공유

Kekasih Rahasia Sang CEO
Kekasih Rahasia Sang CEO
작가: Zia Ivy

Bab 1. Menghabiskan Malam Bersama

"Tidak tuan, jangan. Tolong sadarlah jangan lakukan ini kepadaku..." Jerit Anna berusaha meronta seraya meneteskan air.

Saat lelaki tampan yang tengah mabuk berada di atas tubuhnya seolah menuli dan bahkan tidak menggubris, permintaan sang gadis. Malah dia menuntaskan hasratnya dengan sangat liar dan penuh gairah.

"Ergghhh.. sial aku tidak bisa berhenti."

Pria itu meracau, saat merasakan kenikmatan surga dunia yang luar biasa, belum pernah di rasakan dalam hidupnya.

Beberapa kali gadis itu meronta dan menatap iba berharap bisa lepas, namun nihil tenaganya tak sebanding dengan sang pria.

Suara erangan dan desahan saling bersahutan menghiasi kamar hotel mewah dan besar itu, dengan peluh bercucuran membasahi seluruh tubuh polos keduanya, bahkan suara derit ranjang terdengar berdecit seolah menjadi saksi bisu aktifitas intim itu, Hingga malam yang panjang pun berganti pagi.

Cahaya matahari mulai bersinar, menembus celah jendela. Anna yang sangat sedih dengan hati yang sangat hancur, ia tak henti-hentinya menangis tersedu-sedu.

Mengingat sudah kehilangan hal yang sangat berharga pada dirinya. Bahkan Anna tidak pernah menyangka jika atasannya sendiri yang telah tega merengut kesucian yang sudah lama dia jaga.

Kedua alis tebal pria tampan yang masih tertidur lelap, perlahan mulai mengerut dan kedua pelupuk matanya pun mulai terbuka.

Pandangan kedua manik mata coklat itu yang buram perlahan menjadi jelas, dengan kesadaran pelan-pelan terkumpul seratus persen.

Melihat seorang wanita dengan keadaan tubuh polos yang hanya di tutupi sebuah selimut, dalam keadaan menangis seraya menenggelamkan wajah di kedua lututnya di atas ranjang yang sama, membuat pria yang bernama Daren Pratama itu terhenyak kaget.

"Kau! Apa yang sudah terjadi di antara kita?" Daren terkejut, kedua bola matanya terbelalak, jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendapati tubuh dia yang sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.

Seketika Anna menghentikan tangis, perlahan wanita cantik itu mengangkat wajah, lalu menatap sayu ke arah bosnya dengan netra yang berkaca-kaca.

"Tuan! Kenapa anda bertanya seperti itu? Seharusnya saya bertanya pada anda, kenapa anda tega melakukan hal ini pada saya?" Anna melontar balik pertanyaan pada Daren dengan penuh emosi dan air mata yang mengalir deras, bahkan tubuhnya sampai gemetar.

Merasa di tuduh, Daren menatap Anna dengan nyalang. Ia mendekat ke arah Anna sambil memojokkannya di dinding.

"Aku tidak mungkin melakukanya! Atau, kau pasti sengaja membawaku ke sini kan? Harusnya kau menyuruh supir pribadiku untuk menjemputku!"

Mendengar perkataan bosnya, yang sangat menusuk hati dan telinga. Membuat Anna tak habis pikir.

"Cukup tuan, saya tahu. Saya hanya seorang karyawan kecil tapi bukan berarti anda bisa menuduhku serendah itu," Anna berusaha membela diri, lalu beranjak dari atas ranjang seraya menggelengkan kepala, ia berjalan ke arah kamar mandi dengan tubuh polosnya yang hanya ditutupi sebuah selimut putih, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah lantai.

Selain merasa jijik pada tubuhnya yang sudah kotor, Anna juga sudah tak bisa menahan air mata yang tak terbendung lagi.

Anna yang masih di terduduk di bawah guyuran air shower, ia tak henti-hentinya menangis meratapi nestapa yang telah menimpa dirinya. Berharap semua ini adalah mimpi buruk, namun semakin Anna mencubit tangannya yang terasa sakit membuat dirinya putus asa karena apa yang telah terjadi saat ini memang nyata adanya.

