Leonard Indrajaya menuruti keinginan sugar baby-nya untuk pulang ke apartment-nya. Kedua puteranya sudah meninggalkan Jakarta sejak seminggu yang lalu. Ada banyak hal yang terjadi hari-hari terakhir ini dalam kehidupan putera-puteranya, sedikit banyak itu tampak di dalam raut mukanya.
Elena merasa kuatir dengan kekasihnya itu, dia berusaha menghibur Leonard, tetapi kepala pria itu terisi penuh dengan masalah putera-puteranya.
"Leo, apa kau mau menceritakan masalahmu padaku?" tanya Elena sembari meletakkan kepalanya di pangkuan Leonard. Mereka sedang menonton TV di sofa ruang tengah apartment Elena.
Leonard mengecup puncak kepala Elena lalu membelai kepala Elena, dia berkata, "El, kau tidak perlu ikut bersusah hati dengan masalah keluargaku. Dengan berada di sisiku saja, itu sudah sangat berarti bagiku." Dia pun menghela napas dalam-dalam.
"Ohh sepertinya ponselmu berbunyi ...," ujar Elena kemudian mengambilkan ponsel Leonard di meja sofa. Dia membuka pesa
Tubuh Leeray terasa agak kelelahan setelah lembur semalaman. Biasanya dia yang menyuruh Deasy lembur bekerja di kantor. Namun, kini setelah menjadi Nyonya Leeray, Deasy yang memintanya lembur di rumah melayani istrinya itu. Entah sudah berapa kali sejak semalam mereka saling memuaskan satu sama lain.Leeray merasa kurang tidur sekalipun tubuhnya terbiasa bangun pukul 05.00 seperti saat ini, tetapi dia merasa tidak ingin berolahraga pagi. Dia pun memeluk tubuh polos Deasy seraya menutup matanya lagi untuk mencoba tidur.Tangan Deasy mengacak-acak rambut Leeray yang tebal, menarik kepala Leeray ke dalam dekapannya seraya melilitkan betisnya ke tubuh Leeray dengan sembarangan.Gagal sudah rencana Leeray untuk tidur kembali. Dia pun tertawa perlahan karena kelakuan Deasy, istrinya itu memperlakukannya seperti sebuah guling yang tak bernyawa. Astaga!Leeray pun bingung, haruskah dia bertahan dengan posisi janggal seperti ini. Sementara Deasy tertidur pul
Tok tok tok.Pintu kamar Leeray diketuk dari luar oleh pelayannya. Leeray pun membukakan pintu kamarnya."Tuan muda, ada kiriman barang untuk Anda," ucap pelayan itu seraya menyerahkan paper bag bertuliskan Frank & co. kepada Leeray.Leeray pun mengerti kiriman apa itu, dia memang sudah menunggunya dari tadi malam. "Terima kasih, Budi," balas Leeray lalu menutup lagi pintu kamarnya."Ada apa, Lee?" tanya Deasy penasaran sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk."Ini kejutannya, Cantik. Kemarilah ...," ujar Leeray sembari duduk di tepi ranjangnya.Deasy masih memakai bathrobe menghampiri Leeray kemudian duduk di sebelah suaminya itu. "Apa itu, Lee? Kamu membeli perhiasan lagi?" tanya Deasy menatap suaminya yang senyum-senyum sendiri."Aku membeli sebuah cincin pernikahan untukmu. Ini, coba kau lihat dulu, apa kau menyukainya?" ujar Leeray menyerahkan kotak berisi cincin itu kepada Deasy.Deasy mene
Pukul 10.00 Leeray mengajak Deasy berangkat ke mal milik grup Harper untuk berbelanja pakaian. Mereka naik sepeda motor Ducati milik Leeray, sementara beberapa pelayan Leeray naik mobil MPV mengikuti mereka berdua ke mal. Leeray sengaja menyuruh pelayannya mengikuti mereka supaya dia dan Deasy tidak kerepotan membawa barang belanjaannya nanti.Menurut pengalamannya sebelumnya ketika berbelanja dengan wanita, mereka selalu kalap berbelanja sehingga barang bawaannya menumpuk. Dia tidak suka membawa banyak barang sendirian."Lee, aku bingung mau membeli baju apa ... aku masih memiliki banyak baju di apartmentku," ujar Deasy ketika membonceng Leeray. Helm yang mereka pakai memiliki fitur bluetooth sehingga bisa mengobrol tanpa harus saling berteriak melawan suara angin."Belilah apa pun yang kau suka, Sayang. Aku tidak peduli sekalipun kau akan membeli seisi toko pakaian itu," balas Leeray sembari mengendarai Ducati-nya.Sekalipun Leeray mengendarai Duc
Pagi itu Leonard mampir ke florist sebelum pergi menjemput Elena di apartment-nya untuk berangkat bersama ke kantor. Dia membeli sebuah buket mawar merah muda yang berjumlah 28 tangkai sama seperti usia Elena yang bertambah 1 tahun hari ini.Leonard tersenyum sendiri ketika melihat karangan bunga mawar merah muda yang cantik itu di tangannya. Dia berharap Elena akan menyukainya. Namun, apa pun yang dia berikan pada Elena sebelumnya selalu ditanggapi dengan sukacita oleh wanita muda itu.Pria itu naik ke lantai 10 tempat unit apartment Elena berada lalu membunyikan bel.Tak lama berselang pintu itu pun terbuka. Elena muncul dengan penampilannya yang cantik dan rapi, siap untuk berangkat ke kantor bersama Leo-nya."Hai, selamat pagi, Leo Sayang," ucap Elena seraya mengecup bibir pria itu.Leonard pun menyerahkan karangan bunga mawar merah muda itu pada Elena. "Happy birthday, El Manis.""Oohh bunganya cantik sekali, Leo Sayang. Aku
