"Sahabat sejati adalah seseorang yang datang atau selalu ada ketika duniamu tengah runtuh, lalu membantumu membangun kembali." - Freya Alberta -
“Kamu kenapa?” tanya Chloe bingung. Freya menunduk dan hanya menyerahkan ponsel itu kepada Chloe. Salah satu tangannya mengepal menahan emosi yang mendalam.“Hey, hey… Kenapa wajahmu seperti itu? Apa yang telah terjadi?”Freya berlutut di depan Chloe. “Kenapa kamu tidak mengatakan kalau salah satu dari kita telah mengkhianatimu pada malam pesta lajang itu?” bisik Freya geram.“Dari mana kamu tahu? Kamu melihat video di ponselku?”“Ponselmu tidak terkunci. Lalu tanpa sengaja aku menekan tombol galeri. Ada video kiriman dari Ella di sana. Aku melihat semuanya.”Chloe meraih tangan Freya. “Kamu mau menemaniku untuk berbicara dengan orang tersebut?”“Aku ingin menjambak-jambak rambutnya sekarang. Selama ini aku mempercayainya, dan bahkan menganggapnya seperti seorang kakak.”Freya tidak bisa menyembunyikan kemarahan yang dia rasakan. Dia benar-benar ingin menghajar gadis yang telah mencelakai Chloe. Padahal selama ini, Chloe selalu baik dan manis kepada mereka semua. Begitu teganya dia
Mateo tiba di kantor kepolisian Oslo dua puluh menit sebelum jadwal jam interogasinya. Dengan langkah pasti, dia memasuki kantor polisi dan melaporkan diri.Semua barang-barang pribadi miliknya dititipkan di loker penitipan. Bahkan jam tangan dan ikat pinggangnya juga harus dia lepas karena ketatnya pemeriksaan yang ada.Setelah diantar oleh seorang polisi yang bertugas siang itu, Mateo duduk di ruang tunggu dengan sabar. Dia harus tenang. Akan dia libas orang-orang yang akan menginterogasinya hari ini.Dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Walaupun dia terkenal kejam di dunia bisnis kelam yang digelutinya, tapi dia tidak pernah membunuh orang lain.Setelah menunggu selama sepuluh menit akhirnya tibalah waktunya dia interogasi.“Mr. Mateo Ryder!”“Ya, aku siap,” jawab Mateo yang langsung berdiri.“Ikut saya!” perintah petugas itu dan segera mengarahkan Mateo ke sebuah ruangan yang bertuliskan interrogation room tepat di sebelah kanan ruang tunggu.“Silahkan masuk dan tunggu kedatangan
Dengan wajah ceria, Aurora turun dari lantai atas untuk menikmati sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh mommy-nya."Good morning, darling!" sapa mommy sambil meletakkan sarapan kesukaan gadis remaja itu di atas piringnya."Good morning, Mommy! And thanks for making the food.""You're welcome. Enjoy it.""I Will." Aurora mulai menikmati sarapannya dan berusaha untuk menghabiskan sarapan paginya tanpa tersisa sedikit. Dia duduk dengan manis sambil mencari kesempatan untuk meminta izin mengunjungi William. Mereka sudah janjian dari semalam.Ella dan mommynya masih asik menikmati sarapan pagi sambil membicarakan hal-hal ringan yang biasa mereka kerjakan sehari-hari. Daddy sudah berangkat kerja dari jam setengah delapan pagi.“Mom, aku boleh main ke rumah teman setelah pulang sekolah nanti?”“Mau ke mana? Teman yang mana? Sampai jam berapa?” tanya mommy sambil mengunyah potongan roti terakhir dari piringnya.Aurora ingin mengatakan bahwa dia akan bertemu William, tapi dia yakin kalau momm
Chloe terbangun dengan tubuh yang menggigil kedinginan. Perutnya terasa nyeri karena dari kemarin hampir tidak ada makanan yang bertahan di dalam perutnya. Sepanjang malam dia hanya membolak-balikkan tubuhnya dan resah menunggu hari esok.“Semoga aku tidak hamil,” bisiknya penuh harap, walaupun dia tahu bahwa hal itu sangat mustahil untuk dihindari.Chloe mencoba memejamkan matanya lagi, dan kembali terlelap. Namun, itu hanya bertahan sebentar. Dia terbangun lagi karena mimpi buruk.Dalam dunia bawah sadarnya dia melihat orang-orang yang dia kenal dan sayangi selama ini, menertawakannya dan mendorongnya ke jurang yang dalam dan gelap.Beberapa kali Chloe hampir kehabisan napas karena seperti ada yang mencekiknya. Keringat dingin membasahi keningnya. Dengan tangan gemetar, dia meraih gelas yang berisi air di atas nakas dan mencoba untuk meneguknya.Udara di dalam perutnya terdengar bergemuruh saat sesuatu memasuki lambungnaDia akhirnya memaksa diri untuk beranjak dari tempat tidurnya.
