/ Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 23. Bukan Wanita Pertama

공유

23. Bukan Wanita Pertama

작가: feynaa
last update 최신 업데이트: 2025-05-10 08:28:49

Rahang Lorenzo mengetat, matannya menggelap. Tangannya kini mencengkram paha Ella seolah memberi Ella peringatan untuk tidak menguji batas kesabarannya.

Ella meringis, kemudian menarik napas dalam, mengumpulkan ketenangannya. Ia meletakkan kedua tangannya mencengkram bahu Lorenzo, menegaskan bahwa ia punya hak untuk bicara. Sambil terus mempertahankan kontak mata dengan Lorenzo.

“Kau pria dewasa yang sudah tidak perlu lagi diajarkan tentang batasan, tentang benar dan salah. Jika memang kau menghargaiku, jika memang hubungan ini berarti untukmu maka tunjukan, Lorenzo,” jelasnya tegas.

“Teruskan jika kau merasa apa yang kau lakukan itu benar, aku tidak melarangmu. Namun, jangan harap standar yang berbeda untukku. Aku akan melakukan apa yang kau lakukan kepadaku.”

Ekpresi keras di wajah Lorenzo berubah. Cengkraman di paha Ella melemah. Mata Lorenzo yang tajam menyipit, sekilas terlihat terkejut.

Ella seolah membalikkan situasi, memojokkan Lorenzo. Dominasi Lorenzo mengabur di hadapa
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   132. Jangan Menolakku

    "Kau bicara seolah ini salahku. Seolah aku yang menginginkan keadaanku jadi seperti ini, seolah aku yang ingin melupakanmu. Aku tidak meminta ini semua. Aku juga mau mengingat semua itu." Suara Ella bergetar lirih, dipenuhi frustrasi yang mendalam. Matanya yang berlinang tangisan memandang pria di sampingnya dengan tatapan yang campur aduk antara marah, sedih, dan putus asa. Tangannya bergetar, mengepal di pangkuan, mencoba menahan gelombang emosi yang menyesakkan dadanya. Lorenzo memejam matanya sejenak, ia tidak pernah seemosional ini sebelumnya. Bahkan di pertengkaran-pertengkaran mereka sebelumnya, Lorenzo masih bisa mengendalikan dirinya dan tetap tenang. Namun, sekarang rasanya jauh berbeda, Ella sudah terlalu terikat kuat padanya baik fisik maupun hatinya. Wajah pria itu melunak. Ia menatap Ella dan perlahan menangkup wajah Ella dengan lembut, mereka saling menatap dalam, menyalurkan segala badai emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Aku tidak menyalahkan

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   131. Kerinduan yang Pedih

    "Cukup. Diamlah!" sergah Ella dengan suara bergetar, tangannya mengepal erat di sisi tubuh. Wajah Ella merah padam bagaikan kepiting rebus. Rasa malu yang mendalam mencengkram dadanya membuatnya sulit bernapas. Mata cokelatnya memandang Lorenzo dengan tatapan penuh tanda tanya dan terkejut. Bagaimana mungkin pria yang ia anggap asing ini ternyata mengetahui setiap detail paling rahasia tentang tubuhnya? Ini membuatnya berpikir bahwa meraka memang pernah menjalin hubungan yang intim di masa lalu yang kini hilang dalam ingatannya. Namun, semakin keras dia berusaha mengingat, semakin sakit kepalanya. Mata cokelatnya berkilat dengan kebingungan, tapi ada kilatan kemarahan juga di sana yang membuat rahangnya mengeras. Ia terdiam sejenak, banyak sekali pertanyaan yang muncul di benaknya hingga ia tidak tahu pertanyaan mana yang akan ia lontarkan terlebih dahulu. "Jika memang kau tunanganku, kenapa orang tuaku merencanakan pertunanganku dengan Daren seolah kau tidak pernah ada di hidu

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   130. Panggilan Kesayangan