"Apa yang kau pesan, Leo Sayang?" tanya Elena penasaran sembari melihat bungkusan kotak yang agak besar itu di meja makan restoran."Bagaimana kalau kita selesaikan dulu makan siangnya? Kau belum memakan mie panjang umurnya, El ...," ujar Leonard belum mau menjawab rasa penasaran Elena. Dia sengaja melakukannya.Elena menghela napas sembari mencebik karena kecewa. Leo-nya merahasiakan sesuatu darinya. Dia pun diam dan melanjutkan makan siangnya."Sepertinya kekasih kecilku sedang merajuk ...," kata Leonard sembari mengunyah makanannya tanpa melihat ke arah Elena."Iya, sedikit ... karena pacar gantengku main rahasia-rahasiaan denganku," balas Elena tidak mau mengalah dengan mudah.Leonard pun tertawa lalu menaruh mangkuk nasi dan sumpitnya. "Ohh baiklah, coba buka isi kotak ini ...," pinta Leonard sembari meletakkan kotak kue itu di hadapan kekasihnya yang merajuk.Elena melihat label nama bakery favoritnya di atas kotak itu kemudian d
Elena mendampingi Leonard ketika menghadiri meeting bersama tim pemasaran cluster Royal Casablanca. Cluster perumahan elit di daerah Jakarta Selatan yang baru selesai pembangunannya minggu lalu.Tim pemasaran sangat menantikan masukan dan saran dari Leonard. Ide Leonard selalu tepat sasaran dan sukses menarik minat calon pembeli unit rumah baru. Mereka sangat menghormati big boss mereka itu karena pengalamannya yang sangat banyak.Sama seperti Elena yang selalu terkagum-kagum dengan cara berpikir Leonard yang begitu briliant. Rasanya begitu 'klepek-klepek' terpesonanya dia setiap kali melihat Leonard bekerja. Tidak ada yang bisa menandingi karisma seorang Leonard Indrajaya di mata Elena.Ponsel Elena bergetar-getar di saku blazer-nya. Dia pun mengecek siapa yang meneleponnya. Ternyata papanya yang menelepon, dia pun meminta izin kepada Leonard untuk keluar dari ruangan rapat untuk menjawab panggilan telepon itu."Halo, Pa?" sapa Elena."Halo,
Elena terkejut ketika tiba-tiba Leonard meminangnya untuk menikah dengan pria itu. Dia masih belum siap secara mental untuk menikah. Sekalipun di hatinya hanya ada Leonard."Maafkan aku, Leo ..., tetapi aku belum siap untuk menikah saat ini," ujar Elena menanggapi pinangan mendadak dari Leonard."Aku sedih setiap melihatmu menangis karena kebingungan memilihku atau memilih untuk menuruti keinginan papamu. Bila benar katamu bahwa kau hanya mencintaiku, menikahlah denganku, El Sayang," tutur Leonard sembari membelai wajah Elena yang basah karena air mata.Elena memagut lagi bibir Leonard, yang kemudian dilahap tanpa ragu oleh pria itu. Kemudian dia pun membopong Elena menuju ke kamar istirahat CEO. Leonard berpikir dia harus merayu Elena dengan cintanya, bagian tubuh istimewa yang tidak pernah gagal membuat wanita itu takluk dalam hasratnya.Leonard membaringkan tubuh Elena di atas pembaringannya di ruang istirahat CEO. Dia menatap mata Elena sembari melucu
Leeray dan Deasy mulai terbiasa dengan kehidupan mereka setelah menikah secara negara di Perth. Mereka sering menghabiskan waktu berduaan baik itu di kantor maupun di rumah Leeray.Sebenarnya Deasy mulai bosan dengan aktivitas sehari-hari mereka berdua yang monoton. Sekalipun kini dia bisa dengan bebas bermesraan dengan Leeray sebagai suami sahnya. Pria itu sungguh jagoan dan penuh imajinasi dalam urusan membahagiakan istri.Seperti tadi malam ketika pria itu mengajaknya bercinta dengan posisi berdiri di kamar mandi di bawah siraman shower air dingin. Tubuhnya seperti melayang-layang dan tak bertenaga untuk berdiri lagi. Dia pada akhirnya hanya sanggup bergelanyut seperti koala di tubuh suaminya setelah di dera dengan hentakan pinggul yang ritmis dan kuat.Entah berapa kali semalam, hentakan pinggul itu mungkin puluhan kali, dia tak sanggup mengingatnya. Pikiran Deasy terlalu berkabut dan tubuhnya pun tak berdaya. Bibirnya bengkak dilahap oleh