Suara peluit dan teriakan Gani membuat semua orang yang ada di sekitar langsung melihat apa yang terjadi.Winter sedikit terperanjat kaget begitu mendengar teriakan Gani dan reaksinya yang berlebihan. Gani berjalan kearahnya sambil bertolak pinggang, sorot matanya yang tajam menggambarkan perasaan tidak suka bercampur kemarahan, tidak ada keteguhan yang Winter rasakan pada dirinya.“Kau tidak dengar apa kataku?” teriakan Gani kian keras. “Apa yang kau lakukan? Kau melukai temanmu!.” Winter berpura-pura kaget sambil melihat Selina yang kini menangis di kerumuni banyak orang, sangat berbeda dengan reaksi orang-orang saat dia terluka.Benar-benar tidak adil.Selina berusaha bangkit sambil menutup sebelah matanya yang terasa sakit. Orang-orang langsung menatap Winter seperti seorang tersangka tanpa perlu pembelaan dan sangkalan apapun lagi. “Saya tidak sengaja. Maafkan saya,” ucap Winter berpura-pura takut dan merasa bersalah.“Tidak sengaja katamu?” Jawaban sederhana yang terlontar dar
Winter berkaca di cermin mengusap darah di hidungnya dan membersihkannya, hidungnya terasa sangat sakit, bahkan sisi pipinya memerah masih meninggalkan bekas.Winter beberapa kali harus mengusap batang hidungnya untuk memastikan jika hidungnya tidak patah akibat lemparan kerasa bola.Rasa sakit yang dia rasakan di wajahnya sedikit terobati karena Gani sudah meminta maaf. Namun itu saja tidak cukup.Meminta maaf bukan jaminan untuk berubah.Gani meminta maaf karena terdesak, bukan karena sadar akan kesalahannya yang sudah mendiskriminasi muridnya.Meminta maaf bukan berarti dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.Jiwa Kimberly memaki dan mengutuk diskriminasi yang di terima Winter selama ini.Sekolah yang menjadi tempat mendapatkan bimbingan untuk membentuk karakter dan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari orang-orang kotor di dalamnya.Sangat menyedihkan memikirkan ketika dunia pendidikan di dikte oleh urusan bisnis para petinggi.Winter menghela napasnya dengan ber
Winter meminum air yang di berikan oleh Cleo, wali kelasnya. Diam-diam Winter melirik Cleo yang kini duduk di sampingnya terlihat merenung memikirkan banyak hal.Winter tidak tahu jika ternyata ada beberapa orang yang peduli kepadanya, salah satunya Cleo yang begitu tahu Winter terluka, dia langsung mencari Winter dan mengobatinya. Termasuk luka di kakinya yang kini sudah di olesi salep.Winter juga baru tahu jika Marvelo yang ketus terlihat tidak menyukainya memiliki sisi kepedulian dengan sebuah alasan yang misterius.Cloe mendorong kacamata yang dia kenakan, wanita itu menarik napasnya dengan sesak terlihat menyimpan sedikit beban yang mengganggu pikirannya. Wanita itu menatap Winter dengan lekat.Setelah kejadian Winter di temukan tidak sadarkan diri, Benjamin membuat wali kelas Winter di pecat. Kini Cleo, guru magang itu mendapatkan tugas untuk menjadi wali kelas di sekolah unggulan.Ada banyak kabar beredar yang Cleo dengar mengenai apa yang terjadi di kelas Winter. Cleo berus
Winter berdiri di depan sebuah layar, dia menggeser-gesernya beberapa kali layar untuk memilih beberapa jenis buah, Winter memilih segelas juss tanpa gula dan menggantikannya dengan daun stevia. Begitu sudah mendapatkan nomer antriannya, Winter segera duduk dan menunggu.Sejak satu jam yang lalu Winter sudah merasakan banyak perhatian orang-orang tertuju kepada dirinya. Winter bersikap acuh dan sama sekali tidak malu.Di masa lalu, Kimberly adalah pusat perhatian.Menjadi pusat perhatian adalah hal yang biasa bagi Kimberly. Justru ini yang dia inginkan. Winter harus menjadi pusat perhatian semua orang agar mereka tidak salah menilai sebuah kecantikan.Cantik itu luas, semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan definisi kecantikan.Wanita harus memiliki definisi sendiri mengenai mengenai kecantikan, kecantikan tidak boleh di dikte apalagi di ukur oleh siapapun.Cantik tidak hanya berkaitan dengan wajah indah, tubuh indah. Wanita akan terlihat cantik ketika dia menyenangkan,
