Elina harus menerima kenyataan pahit, saat mengetahui suaminya memesan jasa WO untuk pernikahan. Elina dan Aish segera meluncur menemui pemilik WO untuk mencari kebenaran, tentang suaminya. Apakah Wisnu berselingkuh atau ada yang dia tutupi?
view more"Neng, Mas pamit tugas luar kota dulu, yah. Cuman tiga hari doang. Jangan kangen," goda Mas Wisnu saat aku memakaikan dia dasi.
"Hehehe, sok tahu. Mas, yang bakal kangen aku."
"Pasti kalau itu. Sehari gak bertemu saja, rasanya seperti setahun."
"Halah, lebay," kekehku.
"Makasih, Sayang." Mas Wisnu mencium keningku.
Meskipun belum ada buah hati, rumah kami selalu terasa hangat. Mas wisnu adalah tipe suami soswet sepanjang masa. Dia juga gigih bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami.
"Jangan lupa ngabarin ya, Mas," ucapku sendu.
Mas Wisnu kerja di perusahaan BUMN yang bergerak di bidang minyak bumi. Dia simpan di perusahan pusat, Jakarta. Namun, kadang-kadang dia harus mengontrol kondisi perusahaan cabang, yang ada di luar kota.
"Siap, kamu juga semangat mengelola kafenya, Elina Sayang.""Siap Bapak Wisnu hardana yang tampan." Kami tergelak bersama.
kemudian, saling memandang. Ada yang aneh dari sorot matanya. Dia terlihat sendu meski tersenyum. Rasa takut kehilangan sangat kuat mendominasi hati. Padahal, bukan kali pertama aku ditinggalkannya tugas luar kota. Perasaan apa ini?
"Mas, jangan berpaling dari Neng, yah." Kalimat itu, seketika terlontar.
"Jangan ngomong macem-macem, Neng. Sampai kapan pun, di hati Mas, cuman ada kamu."
Sanyum merekah mendengar kata-katanya. Rasanya seperti angin segar dari surga. Semoga saja, bukan hanya manis di bibir, tapi hati juga.
"Ya sudah, sana berangkat. Nanti telat."
Tangan kananku menyodorkan Koper.
"Ngusir?" tanyanya penuh selidik.
"Ih, Mas, jangan becanda terus, buruan pergi."
"Tapi gak ngusir' kan?"
"Ya nggak dong, Mas. Mana mungkin Neng, ngusir belahan jiwa Neng," kekehku berusaha menggombal.
"Janji yah, Neng? apapun yang terjadi, Elina dan Wisnu harus terus bersama di sini, sampai ajal memisahkan."
"Sudah Mas, sana pergi. Ngomongnya agak aneh, gimana gitu."
Mas Wisnu hanya membalas dengan senyum tipis. Untuk cukup kali, dia mencium keningku.
"Babay, Sayang."
"Babay."
Mobil Mas Wisnu terus melaju menjauh. Ada rasa tidak enak saat melihatnya pergi. Segera aku tepis kemungkinan firasat buruk itu. Jangan berpikir aneh, Elina. Semua akan baik-baik saja.
Setelah kepergian Mas Wisnu, aku melanjutkan aktifitas sebagai ibu rumah tangga. Menyapu, dan cuci pakaian. Semua saya lakukan dengan kekhawatiran. Karena, setiap langkahku untuk mengurus suami adalah ibadah. Enaknya jadi Istri, hanya tersenyum pada suami saja, dapat pahala. Kata ibu, surga seorang Istri ada pada Suaminya. Perkataan itu, selalu aku ingat. Apapun yang aku lakukan, harus minta izin pada suami.
“Dompet Mas Wisnu?”
Mataku melotot ketika melihat dompet berbentuk kotak, berwarna coklat, yang terbuat dari kulit hewan, tergeletak di lantai. Mas Wisnu pasti tidak menyadari jika dompetnya jatuh di kamar.
"Kuitansi pembayaran WO Kusumadewi, Bandung?"
Keningku berkerut melihat kuitansi pembayaran sebuah wedding organizer di dalam dompetnya. Nominal yang tertera sangat fantastis. Ada kartu nama WO-nya juga. Siapa yang menikah? apa saudara Mas Wisnu , dia 'kan memang asli orang Bandung, dan semua keluarga besar tinggal di sana.
"Elina...."Suara Mas Wisnu membuatku syok. kuitansi dan kartunya langsung aku masukan ke dompet. Kemudian, melempar ke sembarang tempat, agar dia tak curiga.
"Iya, Mas."
Aku melangkah keluar kamar. Mas Wisnu terlihat sedang mencari sesuatu. Banyak pertanyaan yang ingin saya sampaikan, tetapi belum saatnya.
"Ko, balik lagi, Mas?" usaha berusaha biasa.
"Dompetku, gak kebawa, Neng. Kamu lihat gak?"
