"David! Jangan mengkhayal hal yang tidak mungkin terjadi. Bisa-bisa kau gila!" balas Darwis dengan peringatan yang cukup keras.
"Sudahlah! Cepat mandi! Ada masalah serius di kantor. Jangan sampai masalah semain buruk karena pemimpinnya berleha-leha," tambah Darwis, tidak ingin mendengar omong kosong dari putranya lagi.
Darwis segera berbalik badan, berjalan keluar dari kamar itu meninggalkan David yang masih berdiri di sana.
Setelah Darwis benar-benar pergi, David segera tersadar. Ia beranjak dari tempatnya, dan berjalan menghampiri pintu kamar mandi.
Tok! Tok!
"Elyana!" panggilnya dengan pelan. Ia menempelkan telinganya pada pintu untuk mendengar aktifitas di dalam kamar mandi.
"Keluarlah, Ayah sudah pergi!" ucapnya lagi dengan lembut.
Tok ....
Ketika ia akan mengetuk pintu lagi, terdengar pintu kamar mandi dibuka, Elyana keluar dari dalam sana dengan ekspresi wajah yang sangat buruk.
"Mana kunci mobil Ros?" Tiba-tiba E
'Mandi bersama? Apa dia sudah tidak waras ... mengajakku untuk mandi bersama?' gumam Elyana dengan menatap tajam pria itu. Seluruh tubuhnya sudah basah kuyup. Elyana segera tersadar dan bersiap turun dari pangkuan David. "Lepaskan!" Dengan enggan, akhirnya David menurunkan Elyana. Membiarkan wanita itu berdiri tegak di bawah guyuran air bersamanya. Setelah itu, Elyana melangkah pergi. "Mau pergi ke mana?" tanya David pelan, sambil menarik pergelangan tangannya sehingga wanita itu mundur lagi ke belakang. David mendorongnya membuat Elyana bersandar di dinding. Ia menatap wanita itu dengan senyum samar di bibirnya. "Pakaianmu sudah basah kuyup, kenapa tidak sekalian mandi saja?" goda David sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Elyana. Ia menatap seluruh tubuh wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Terlihat tubuh Elyana yang mengenakan baju tidur tipis tanpa lengan, dengan celana pendek sepaha—yang sudah ba
Tiba di kantor perusahaan Demino, David bergegas masuk ke dalam lift, naik ke lantai atas menuju ruang kerjanya. Ketika lift sudah sampai di lantai atas, ia segera keluar, berjalan menuju ruang kerjanya.Langkah demi langka ia berjalan di lantai yang sangat luas, banyak pandangan mata yang menatap aneh ke arahnya. Walau mereka menyapa saat bertemu dengannya, namun tatapan mata mereka terasa janggal.David menghiraukan itu, ia terus berjalan menuju ruang kerjanya tanpa memikirkan apapun.Ketika sudah sampai di depan ruang kerjanya, David segera memegang pegangan pintu lalu mendorongnya dengan kuat. Ketika pintu sudah terbuka, David melihat ayahnya duduk di kursi kebanggaan miliknya sambil melipat kedua tangan di depan, tatapan ayahnya tajam melihat dirinya yang baru masuk."Bagus ... Allan David Ivander!" ucap Darwis dengan penuh cibiran ketika melihat putranya ada di depan mata.Darwis segera membuyarkan lipatan tangannya, lalu bangkit berdiri, ber
Jam delapan malam, David pulang ke rumahnya dengan penampilan yang sangat kacau. Pakaiannya terlihat berantakan dengan tiga kancing kemeja sudah dibuka. Jas yang tadi siang dipakai, kini sudah dilepaskan.Ketika sudah masuk ke dalam rumah, David melihat Elyana menuruni tangga lalu berjalan menghampirinya dengan ceria. Terlihat bahwa wanita itu sadari tadi menunggunya pulang."Kau sudah pulang?" sapanya dengan ramah, tidak seacuh biasanya karena sekarang mereka sudah baikan."Sini!" Wanita itu segera mengambil jas dari tangan David. Dengan khawatir ia bertanya, "Apa masalah di kantor sudah bisa diselesaikan?"Mendengar kalimat yang diucapkan olehnya, tiba-tiba langkah David terhenti. Ia menoleh ke samping dengan kening yang mengkerut."Besok, aku akan mengantarmu kembali ke kota Lyon. Sekalian mengembalikan mobil Rosyana!" ucap David tanpa menjawab pertanyaan wanita itu."Jangan dulu kembali ke rumah ini, sebelum keadaanku stabil!" Tiba-tiba
Di dalam kamar mandi yang sangat besar, David sudah membuka semua pakaiannya. Ia berdiri di bawah pancuran air sambil menundukkan kepala dengan kedua tangan berada di pinggang. Air hangat yang mengguyur seluruh tubuhnya, tidak mampu membuat perasaannya tenang."Asih, sial!""Begitu pentingkah anak haram itu di mata Ayah?" gerutunya, memikirkan adik beda ibu yang akan segera kembali ke dalam negeri dan menggantikannya di kantor.Walau dulu ibu Danial sangat menyayangi David melebihi rasa sayangnya pada anak kandungnya sendiri, itu semua karena wanita itu takut di buang oleh Darwis. David bisa merasakan hal itu—kasih sayang tidak tulus dari ibu tirinya. Dan pada akhirnya, setelah hampir dua puluh delapan tahun hidup di rumah Darwis, wanita itu tidak tahan dan pergi ke luar negeri bersama Danial.Apakah itu yang dinamakan menyayangi anak tiri melebihi anak kandungnya sendiri?Tidak ingin terus memikirkan tentang kedua orang itu, David segera men