"Tidak! Aku sudah kotor," sesal Anna dalam tangis, yang masih merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, apa lagi saat mengingat nasehat sang ibu yang meminta agar dia bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita. Tapi apa yang telah terjadi saat ini malah sebaliknya dan membuat dunia Anna seolah hancur dalam sekejap dengan hati yang luluh lantak.

Beberapa menit kemudian, Anna memberanikan diri untuk keluar setelah ia membersihkan diri. Dan memakai pakaian yang lengkap kembali, dengan kedua mata sembab lalu memberanikan diri berjalan dengan langkah yang pelan.

Daren yang sudah menunggu Anna, dengan cepat dia beranjak dari tempat duduk dan segera menghampiri.

"Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang apa yang telah terjadi antara kita berdua, ambilah cek itu tulis saja berapa nominal yang kamu inginkan, dan anggap saja itu sebagai kompensasi, satu lagi aku tidak ingin jika sampai kamu menggandung darah dagingku, minumlah obat pencegah hamil itu," titah Daren dengan nada tinggi dan sikap dingin sembari melempar pelan sebuah botol kecil, yang sudah dibawakan oleh orang suruhannya.

Anna tercengang, jantungnya seolah berhenti berdetak, saat mendengar semua perkataan yang terlontar di bibir Daren, yang masih dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya memakai sebuah handuk di bawah pinggang.

"Heh! tuan tidak usah repot mengingatkan aku, karena aku bukanlah seorang wanita bayaran.

Aku tidak membutuhkan cek yang anda berikan ini," Anna tersenyum getir, lalu ia merobek cek itu dengan penuh emosi, namun sebelum pergi Anna juga sengaja menelan pil pencegah hamil tepat di depan mata Daren tanpa ragu.

"Sekarang anda sudah puas kan? Dan tidak perlu khawatir lagi tuan," sindir Anna, ia segera berlari dari kamar hotel itu seraya menyeka air mata yang kembali mengalir deras.

Brak!

"Sial! Benar-benar wanita keras kepala!" Daren menggebrak meja yang ada di sampingnya.

Sementara itu, Anna terus berjalan menyusuri jalan di tengah derasnya air hujan, tubuhnya seolah melayang dan berjalan tanpa arah, sampai ia tak sadar jika ada sebuah mobil truk yang melaju kencang dari arah belakangnya.

Sampai beberapa kali supir truk itu menekan klakson, untuk mengingatkan gadis belia itu. Namun tetap saja Anna tidak fokus dan malah terus berjalan dengan tatapan mata kosong, meratapi apa yang baru saja terjadi padanya, terlebih lagi saat mengingat semua perkataan bosnya yang seolah memandang rendah dirinya seperti wanita nakal pada umumnya.

Ckiit

"Hey! Nona, apa kau sudah bosan hidup ya? Kalau mau mati jangan membuat orang lain repot," tegur seorang supir dengan nada tinggi dan emosi yang meluap-luap, nyaris saja dia menabrak Anna. Beruntung pria paruh baya itu berhasil menginjak rem dengan cepat.

Anna yang baru terbuyar dari lamuannya, hanya menggelengkan kepala, saat supir truk itu membentak sampai ia kembali terjatuh di ke pinggir jalan lagi.

"Kenapa? Kenapa semuanya menjadi seperti ini?" Teriak Anna dalam tangisnya, seketika tubuhnya merosot dan terduduk di bawah tanah dan guyuran air hujan, seolah dunia pun ikut menangisi apa yang telah dia alami saat ini.

Berkali-kali Anna mencoba untuk berdiri, namun tubuh dan kedua kakinya sangat lemas, hingga membuatnya terjatuh kembali.

"Aaakh! aku benci-benci semua ini kenapa harus terjadi padaku tuhan?" Umpat Anna yang seolah mempertanyakan hal yang tidak pernah ia bayangkan, dengan wajah cantik menenggadah menatap langit yang di selimuti awan hitam yang di iringi air hujan yang sangat deras serta petir menggelegar, seakan mewakili jeritan hatinya.

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status