"Gak tahu, Mas, coba inget-inget, terakhir disimpen di mana?"
"Di kamar kali ya."Mas Wisnu terlihat sangat mengkhawatirkan. Dia langsung menuju kamar. Aku Hanya mengekor di belakangnya. kenapa ekspresinya sangat panik? ah, tentu dia panik, jika tidak ada uang, akan direpotkan bukan?
"Akhirnya ketemu."Dompet itu, ada di bawah ranjang. raut Mas Wisnu sangat lega saat mendapatkannya.
"Neng, belum cek-cek isi dompet, Mas 'kan?"
"Maksudnya, Mas?"
"Ah, tidak. Lupakan. Mas, pergi lagi yah. Udah telat."
Aku hanya mengangguk. Pertanyaan Mas Wisnu menambah daftar pertanyaan di hati. Apa dia menyembunyikan sesuatu. Jangan-jangan, Mas Wisnu.... Ah, tidak mungkin. Dia sangat mencintaiku. Hanya aku yang ada di dalam hati.
Sebisa mungkin, aku yakinkan diri agar tidak berpikir negatif. Walaupun, ada rasa perih yang terasa di lubuk hati.
"Aku harus cari tahu dan mendapatkan nomer admin WO Kusumadewi."
Cerobohnya aku, tidak memfoto kartu nama tadi. Bahkan, aku tidak tahu nama yang tertera pada kuintansi saking kagetnya. Tulisannya pun seperti aksara sambung. Tak sempat aku mengerti.
Meskipun demikian, aku harus tetap berusaha mendapatkan nama adminnya. Goegle atau I*******m pasti bisa membantu.
Setelah beberapa menit, akhirnya, aku menemukan nomer yang dituju.
"Halo?""Iya, hallo, kami dari WO Kusumadewi, siap mewujudkan pernikahan impian Anda. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kenalkan, saya Elina. Sebelumnya mohon maaf, admin WO Kusumadewi, apakah WO anda membantu resepsi pernikahan klien bernama Wisnu hardana, bulan-bulan ini?"
"Maaf, Ada Apa dengan Ibu?"
"Saya saudaranya, tadi melihat kartu nama WO kusumadewi di dompet saudara saya. Ya ampun, dia sudah pergi, sebelum menjawab pertanyaan saya. Jadi, saya butuh infonya dari Kak admin."
"Maaf Bu, tidak ada nama itu."
"Tolong, dicek lagi, Kak admin. jadwal pernikahan bulan ini. Penting sekali buat saya."
Aku berusaha memaksa, rasa penasaran begitu menggebu.
"Sebentar, Bu. Coba saya cek."
"Maaf Bu, ada. Bulan ini memang ada yang menyewa jasa WO kami, tapi bukan atas nama Wisnu Hardana."
"Kalau begitu, boleh saya tahu siapa saja nama mempelai yang menyewa jasa WO Kusumadewi, bulan ini?"
"Maaf, Bu. Kami tidak boleh, memberi tahu info-info klien kepada orang yang tidak dikenal."
"Tapi ini penting, Kak admin. tolong bantu saya."
"Maaf Bu, tidak bisa. Kalau sangat penting, Ibu langsung datang saja ke sini, agar bisa izin sama pemilik WO kami."
"Baiklah, terima kasih."
"Sama-sama." Sambungan telepon pun terputus.
Rasa penasaran masih kuat di hati. Ada firasat aneh yang tidak bisa dijelaskan. Betul kata sebagian orang, bahwa perempuan adalah makhluk yang sangat peka. Bisa membaca ekspresi pasangannya, jika bertingkah tak biasa.
"Assalamualaikum, Aisyah?"
Aku langsung menelepon adikku yang kuliah di sekitar Jakarta.
"Waalaikumsalam, iya. Kenapa Mbak Elin?"
"Besok Sabtu kuliah libur 'kan?"
"Iya kenapa Mbak? Suaranya aneh gitu."
"Ikut Mbak ke Bandung, yuh, ada urusan penting."
"Hah, ke Bandung? mau ngajak aish wisata ke Tangkuban perahu, Mbak?"
"Bukan, ini lebih penting dari jalan-jalan. Cepet ke sini. Abis Asar kita Otw."
"Mau ngapain Mbak, enak banget kaya tahu bulat."
"Jangan banyak tanya Aish, ini urusan mendesak, sangat penting. Antara hidup dan mati."
"Aduh, lebaynya kumat. Baiklah, Aish packing-packing dulu ya."
"Oke."
Sambungan telepon langsung aku matikan. Bergegas menyediakan beberapa baju dan barang yang perlu dibawa.
Mas Wisnu, kita buktikan kecurigaanku. Apa benar kuitansi pembayaran itu milikmu? jika benar, pernikahan siapa yang akan dilaksanakan?
POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku
POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb
POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku
POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh
POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me
"Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments