Winter berjalan dengan cepat menyusuri jalan, gadis itu menyentuh bibirnya beberapa kali begitu kesadarannya telah kembali. “Apa yang barusan aku lakukan?” Bisik Winter baru tersadar dengan apa yang sudah dia lakukan pada Marius beberapa saat yang lalu. Wajah Winter tiba-tiba memerah malu teringat bagaimana dia sudah dengan beraninya mencium bibir Marius di depan umum. Plak Winter menampar mulutnya sendiri dengan keras karena dia sudah kehilangan kendali hingga dengan kurang ajarnya Winter mencium bibir Marius tanpa tahu malu. Jiwa Kimberly yang sudah dewasa terus berkobar sampai-sampai dia lupa bahwa saat ini dia harus bersikap seperti gadis berusia delapan belas tahun yang lugu dan polos. “Ini bukan salahku. Ini salah Marius, siapa suruh dia sangat tampan.” *** Winter berdiri di depan pintu walk in closet, tangannya memegang sebuah kunci yang baru saja dia temukan di kamar mandi. Akhirnya, Winter menemukan kunci walk in closet yang beberapa hari ini dia cari. Sangat mudah
Malam ini, malam terakhirku bersama Ayah berada di Berlin. Tidak sengaja aku bertemu dengan Kimberly Feodora, seseorang yang akhir-akhir menjadi buah bibir banyak orang. Aku melihatnya dari kejauhan, dia tengah berdiri di depan sebuah restaurant mengenakan baju berwarna hitam terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Dia mematung di bawah salju yang membuat beberapa orang melihat ke arahnya. Ku kira dia mannequin. Aku tidak begitu mengenalnya dan hanya beberapa kali melihatnya di iklan. Meski aku tidak begitu mengenalnya, aku ingin meminta tanda tangannya karena dia cantik. Aku ragu dan sangat takut untuk mendekat, aku takut dia memakiku seperti dia memaki orang-orang yang mengganggunya di televisi. Wajahku terlihat jelek, aku takut dia terganggu dengan wajah dan tubuhku. Meski takut, namun kakiku tetap bergerak mendekat karena dia terlalu cantik. Semakin aku mendekat, semakin aku melihat kecantikannya yang tidak masuk akal hingga aku harus mencubit tanganku jika dia memang
Malam yang gelap, lampu-lampu di lintasan sirkuit menyala menyinari bangku-bangku penonton dan jalanan. Derung keras dan cepatnya bayangan mobil yang lewat tidak ada dalam perhatian. Marius, pria itu duduk sendirian di bangku penonton yang kosong, pria itu termenung, terus terbayang kenangan tindakan konyol yang di lakukan gadis gemuk yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang begitu tinggi hingga berani menciumnya di depan umum. Ciuman yang hanya sebatas kecupan di bibir itu berhasil membuat Marius terus teringat Winter hingga membuat Marius merasa cukup gila karena tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan sekarang. Berciuman, bercumbu, bahkan setelah tidak bisa berjalan, Marius masih sering tidur dengan beberapa wanita. Namun mengapa? Kecupan sederhana di bibirnya yang di lakukan oleh gadis bertubuh gemuk, bermulut tajam dan satu persenpun bukan tipe Marius. Namun mengapa kejadian kemarin terus menghantui pikiran Marius seakan itu adalah sesuatu yang berkesan. “Marius.” M
Segala persiapan telah di lakukan, Marius segera masuk ke dalam mobilnya dan sedikit berbicara dengan Felix sebelum memutuskan pergi. Tribun penonton terlihat penuh, mereka berdiri untuk melihat idola mereka yang melintas. Langit yang baru malam terlihat masih menyisakan warna biru cerah, beberapa mobil yang sudah melakukan pemanasan, kini sudah diam di garis start. Marius terlihat tenang dan siap untuk kembali memulai balapan, seorang pembawa acara yang menyiarkan berbicara beberapa patah kata mengenai persiapan para pembalap malam ini. Derung suara mesin terdengar keras, para pembalap mulai memacu kendaraan mereka dengan cepat begitu bendera di kibarkan. Marius, pria yang baru menjadi bintang dan mendapatkan banyak sorotan membuat para penonton tersenyum bangga karena pria itu mengambil posisi paling depan dan memacu mobilnya dengan sangat cepat seperti balapan-balapan yang terjadi sebelumnya. Putaran demi putaran Marius lewati dengan sempurna, komentator balapan berbicara den