    Ella segera berdiri dengan terburu-buru sambil menutupi bibirnya. Wajahnya merah padam seperti tomat matang, rona merah menjalar dari pipi hingga ke ujung telinga. Dan jantungnya, sudah seperti akan melompat keluar dari dadanya. Ia malu pada kejadian tidak pantas yang tidak sengaja itu. Pria itu pun ikut berdiri kemudian merapikan pakaiannya dengan gerakan yang tenang dan terkontrol, kontras dengan kegugupan yang ditunjukkan Ella. Matanya tidak pernah lepas dari wajah Ella, senyum tipis terbit di wajah tegas pria itu. Ada gairah yang terpendam, ada kerinduan yang sudah lama ia simpan, dan ada kepuasan aneh karena akhirnya bisa merasakan sentuhan yang telah lama ia dambakan. "Maaf, aku minta maaf, itu tidak sengaja," kata Ella dengan sangat cepat, suaranya bergetar malu. "Bahkan jika itu sengaja aku tidak keberatan," balas Lorenzo sembari mengusap bibirnya dengan gerasakan sesual yang sempat ditangka mata Ella. Lorenzo masih merasakan kehangatan bibir Ella di bibirnya, bahkan lip

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   129. Gadis Cantik

    Ella menatap layar ponselnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, restoran yang sebelumnya dipenuhi hiruk-pikuk percakapan dan dentingan peralatan makan kini mulai sepi. Ia memperhatikan sekitarnya yang kini hanya ada dirinya dan pelayan yang sedang membereskan meja demi meja. Lima jam Daren menghilang entah ke mana meninggalkannya sendirian di restoran mewah yang baru pertama kali ia datangi, bahkan namanya saja tidak bisa ia ucapkan dengan benar. Lima jam ia menunggu sendia di sini tanpa kabar dari Daren. Jari-jarinya gemetar saat mengetik pesan yang kesekian kalinya, berharap kali ini Daren akan membalas. Ia telah berulang kali menghubungi pria itu—telepon, pesan singkat, bahkan pesan suara—namun sampai sekarang ia tidak mendapatkan respons apa pun. Ella benar-benar frustasi dibuatnya. Ella menghela napas panjang, merasakan kegelisahan di dadanya semakin menumpuk. Keputusasaan mulai merambat dalam dadanya, menyebar hingga ke ujung j

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   128. Ciuman Tidak Disengaja

    Ella menatap layar ponselnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, restoran yang sebelumnya dipenuhi hiruk-pikuk percakapan dan dentingan peralatan makan kini mulai sepi. Ia memperhatikan sekitarnya yang kini hanya ada dirinya dan pelayan yang sedang membereskan meja demi meja. Lima jam Daren menghilang entah ke mana meninggalkannya sendirian di restoran mewah yang baru pertama kali ia datangi, bahkan namanya saja tidak bisa ia ucapkan dengan benar. Lima jam ia menunggu sendia di sini tanpa kabar dari Daren. Jari-jarinya gemetar saat mengetik pesan yang kesekian kalinya, berharap kali ini Daren akan membalas. Ia telah berulang kali menghubungi pria itu—telepon, pesan singkat, bahkan pesan suara—namun sampai sekarang ia tidak mendapatkan respons apa pun. Ella benar-benar frustasi dibuatnya. Ella menghela napas panjang, merasakan kegelisahan di dadanya semakin menumpuk. Keputusasaan mulai merambat dalam dadanya, menyebar hingga ke ujung j

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   127. Paket Misterius

    Dering ponsel yang nyaring memecah keheningan pagi, menarik Ella dari lautan mimpi yang menenggelamkannya. Tubuhnya bergerak refleks, tangan kirinya meraba-raba permukaan nakas mencari sumber suara yang mengganggu kedamaiannya, dengan mata yan masih terpejam melawan cahaya yang mulai menyusup melalui celah tirai. Jari-jarinya akhirnya menemukan ponselnya yang bergetar. Dengan mata yang menyipit, ia menatap layar yang menyilaukan. Nama "Daren" tertera di layar dalam huruf-huruf yang tampak kabur. Ia mengangkat panggilan itu bahkan taa repot-repot duduk, membiarkan tubuhnya tetap tertelentang di atas kasur. "Hm, ada apa kau meneleponku sepagi ini? Merindukanku?" godanya dengan suara serak khas bangun tidur. Bahkan di saat otaknya belum sepenuhnya bekerja, ia masih bisa menggoda dengan baik. Tawa kecil Daren mengalir dari seberang telepon—suara yang selalu berhasil membuat ujung bibir Ella terangkat tanpa sadar, membentuk senyum tipis. Ada sesuatu yang menghangatkan dadanya dalam

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status