. Setelah pengalaman hari pertama masuk sekolahnya kemarin yang cukup baik, ia merasa agak lebih percaya diri pagi itu.Ia memarkirkan motornya dan melihat Meta yang juga baru datang. Ia pun berjalan menghampiri Meta yang baru saja melepas helmnya."Pagi, Ta," sapa Elisa dengan senyum sumringah."Eh, Sa. Kamu juga baru dateng?" tanya Meta."Iya. Barengan lagi kita masuknya ya," kata Elisa sambil tersenyum."Yuk, masuk yuk," ajak Meta disambut anggukan Elisa.Mereka berjalan memasuki area sekolah memasuki lobi. Kali ini wajah mereka tidak setegang kemarin. Mereka pun berjalan keluar dari lobi, memasuki koridor terbuka menuju kelas mereka. Kelas mereka, kelas 11 berada di gedung sebelah kanan, sedangkan kelas 10 berada di sebelah kiri, dan kelas 12 berada diantaranya di belakang. Di masing-masing gedung terdapat berbgai fasilitas sekolah dan kelas-kelas lain juga yang digunakan untuk
Sepulang sekolah, Elisa berlari menghampiri ayahnya yang sedang minum teh, kemudian mencium tangannya."Ada apa kok semangat gitu?" tanya ayahnya heran."Ayah tau nggak, di sekolah Elisa ternyata banyak orang terkenal! Ada artis, anak artis, anak pejabat, pokoknya anak-anak orang kaya, Yah," terang Elisa dengan bersemangat."Oya?" Ayahnya menunjukkan ketertarikan."Iya, Yah. Terus ada anak orang terkaya ke-37 Indonesia di kelas Elisa!" Elisa makin terdengar bersemangat."Halah... paling juga dia nggak mau nyapa kamu kan?" tanya ayahnya meremehkan."Hmm... Ayah ngeremehin Elisa. Dia itu duduknya pas di depan Elisa, suka ngajakin Elisa ngobrol!" timpal Elisa.Ayahnya yang sangat terkejut itu pun memuncratkan teh yang sedang diminumnya. Elisa ikut terkejut melihat ayahnya terkejut."Loh, kok Ayah kaget banget sih? Ayah aja ngobrol-ngobrol sama Pak Bambang Linardi, masa denger gini aja Ayah kaget sampe segitunya?" Elisa tidak menya
Saat jam istirahat kedua siang itu, Elisa masih duduk diam di kursinya sambil memegang selembar kertas. Kertas yang dipegangnya itu adalah sebuah formulir pendaftaran untuk kegiatan ekstrakurikuler. Dijelaskan bahwa tiap-tiap siswa boleh mengikuti maksimal 2 pilihan kegiatan ekstrakurikuler.Elisa membaca pilihan-pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di hadapannya itu. Terdapat sekitar 12 pilihan kegiatan yang bisa ia ikuti. Pilihan-pilihan kegiatan yang ada di situ sangat menarik bagi Elisa, salah satunya adalah Olah Vokal dan Jurnalistik. Tapi masalahnya terletak pada tulisan di dalam kolom yang terletak di sebelah kolom pilihan kegiatan. Isinya sungguh membuatnya terkejut. Kolom tersebut berisi besarnya iuran yang harus dibayarkan per bulan untuk masing-masing kegiatan, yang nominalnya tidaklah murah.SMA Akasia memang sangat serius dalam mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikulernya dengan tujuan memupuk bakat dan minat masing-masing siswa. Karena itu f