Akhir pekan yang mendung, Winter sudah berdiri di depan panthouse Marvelo pagi-pagi sekali. Mata Winter masih terlihat sembap setelah sepanjang malam menangis karena membaca tulisan pemilik tubuh Winter yang asli. Ada banyak tulisan yang tertuang dalam beberapa buku, semua keresahan dan kesedihan Winter yang asli sangat menguras emosi dan hatinya. Jiwa Kimberly sangat frustasi di sulut banyak rasa marah dan kesedihan yang kuat. Tidak hanya Paula, ada banyak anak yang membully Winter di masa lalu. Usai membaca semuanya, sepanjang malam Winter mencari siapa-siapa saja yang sudah pernah membully Winter di masa lalu. Kini, dia akan membalas mereka satu persatu secara langsung. Winter berjinjit dan menekan bel beberapa kali menunggu Marvelo membukakan pintu. Marvelo membuka pintu dengan cepat, pria itu berdiri di hadapan Winter dan terlihat sudah rapi hanya mengenakan pakaian biasa. Kedatangan Winter sudah Marvelo ketahui karena sebelumnya Winter sudah memberitahu bahwa dia akan dat
Maxim membuang napasnya semakin berat. Maxim membenarkan tas di gendongannya, pria itu berjalan dengan kaki yang sedikit terpincang-pincang, Maxim memutuskan untuk duduk di bangku kosong sekadar meredakan rasa lelahnya. Maxim terpaku melihat keindahan dan keramaian di depannya dengan perasaan berkecamuk. Sudah dua minggu dia keluar dari penjara. Selama dua minggu itu dia berusaha mencari Paula karena merindukannya, namun ini yang dia dapatkan setelah Sembilan tahun lamanya dia di penjara demi berkorban untuk anak dan isterinya. Selama Maxim berada di penjara, Paula tidak pernah sekalipun menampakan dirinya apalagi menjenguknya setelah pengorbanan yang Maxim lakukan untuk menggantikan Paula sebagai tersangka. Namun ini balasan puterinya. Tidak hanya Paula, Lana pun begitu. Usai Maxim di penjara, tidak pernah sekalipun Lana menemuinya, yang datang hanyalah sepucuk surat perceraian yang di ajukan Lana. Suara helaan napas kasar terdengar dari mulut Maxim, pria itu tertunduk sedih
Bayangan tubuh Winter terlihat di dinding lift yang berkilauan, gadis itu bergerak beberapa kali melakukan pose dengan percaya diri, melihat perubahan demi perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Dengan percaya diri dia melakukan pose sama seperti seperti apa yang sering dia lakukan di masa lalu saat melakukan photoshoot untuk melakukan pemotretan di majalah. Jiwa Kimberly merasa bangga dengan perubahan yang terjadi. Hari semakin hari keadaan tubuhnya menyusut meski sedikit demi sedikit. Satu persatu pakaian milik Winter yang semula dia pakai, kini pakaian itu terbuang karena kini tubuhnya sudah perlahan mengecil. Lingkar pinggang yang mengecil, lemak-lemak di lengan, perut, paha, dagu yang mengganggu setiap kali dia bergerak, kini sudah menghilang perlahan berkat dokter, olahraga dan diet. Tumpukan dan lipatan lemak di perutnya tidak lagi begitu tersiksa dan menyakitkan ketika di pakaikan korset. Wajahnya yang semula bulat dengan dagu yang berlipat-lipat seperti roti itu, kini s
“Kau sudah melepaskan masa perjakamu?” Tanya Winter lagi dengan gamblang tidak saring sedikitpun, repleks Marvelo yang tengah menyetir langsung menginjak rem dengan keras. Duk! Kepala Winter langsung di buat terbentur ke lekukan sisi dashbor mobil dengan cukup keras. “Arght, sialan. Menyetirlah dengan benar brengsek!” Maki Winter dengan ringisan sambil mengusap pelipisnya yang berdenyut kesakitan. Marvelo tidak bereaksi apapun, pria itu masih mematung terngiang-giang pertanyaan frontal yang keluar dari mulut Winter beberapa detik yang lalu. “Winter, apa yang kau tanyakan barusan?.” Winter meringis kesakitan merasakan keningnya berdenyut, Winter melihat kaca spion, gadis itu menyingkirkan rambutnya dan memperlihatkan keningnya yang kini sedikit terluka. “Astaga” Marvelo terlihat panik dan segera melepaskan sabuk pengamannya, meraih wajah Winter dan melihatnya lebih dekat. Winter yang kesakitan hanya bisa menatap sebal Marvelo karena sudah berani-beraninya membuat wajahnya yang b