"Sebenarnya, apa yang terjadi di kantor?" "Yah, seperti yang tadi kukatakan. Ayah tidak mengizinkan aku untuk kembali bekerja. Mungkin alasannya adalah ... kau! Ayah tidak suka aku masih berhubungan denganmu, karena kau adalah mantan seorang pelayan. Jadi, sebelum aku sukses membangun usahaku yang baru, aku ingin kau tetap tinggal di kota Lyon bersama dengan kakak dan kakekmu, rawatlah kandunganmu dengan baik. Di sana, kau tidak akan kekurangan apapun. Sedangkan bersamaku ... mungkin kau dan bayi kita akan kesulitan. Jadi, kumohon ... sekarang berhentilah!" "Izinkan aku untuk mengantarmu kembali ke rumahmu, dan berbicara pada kakekmu. Kau mau, kan?" tambah David dengan nada suara yang sangat pelan. Membuat Elyana merasa bersalah karena sudah berprasangka buruk pada pria itu. "Aku tahu, ini hanya kesalahpahaman saja. Jika ayahku tahu keadaanmu yang sebenarnya, mungkin dia tidak akan mengancamku dengan mengusirku dari perusahaan. Tapi ... aku tidak ingin Ayah m
Di sore hari, Darwis sudah tiba di bandara kota Lyon seorang diri. Ia segera menghentikan taksi untuk diantar ke alamat rumah yang sudah ia tulis sesuai informasi dari Edwin tadi siang. Di dalam taksi, Darwis duduk di kursi penumpang dengan tidak sabar. Ia tidak sabar ingin segera sampai di rumah keluarga Elyana dan ingin segera memastikan putranya baik-baik saja. "Bisa lebih cepat, Pak!" pinta Darwis pada sopir taksi itu dengan nada memaksa. Membuat sang sopir segera mengangguk. Dia melajukan mobilnya dengan cepat sesuai permintaan Darwis. Darwis bersandar di kursi belakang dengan santai, menatap setiap sudut kota yang ia lalui dengan perasaan cemas dan takut—memikirkan keadaan putranya sekarang. Walau kemungkinan orang yang kecelakaan itu bukanlah David, tetap saja ia merasa cemas jika belum melihat putranya dengan mata dan kepalanya sendiri. "Anak itu memang tidak bisa dikasih tahu, sudah diancam dengan dikeluarkan dari perusahaan,
Di ruang tamu yang sangat luas itu, Yuan Louis dan Darwis duduk bersama sambil sesekali Darwis bertanya tentang kabar kecelakaan Elyana. Walau masih tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang, namun, Darwis mulai yakin ketika melihat putranya—David turun dari lantai dua dan berjalan menghampiri mereka berdua di ruang tamu. Ketika mereka bertatapan, terlihat kening David mengerut, terlihat heran menyadari ayahnya sudah ada di rumah ini. "Ayah? Sedang apa Ayah di sini?" tanya David sebelum berjalan ke arah mereka. "Dasar anak bodoh! Mengapa tidak memberitahuku kau pergi ke kota Lyon? Jika kau memberitahuku sejak awal, mungkin kita bisa pergi bersama," jawab Darwis dengan menebalkan muka. Seolah dirinya adalah seorang ayah yang baik, yang sangat sayang kepada David dan menantunya—Elyana. David tidak menjawab. Ia berjalan mendekat dan duduk di sofa kosong yang ada di sana. Sambil duduk, David sambil terus memperhatikan ayahnya. Ia mera
"Setelah menikah dengan orang kaya, kau semakin cantik saja, Pelayan Jelek!" ejek Alex dengan penuh kelicikan. Ia masih menunduk, berbisik lagi di telinga Elyana, "Itu sangat menguntungkan bagiku!"Setelah itu, Alex kembali menegakkan punggungnya, menatap wanita lemah itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tapi-tiba keningnya mengerut. Ia teringat dengan nama wanita yang sedang ia cari. 'Elyana!'"Pelayanan Eli ...." panggil Alex secara pelan. "Bukankah Tuan Muda David selalu memanggilmu dengan nama Elyana?""Apa nama aslimu sungguh Elyana?" tanyanya lagi dengan nada mengintrogasi. Terdengar tidak sabar, juga sangat penasaran.Elyana yang mendengar hal itu segera menoleh kembali pada Alex. Ada secercah cahaya penuh harap dari sorot matanya ketika menatap pria itu. Alex mengenali dirinya sebagai nona kedua yang sedang dicari semua orang. Mungkin pula Alex akan menolong Elyana dan memberitahu keberadaannya pada keluarga Louis.Namun tiba-tiba