Melihat orang dewasa yang sedang berdebat itu, Harry merasa perlu mendamaikan kedua orang tuanya itu.
Anak lelaki imut itu berdiri di antara Lucas dan Julia."Papa, jangan memaksa Mama, kamu harus lebih berusaha lagi untuk meluluhkan hati Mama, dia Mama yang cengeng, aku sering melihat Mama diam-diam menangis, kalau ada aku dia langsung ceria tidak mau menunjukkan kesedihannya padaku!" sahut Harry memegang tangan Lucas.Mendengar penjelasan putranya itu membuat Lucas semakin bersalah pada Julia.Perlahan Lucas memandang Julia, tapi gadis itu langsung membuang muka, tidak ingin menatap Lucas.Lucas perlahan berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan putra tersebut."Papa janji akan membuat Mama tidak menangis lagi, Papa akan membahagiakan kalian berdua, karena mulai sekarang kita akan bersama-sama selamanya" ucap Lucas mengelus kepala Harry dengan sayang.“Janji?” tanya Harry memastikan ucapan Lucas."Iya, janji!" jawab Lucas sambil menganggukkan kepalanya dengan cepat."Baguslah kalau begitu!" ujar Harry tersenyum senang.“Tapi, apakah Papa boleh memelukmu?” tanya Lucas dengan hati-hati."He-eh!" Harry menganggukkan kepalanya.Jantung Lucas berdegup begitu senangnya melihat anak itu menganggukkan kepalanya.Lucas akhirnya dapat memeluk anak-anak tersebut, mendekapnya dengan erat.Lucas begitu bahagia telah memiliki seorang putra yang sangat tampan, dan juga pintar serta pandai berbicara, seperti orang dewasa.Ini semua pasti hasil kerja keras Julia menjaga dan membesarkan seorang diri.Lucas mengecup puncak kepala Harry dengan sayang, dan memeluknya sekali lagi.Sementara Julia tidak ingin melihat mereka berpelukan, dia menegakkan wajahnya dan melihat ke arah yang lain.Julia tidak berusaha untuk menarik perhatian Harry lagi agar jangan di sentuh Lucas, dia berpikir untuk menyangkal kalau Harry bukan anak Lucas.Lucas pasti akan berusaha menyelidiki kebenaran tentang siapa Ayah Harry.Harry akan sakit hati kalau tahu dia berbohong, dan akan membuat Harry tidak akan pernah mempercayainya lagi nanti.Setelah puas memeluk dan mencium anak itu, Lucas melepaskan pelukannya.Dan sekarang dia memandang Julia, lalu bangkit dari jongkoknya, dan dengan hati-hati Lucas mendekati Julia."Julia, aku ingin bicara denganmu, apakah kamu mau bicara sebentar?" tanya Lucas dengan pelan dan hati-hati.Pertanyaan Lucas itu, sontak membuat Julia dengan cepat menoleh menatap Lucas.Mata tajam menatap Lucas."Mau bicara apa?" tanya Julia galak, dia bukan gadis yang dulu lagi, yang mudah di gertak dan di tindas.Dia sekarang sudah menjadi seorang wanita dewasa, memiliki seorang anak lelaki, dan akan menjadi dewasa lagi untuk lebih kuat."Sebentar saja!" ujar Lucas dengan nada memelas, dia harus memenangkan hati Julia yang sensitif.Edward sudah menyelidiki semua tentang Julia, dan informasi dari sahabatnya Tina.Walau butuh waktu begitu lama mencari tahu lebih banyak tentang siapa Julia sebenarnya.Lucas semakin ingin mengenal Julia lebih dekat lagi, perasaannya pada gadis itu tidak bisa diungkapkannya.Ada semacam magnet di hatinya yang ingin menarik gadis itu untuk selalu dekat dengannya."Di sini saja bicara, aku tidak mau berjauhan dari anakku, jangan-jangan hanya akal-akalanmu saja ingin bicara, agar kamu bisa mengambil Harry dari ku!" kata Julia semakin galak."Tidak, ini masalah serius, aku tidak ingin putra kita mendengarkan!" ucap Lucas masih dengan nada yang memelas."Hah! putra kita? Harry hanya putraku, bukan putramu!" ujar Julia kesal mendengar Lucas berkata 'putra kita'.Julia tidak tahu kesal sekali pada Lucas, bayangan pria itu saat lima tahun lalu menyentuh tubuhnya, emosinya jadi semakin naik.Dulu dia ingin menendang, memukul dan mencakar Lucas karena dengan paksaan menyentuh tubuhnya.Lucas sudah tidak tahan lagi, dari tadi dia ingin meminta maaf dengan tulus pada Julia, dan memeluk tubuh wanita yang telah membuatnya selama lima tahun ini menahan hasratnya.Bayangan tubuh Julia di bawahnya membuat dia tidak bisa menyentuh wanita lain, yang ada hanya menginginkan Julia seorang.Dengan tangan cepat kekar Lucas menarik Julia ke dalam dekapannya."Hei!" teriak Julia terkejut, tubuhnya tiba-tiba dengan cepat masuk ke dalam pelukan Lucas.