Ting-tong, ting-tong….Mateo berdiri dengan tidak sabar, sementara Chloe di dalam sana, berusaha untuk berdiri sambil memegang kepalanya yang rasanya berputar-putar seperti gasing.Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Chloe berjalan tertatih-tatih dan membuka pintu.“Freya…”Chloe mengira yang datang adalah Freya.Sedetik saja Mateo terlambat, maka Chloe sudah tersungkur di atas lantai. Dengan sigap, Mateo menggendong Chloe dan membawa gadis itu ke ruang tamu.Dengan lembut dan hati-hati, Mateo membaringkan gadis cantik itu di atas sofa yang nyaman.“What’s wrong with you?” bisik Mateo dengan suara beratnya. Tangannya menyentuh kening Chloe.“Syukurlah kamu tidak demam,” bisiknya lega.Wajah pria itu yang biasa bengis dan memangsa lawan-lawan bisnisnya, terlihat begitu lembut dan penuh cinta. Dengan pelan, dia mengusap wajah Chloe dan memijat kepala gadis itu.“Sebegitu menderita-kah seorang wanita saat sedang berbadan dua?”Diraihnya sebuah bantal dan diletakkannya di bawah kepala Chloe.
'Hari sebelum Aurora janjian dengan William untuk bertemu di Joe and the Juice Oslo.'Aurora menatap wajah William di layar ponselnya. Sudah dari tadi pemuda itu memintanya untuk segera tidur, tapi memang dasar remaja keras kepala, Aurora bertahan untuk mengobrol walaupun dia sudah menguap beberapa kali.“Kamu terlihat mengantuk. Apakah kamu mau tidur sekarang?”“Maybe,” jawab Aurora dengan mata yang hampir tertutup.“Tidurlah, kita bisa ngobrol lagi besok. Jam berapa kamu pulang sekolah?”“Jam tiga sore.”Aurora menguap lagi.“Aku punya satu pertanyaan untukmu.”“Tell me,” ucap William sambil menatap wajah Aurora yang sangat imut. Entah kenapa, pemuda itu seolah-olah terhipnotis setiap kali melihat wajah gadis itu.“Uncle kamu yang waktu itu datang menemuiku, apakah dia benar uncle-mu atau orang bayaranmu?”“Dia adalah uncle-ku. Satu-satunya saudara laki-laki dari keluarga mamaku.”“I see. Dia mirip denganmu.”"Tapi aku lebih tampan, kan?" canda William."Iya, iya. Lebih tampan, deh."
Chloe mendorong tubuhnya dan berusaha untuk duduk. Sakit kepalanya sudah berkurang. Dia melirik tanggal di kalender di atas meja kerjanya.Pada bulan sebelumnya, ada satu tanggal yang dia lingkari merah. Itu adalah tanggal datang bulan terakhir yang dia alami.‘Astaga, sudah lebih dari sebulan aku tidak datang bulan rupanya,’ pekik Chloe dalam hati.Dia masih ingat dengan jelas, dua minggu sebelum bridal shower, dia datang bulan dan sangat senang, karena dia tidak perlu lagi repot-repot memikirkan akan datang bulan saat hari pernikahannya nanti. ‘Kalau hitungannya benar, berarti aku sudah telat satu minggu.’Glek! Chloe menahan keinginannya untuk tidak berteriak karena galau. Tanpa sadar tangannya membelai perutnya yang masih rata dan mulus.Kejadian-kejadian sedih, pahit dan tak terduga seakan datang silih berganti. Dia merasa seperti sedang bermain dalam film drama yang tidak ada endingnya."Kamu kenapa?" tanya Mateo yang heran melihat kepanikan di wajah Chloe."Aku baik-baik saja,"
“Rupanya kamu benar-benar ingin dihukum ya?” bisik Mateo.“Hukum saja kalau kamu berani. Aku tidak akan membiarkanmu menang.”“Really? Baiklah, kalau itu maumu.”Tanpa aba-aba, Mateo langsung mengangkat Chloe dari kursi dan mendudukkan gadis itu di atas meja.“Jangan salahkan aku karena melakukan hal ini. Kamu sendiri yang menantangku,” geram Mateo mendekatkan lagi wajahnya di depan Chloe.“Apa yang akan kamu lakukan?” teriak Chloe panik.Dia kini sadar kalau Mateo sedang tidak main-main. Pria itu benar-benar serius akan menghukumnya. Dia benar-benar harus belajar untuk mengenal pria itu. Boss mafia yang kejam, yang tidak pernah mengampuni orang-orang yang berani melanggar perintahnya.“Bersiaplah menerima hukumanmu,” geram Mateo.Pria itu menunduk dan mengecup lembut rahang indah Chloe. Sebenarnya dia benar-benar ingin menghukum gadis itu, tapi sialnya aura sensual Chloe memaksanya untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan selama ini.Dia tidak pernah mengasihani orang-orang y