"Kamu jangan ngeliatin, aku malu," ucap Karina kepada Satria.
"Iya, matanya aku tutup nih," jawab Satria sambil menangkupkan kedua tangannya untuk menutupi matanya.
Suster hanya tersenyum melihat tingkah mereka, kemudian suster memberikan bayi itu kepada Karina untuk disusui.
Satria mengabari kedua orang tuanya, bahwa Karina telah melahirkan.
"Assalamualaikum," sapa Satria kepada Papanya yang berada di seberang telepon.
"Waalaikumsalam, ada apa, Sat?" tanya Pak Agung.
"Satria punya kabar baik Pah, Karina udah lahiran," seru Satria dengan senang.
Cahya dibaringkan di atas sofa, dengan telaten Bu Ayu membuka celana Cahya dan memeriksa popoknya."Astagfirullah, Karina!" teriak Bu Ayu frustasi.Pak Agung yang sedang berbaring di sofa dengan mata yang sudah tertutup separo, saat mendengar teriakan Bu Ayu, Pak Agung terperanjat kaget, dia melompat dari sofa dan langsung menghampiri Bu Ayu."Kenapa, Mah?" tanya Pak Agung panik."Liat ini, Pah," tunjuk Bu Ayu."Astagfirullah, kok bisa gitu, Mah?""Mana Mamah tau, Karina emang nggak bisa kali ngurus anak, pantes aja dia dari tadi nangis." Bu Ayu mencemooh Karina, karena dianggap tidak bisa mengurus
Bu Ayu meninggalkan Karina yang masih termenung di depan rumah, Karina bingung kesalahan apa yang telah dia perbuat, sampai mertuanya terlihat sangat marah."Oek … oek." Tangisan Cahya membuyarkan lamunan Karina, dia langsung mengangkat Cahya, dan membawanya masuk ke dalam rumah.Lima tahun berlalu, Cahya tumbuh menjadi anak yang cantik, dan menggemaskan, semua keluarga sangat menyayangi Cahya, begitu juga dengan Bu Ayu, dia sangat sayang kepada Cahya, dia juga selalu memanjakan Cahya."Hallo, Oma," sapa seorang anak kecil di seberang sana, melalui panggilan video."Hallo juga cucu Oma, ada apa sayang?""Oma kapan main kesini, Cahya kangen sama, Oma.
Semua aset milik Satria telah diisita oleh bank, tidak ada yang tersisa satupun, semua perjuangannya selama ini berakhir dengan tangan kosong, bisnisnya hancur dan perusahaannya gulung tikar, Satria mengacak rambutnya frustasi."Andai saja aku tidak terjebak dalam investasi bodong itu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini, bagaimana nanti nasib istri dan anakku, mereka tidak boleh merasakan hidup susah, aku tidak mungkin membiarkan mereka hidup dalam kesusahan," gumam Satria.Karina yang kebetulan lewat di ruang tamu menghampiri suaminya, dia merasa iba melihat Satria yang sedang melamun, pandangan Satria kosong, Karina sangat mengerti bahwa saat ini Satria sedang tidak baik-baik saja, dia butuh dukungan dan semangat dari orang-orang terdekatnya, dia berinisiatif untuk membuatkan Satria kopi dan menghiburnya.