“Kenapa aku tidak boleh melawan?” “Winter! Sejak kapan kau bertanya alasan pendapatku? Aku melakukannya demi kebaikan hidupmu,” nada suara Paula sedikit meninggi karena Winter jadi lebih banyak membantah.“Melawan juga akan membuatku berhenti di permalukan dan di remehkan.”“Tapi kau sendirian Winter. Tidak ada yang peduli dan menyukaimu di sekolah ini selain aku, jika kau terlibat masalah dengan melawan mereka, kau akan semakin kesulitan di sini.”Tangan Winter terkepal, ucapan Paula sangat keterlaluan. Paula terus menekan Winter dan berusaha mendoktrinnya agar Winter berpikir di sekolah ini hanya Paula yang peduli kepadanya. Paula juga terus membentuk Winter untuk diam saja saat di perlakukan dengan buruk. “Aku senang dengan perhatianmu Paula. Namun aku juga berpikir, bahwa aku tidak ingin selamanya menjadi gadis yang payah dengan cara diam dan bersembunyi” jawab Winter lagi masih dengan tenang dan mengacaukan alur permainan Paula sedikit demi sedikit.PlakSatu tamparan tidak ter
Lagi, lagi dan lagi Paula membawa Winter ke tempat yang mewah di mana tidak sembarangan orang bisa masuk dan bergabung.Winter di bawa pergi ke sebauh restaurant yang berada di jantung kota.Mobil yang mereka tumpangi berhenti cukup jauh dari bangunan restaurant. Mereka harus berjalan melewati sebuah kolam besar yang yang memiliki air mancur besar dan beberapa patung di atasnya.Di sepanjang sisi jalan terdapat pohon yang menaungi mereka agar tidak kepanasan.Langkah Paula terhenti tiba-tiba, gadis itu berbalik dan menatap Winter dengan hangat dan tersenyum.“Winter.” Paula meraih tangan Winter dan menggenggamnya.Tanpa perlu Paula katakan, Winter sudah bisa merasakan ke mana arah Paula akan berbicara.“Hari ini aku mengundang teman-teman sekelasku untuk ikut makan bersama. Aku tidak menyangka jika mereka memilih restaurant yang mewah seperti ini. Aku tidak tahu makanan apa yang nanti akan mereka pilih. Kau tahu kan, aku tidak memiliki uang, bisakah kau membantuku?” tanya Paula denga
Para gadis yang berkumpul terlihat sangat senang membicarakan hal-hal yang membosankan bagi jiwa Kimberly.Winter diam dalam keramaian orang-orang yang berbicara tanpa mempedulikan keberadaannya, atau mungkin mereka memang menganggap Winter tidak ada di antara mereka.Winter mendengus geli teringat kenangan kecilnya di masa lalu.Dulu, saat dia menjadi Kimberly, dia adalah pusat perhatian, semua pandangan tertuju kepadanya dan mengatakan betapa luar biasanya hidup Kimberly yang sempurna. Orang-orang berlomba-lomba berusaha untuk mengikuti gaya berpakaian, riasan dan gaya rambut Kimberly seakan dia adalah kiblat kecantikan.Kini, dia menjadi Winter Benjamin, seseorang yang tidak di anggap keberadaannya, orang-orang menganggapnya tidak ada. Jangankan untuk berbicara, untuk menatap sekalipun mereka terlihat enggan.Betapa menyedihkannya kehidupan Winter.Winter memiliki segalanya, bahkan dia jika dia mau, dia bisa membeli sebuah pertemanan dengan uangnya, namun mengapa dia menjalani kehi
Paula bersedekap dengan ekspresi dinginnya menatap tajam Winter. “Kenapa lama?.”Aura kuat Paula yang jahat bisa Winter rasakan, namun tidak ada setitikpun sebuah rasa takut di hatinya. Apa yang Paula lakukan tidak lebih dari seorang pecundang yang tengah berusaha terlihat kuat untuk menyembunyikan semua kekurangan di dalam dirinya.Winter tertunduk tidak mau menatap mata Paula, dia tidak boleh menatap Paula karena tidak ada ketakutan di mata Winter. Jika Winter tidak dapat menunjukan ketakutannya, maka Paula akan curiga.Dalam beberapa langkah Paula mendekat dan berdiri di hadapan Winter. Paula meraih wajah Winter dan mencengkramnya dengan kuat, lalu mengangkatnya, melihat mata Winter yang tetap melihat ke bawah.“Ada apa denganmu Winter?” tanya Paula terdengar seperti bisikan.“Apa maksudmu?”Paula melepaskan cengkramannya dengan jijik dari wajah Winter. “Jangan membohongiku lagi! Aku tahu kau sudah berubah.”Perlahan Winter mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Paula, “Kena