“Julia, maafkan aku!” Lucas dengan erat memeluk Julia, akhirnya rasa mendamba selama lima tahun ini ingin memeluk Julia kesampaian juga.Aroma tubuh Julia yang masih sama seperti lima tahun lalu, dan itu membuat Lucas semakin erat memeluk Julia.Julia berusaha mendorong tubuh Lucas yang memeluknya."Lepaskan aku, lepas!" teriaknya mencoba keluar dari pelukan Lucas.Dia tidak ingin bersentuhan lagi dengan pria itu, tapi akhirnya bersentuhan lagi, Julia benar-benar marah.Dengan sekuat tenaga Julia mendorong tubuh Lucas, dan akhirnya tubuh lelaki yang tinggi kekar itu pun terlepas, tapi tidak menjauhkan mereka satu sama lain.Mata Julia melotot marah menatap Lucas."Aku tidak mau kamu sentuh, aku tidak suka!" teriak Julia terus terang dengan amarah yang meledak-ledak.Lucas merasa sakit hati mendengar amarah Julia tersebut, tidak suka menyentuh tubuhnya.Pria itu menghela nafas, dia ingat bagaimana kasarnya waktu itu dia menyentuh Julia, tentu saja bagi Julia bersentuhan dengan pria tidak menyenangkan.Dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia perbuat, sekarang dia ingin mengatakan hal yang penting dulu pada Julia."Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu tanpa ijin darimu, sekarang maukah kamu bicara dengan ku?" tanya Lucas
Julia merangkul Harry dengan erat, merasa tidak nyaman melihat beberapa pasang mata memandang mereka berdua tanpa berkedip.Beberapa pasang mata itu menatap Julia dan Harry dengan wajah terkejut.Di sini mereka di bawa Lucas, di sebuah Mansion yang cukup besar, rumah mewah keluarga Lucas.Ruang makan sesaat hening begitu Lucas memperkenalkan Julia dan Harry.Lucas merangkul bahu Julia yang memeluk putra mereka dengan erat, pria itu merasakan tubuh Julia tegang melihat tatapan mata orang tua Lucas."Mereka istri dan anakku!" sahut Lucas lagi memperjelas perkataannya tadi."Sejak kapan kamu memiliki seorang kekasih? dan anak ini, benarkah dia putramu?" sahut Ibu Lucas memandang Julia dari atas sampai ke bawah, tidak mempercayai apa yang di bawa putranya itu ke rumah mereka.Lucas yang tidak ingin menikah, dan tidak ingin di kenalkan dan di jodohkan dengan wanita mana pun, tiba-tiba datang membawa seorang wanita dan anak kecil.Tentu saja membuat seisi rumah itu terkejut bukan main, Luca
Julia merasa sangat canggung berada di antara keluarga Lucas tersebut, terasa kaku dan asing.Selama makan malam, keluarga Lucas tidak ada yang berniat untuk mengajaknya bicara sekadar menanyakan siapa dirinya, tinggal di mana.Mereka hanya berbicara pada Lucas saja, dan sekali pun tidak melirik Julia dan Harry.Dan yang paling dominan meramaikan obrolan itu adalah wanita cantik yang di abaikan Lucas tadi.Wanita itu terlihat begitu akrab dan berbicara apa adanya selama makan malam berlangsung.Julia merasakan kalau wanita itu begitu di sukai oleh Ibu Lucas, dan selalu menanggapi obrolan wanita itu dengan tawa atau senyuman senang."Mama, aku sudah kenyang, tidak mau makan lagi, Ayo kita pulang Ma!" sahut Harry menyentuh lengan Julia dengan suara pelan agar tidak di dengar oleh yang lain.Julia melihat nasi Harry masih banyak di piringnya.Ternyata Harry juga sama dengan Julia, merasa canggung dan tidak nyaman dengan keluarga Ayahnya."Iya, Mama juga sudah kenyang!" sahut Julia dengan
Sebuah mobil sudah menunggu Julia dan Harry di luar pintu gerbang Mansion.Pintu mobil terbuka saat mereka menghampiri mobil tersebut, dan keluarlah seorang gadis dari dalam mobil seumuran dengan Julia."Tante Tina!" teriak Harry begitu melihat gadis itu."Oh, keponakan ku sayang!" sahut Tina sahabat Julia berlari memeluk Harry.Tina dan Harry saling berpelukan dengan eratnya."Ponakan tante sudah semakin tinggi, sebentar lagi sudah bisa masuk sekolah!" ujar Tina mengelus kepala Harry."Iya, kalau aku sudah besar nanti, aku mau bantu Mama di restoran!" ucap Harry dengan gembira, lalu melepaskan pelukannya."Anak pintar, kamu sayang sekali sama Mama ya!" kata Tina sembari tersenyum, lalu berdiri tegak setelah Harry melepaskan pelukan mereka."Iya dong, Mama yang paling aku sayang, aku akan melindungi Mama kalau aku sudah besar nanti!" ujar Harry sambil berjalan masuk ke dalam mobil.Tina kemudian mengemudikan mobil meninggalkan depan pintu gerbang Mansion Lucas."Bagaimana perjalananmu