"Mas, menurutku daripada kita harus menumpang di rumah Mama, lebih baik kita mengontrak saja," usul Karina kepada suaminya."Untuk apa mengontrak, bukankah lebih baik jika kita tinggal bersama orang tuaku," balas Satria sambil menatap manik istrinya.Rasanya Karina sangat malas, jika harus tinggal kembali bersama mertuanya, dia sudah paham betul watak ibu mertuanya yang kadang baik dan kadang jahat, di mata Karina, Bu Ayu seperti memiliki kepribadian ganda."Hey, kenapa melamun?""Enggak," jawab Karina malas."Dih ngambek nih ceritanya," ejek Satria, Karina tetap diam dan mengerucutkan bibirnya."Yaudah deh, coba jelasin sama Mas, kenapa kamu lebih memilih ngontrak, daripada tinggal serumah dengan orang tuaku?" tanya Satria."Aku merasa nyaman, jika kita mempunyai tempat tinggal sendiri, dan tidak menumpang kepada orang lain, meskipun kit
Sudah satu bulan Karina menumpang di rumah mertuanya, Satria masih menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan, Pak Agung menawarkan Satria untuk bekerja di perusahaannya, namun Satria menolak, dengan alasan dia ingin mandiri dan tidak bergantung kepada orang tua.Pagi ini Satria sedang duduk di dekat kolam renang, menikmati udara pagi yang cerah, sedangkan Cahya dia selalu ikut kemanapun Bu Ayu pergi, pagi ini Cahya ikut berjalan-jalan dengan Bu Ayu ke taman yang tak jauh dari rumahnya."Mas, Mau sampai kapan kita kayak gini terus?" tanya Karina sambil membawakan secangkir teh hangat untuk Satria."Bawel amat sih, Aku juga lagi berusaha," sentak Satria, entah kenapa akhir-akhir ini dia menjadi kasar, padahal Karina bicara secara baik-baik, namun Satria selalu membentaknya
"Apa-apaan sih kamu Mas," sentak Karina dengan mata melotot dan napas yang berburu.Karina yang penurut kini berani melawan suaminya sendiri, semenjak Satria bangkrut keharmonisan rumah tangga mereka mulai terkikis, Karina dan Satria menjadi sering berdebat."Urusin nih anak kamu, nggak tau orang lagi pusing apa!" hardik Satria tak kalah garang."Cahya sayang, kamu masuk dulu ya ke dalam, Bunda mau bicara dulu sama Ayah," bujuk Karina, dia tidak mau Cahya mendengar perdebatan mereka, dia takut karena sering mendengar orang tuanya bertengkar, akan berpengaruh kepada mental Cahya yang masih polos dan tidak tau apa-apa.Setelah Cahya sudah tidak terlihat, Karina mulai berbicara dengan Satria.
Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja, makin kesini sikap Satria makin menyebalkan.Iseng-iseng kubuka aplikasi berwarna biru, saat sedang asyik berselancar di dunia maya, mataku tertuju pada salah satu akun yang meminta pertemanan, kupikir itu hanya akun palsu jadi aku melewatinya begitu saja.Saat aku membuka messenger, kulihat banyak pesan spam yang masuk, salah satunya dari akun yang bernama Sep Dehan Lintang Tsuryo, akun yang tadi sempat kulihat di barisan permintaan pertemanan.Karena penasaran aku iseng membalas pesannya, sebenarnya siapa pemilik akun ini, foto profilnya sepertinya aku pernah melihatnya, seorang pria yang sedang berdiri membelakangi kamera dan menghadap ke pantai, dengan baju kemeja bermotif daun yang sedang tren pada masanya.[ Hay cantik, boleh kenalan ] begitulah isi pesannya.[ Iya ] jawabku singkat, tentu karena aku tidak ingin terlihat
"Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi begini sudah rapi, pake make up, emm wangi lagi, jadi curiga aku," tegur Satria, yang baru saja bangun dari tidurnya.Satria mengucek matanya sambil menguap, ciri khas orang yang baru saja bangun tidur, dia bangun dan memeluk Karina dari belakang."Mandi dulu Mas, nanti nular baunya," ledek Karina dia berbalik dan memegang dagu Satria."Aku berangkat dulu ya, sarapan juga udah aku siapin di meja makan," ujar Karina, sambil melepaskan pelukan Satria."Kamu mau kemana?" tanya Satria, dia menahan tangan Karina, dan menariknya kembali ke dalam pelukannya."Mas minta maaf soal kemarin, Mas khilaf, dan Mas janji akan berubah, hari ini Mas akan mulai bekerja di perusahaan Papa, jangan marah lagi ya," bujuk Satria."Aku nggak marah kok Mas, tapi tolong kali ini jangan larang aku, hari ini aku akan melamar pekerjaan."