Mereka bertiga masuk ke dalam kantor restoran, dan Julia kemudian memeriksa pengeluaran dan keuntungan yang di dapat dalam satu hari.Tina menjelaskan pembukuan restoran yang sedang di periksa Julia tersebut, kemana saja pengeluaran di keluarkan, dan berapa keuntungan yang di setor ke bank.Julia sangat puas, keuntungan yang masuk ke bank ternyata lumayan juga.Jika restoran berjalan dengan baik dan pelanggan semakin banyak menyukai menu makanan yang di sajikan restoran mereka, Julia berencana akan memperluas restoran lagi, dan mendekorasi nya menjadi lebih indah lagi."Sudah mulai larut malam, Ayo kita pulang, Harry sudah capek, dari siang belum istirahat!" kata Julia pada Tina."Oh, iya Ayo!" Julia bergegas meraih kunci mobil dari atas meja kerjanya.Tina membawa Julia ke apartemen nya.Karena sudah memiliki penghasilan yang lumayan, Tina akhirnya mampu membeli sebuah apartemen, walau tidak begitu mewah, tapi cukup luas juga dengan tiga kamar.Setelah membantu membersihkan badan Har
Tina membuka pintu apartemen nya, dan tampaklah Lucas berdiri di depan pintu dengan wajah cemas.Tanpa mengatakan apa pun, Lucas masuk ke dalam apartemen Tina tanpa permisi.Lelaki itu dengan langkah panjang menghampiri Julia yang tengah duduk di sofa, memandang padanya yang melangkah dengan cepat masuk ke dalam apartemen Tina.Julia tidak menyangka, ternyata Lucas mengetahui alamat apartemen Tina."Julia, aku menunggu kalian di rumah dengan begitu lama, kenapa kamu tidak pulang ke rumah kita?" tanya Lucas dengan nada marah menatap Julia.Lucas berdiri menjulang memandang Julia yang duduk di sofa."Bukankah kamu di rumah orang tua mu? aku ada urusan yang perlu ku tangani, dan lagi pula kita belum begitu kenal, aku masih merasa aneh dengan lingkunganmu!" jawab Julia dengan tenang, dia merasa tidak bersalah.Lucas baru tersadar mendengar perkataan Julia tersebut, memang benar mereka baru saja bertemu dan belum saling mengenal lebih dalam.Pria itu menghela nafas, merasa bersalah.Dia in
Lucas dengan hati-hati membawa Harry masuk ke dalam mobil, lalu di susul Julia."Ayo pulang!" sahut Lucas pada Edward setelah memastikan Julia duduk dengan baik, dan menutup pintu mobil dengan benar.Perlahan mobil itupun berjalan meninggalkan pelataran parkir apartemen Tina.Sepanjangnya jalan Lucas dan Julia duduk saling diam, suasana terasa canggung dan asing.Lucas sesekali melirik Julia yang duduk diam melihat keluar mobil seperti sedang melamun.Lucas melihat tubuh mungil Julia tampak lelah, dan raut wajahnya tidak bersemangat.Lucas merasa gadis yang dulunya polos, sekarang sudah berubah menjadi gadis dewasa yang sulit di raih.Diam-diam Lucas menghela nafas, dia akan berusaha membuat Julia nyaman bersamanya.Tidak berapa lama mereka pun sampai di villa.Edward perlahan membawa mobil mendekati pintu gerbang villa, tapi tampak di depan pintu tampak ada dua orang yang tengah berdebat.Edward menyenter dua sosok yang sedang berdebat tersebut dengan lampu mobil, dan tampak jelas den
Lucas memperingati para pelayan villa nya mengenai sepupunya Miranda, tidak boleh melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang villa."Jangan sampai dia masuk ke dalam rumah, kalau aku mengetahui dia sampai masuk ke dalam, aku akan memecat kalian semua!" sahut Lucas dengan tegas."Baik Tuan!" angguk mereka serentak dengan patuh."Jangan merasa iba dengan perkataannya, dan jangan mau di provokasinya, mengerti?!" sahut Lucas lagi dengan tegas."Iya Tuan, baik!" sahut mereka lagi serentak."Ingat! Julia adalah Nyonya kalian, dan aku hanya mengakui Julia sebagai istriku yang sah, tidak ada perempuan lain!" sahut Lucas lagi dengan tegas dan tajam."Baik Tuan!" terdengar suara serentak mereka menjawab dengan patuh."Bagus!" ujar Lucas puas.Lucas kemudian meraih kembali tangan Julia, yang masih berdiri dengan diam di sampingnya.Lucas masih menggendong Harry, dan masih tertidur dengan nyenyak nya.Lucas masih dengan menggenggam tangan Julia, membawa Harry ke kamar tidur putra mereka tersebut