"Tidak tuan, jangan. Tolong sadarlah jangan lakukan ini kepadaku..." Jerit Anna berusaha meronta seraya meneteskan air.
Saat lelaki tampan yang tengah mabuk berada di atas tubuhnya seolah menuli dan bahkan tidak menggubris, permintaan sang gadis. Malah dia menuntaskan hasratnya dengan sangat liar dan penuh gairah."Ergghhh.. sial aku tidak bisa berhenti."Pria itu meracau, saat merasakan kenikmatan surga dunia yang luar biasa, belum pernah di rasakan dalam hidupnya.Beberapa kali gadis itu meronta dan menatap iba berharap bisa lepas, namun nihil tenaganya tak sebanding dengan sang pria.Suara erangan dan desahan saling bersahutan menghiasi kamar hotel mewah dan besar itu, dengan peluh bercucuran membasahi seluruh tubuh polos keduanya, bahkan suara derit ranjang terdengar berdecit seolah menjadi saksi bisu aktifitas intim itu, Hingga malam yang panjang pun berganti pagi.Cahaya matahari mulai bersinar, menembus celah jendela. Anna yang sangat sedih dengan hati yang sangat hancur, ia tak henti-hentinya menangis tersedu-sedu. Mengingat sudah kehilangan hal yang sangat berharga pada dirinya. Bahkan Anna tidak pernah menyangka jika atasannya sendiri yang telah tega merengut kesucian yang sudah lama dia jaga.Kedua alis tebal pria tampan yang masih tertidur lelap, perlahan mulai mengerut dan kedua pelupuk matanya pun mulai terbuka.Pandangan kedua manik mata coklat itu yang buram perlahan menjadi jelas, dengan kesadaran pelan-pelan terkumpul seratus persen.Melihat seorang wanita dengan keadaan tubuh polos yang hanya di tutupi sebuah selimut, dalam keadaan menangis seraya menenggelamkan wajah di kedua lututnya di atas ranjang yang sama, membuat pria yang bernama Daren Pratama itu terhenyak kaget."Kau! Apa yang sudah terjadi di antara kita?" Daren terkejut, kedua bola matanya terbelalak, jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendapati tubuh dia yang sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.Seketika Anna menghentikan tangis, perlahan wanita cantik itu mengangkat wajah, lalu menatap sayu ke arah bosnya dengan netra yang berkaca-kaca."Tuan! Kenapa anda bertanya seperti itu? Seharusnya saya bertanya pada anda, kenapa anda tega melakukan hal ini pada saya?" Anna melontar balik pertanyaan pada Daren dengan penuh emosi dan air mata yang mengalir deras, bahkan tubuhnya sampai gemetar.Merasa di tuduh, Daren menatap Anna dengan nyalang. Ia mendekat ke arah Anna sambil memojokkannya di dinding."Aku tidak mungkin melakukanya! Atau, kau pasti sengaja membawaku ke sini kan? Harusnya kau menyuruh supir pribadiku untuk menjemputku!"Mendengar perkataan bosnya, yang sangat menusuk hati dan telinga. Membuat Anna tak habis pikir."Cukup tuan, saya tahu. Saya hanya seorang karyawan kecil tapi bukan berarti anda bisa menuduhku serendah itu," Anna berusaha membela diri, lalu beranjak dari atas ranjang seraya menggelengkan kepala, ia berjalan ke arah kamar mandi dengan tubuh polosnya yang hanya ditutupi sebuah selimut putih, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah lantai.Selain merasa jijik pada tubuhnya yang sudah kotor, Anna juga sudah tak bisa menahan air mata yang tak terbendung lagi.Anna yang masih di terduduk di bawah guyuran air shower, ia tak henti-hentinya menangis meratapi nestapa yang telah menimpa dirinya. Berharap semua ini adalah mimpi buruk, namun semakin Anna mencubit tangannya yang terasa sakit membuat dirinya putus asa karena apa yang telah terjadi saat ini memang nyata adanya."Tidak! Aku sudah kotor," sesal Anna dalam tangis, yang masih merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, apa lagi saat mengingat nasehat sang ibu yang meminta agar dia bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita. Tapi apa yang telah terjadi saat ini malah sebaliknya dan membuat dunia Anna seolah hancur dalam sekejap dengan hati yang luluh lantak.Beberapa menit kemudian, Anna memberanikan diri untuk keluar setelah ia membersihkan diri. Dan memakai pakaian yang lengkap kembali, dengan kedua mata sembab lalu memberanikan diri berjalan dengan langkah yang pelan.Daren yang sudah menunggu Anna, dengan cepat dia beranjak dari tempat duduk dan segera menghampiri."Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang apa yang telah terjadi antara kita berdua, ambilah cek itu tulis saja berapa nominal yang kamu inginkan, dan anggap saja itu sebagai kompensasi, satu lagi aku tidak ingin jika sampai kamu menggandung darah dagingku, minumlah obat pencegah hamil itu," titah Daren dengan nada tinggi dan sikap dingin sembari melempar pelan sebuah botol kecil, yang sudah dibawakan oleh orang suruhannya.Anna tercengang, jantungnya seolah berhenti berdetak, saat mendengar semua perkataan yang terlontar di bibir Daren, yang masih dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya memakai sebuah handuk di bawah pinggang."Heh! tuan tidak usah repot mengingatkan aku, karena aku bukanlah seorang wanita bayaran. Aku tidak membutuhkan cek yang anda berikan ini," Anna tersenyum getir, lalu ia merobek cek itu dengan penuh emosi, namun sebelum pergi Anna juga sengaja menelan pil pencegah hamil tepat di depan mata Daren tanpa ragu."Sekarang anda sudah puas kan? Dan tidak perlu khawatir lagi tuan," sindir Anna, ia segera berlari dari kamar hotel itu seraya menyeka air mata yang kembali mengalir deras.Brak!"Sial! Benar-benar wanita keras kepala!" Daren menggebrak meja yang ada di sampingnya.Sementara itu, Anna terus berjalan menyusuri jalan di tengah derasnya air hujan, tubuhnya seolah melayang dan berjalan tanpa arah, sampai ia tak sadar jika ada sebuah mobil truk yang melaju kencang dari arah belakangnya.Sampai beberapa kali supir truk itu menekan klakson, untuk mengingatkan gadis belia itu. Namun tetap saja Anna tidak fokus dan malah terus berjalan dengan tatapan mata kosong, meratapi apa yang baru saja terjadi padanya, terlebih lagi saat mengingat semua perkataan bosnya yang seolah memandang rendah dirinya seperti wanita nakal pada umumnya.Ckiit"Hey! Nona, apa kau sudah bosan hidup ya? Kalau mau mati jangan membuat orang lain repot," tegur seorang supir dengan nada tinggi dan emosi yang meluap-luap, nyaris saja dia menabrak Anna. Beruntung pria paruh baya itu berhasil menginjak rem dengan cepat.Anna yang baru terbuyar dari lamuannya, hanya menggelengkan kepala, saat supir truk itu membentak sampai ia kembali terjatuh di ke pinggir jalan lagi."Kenapa? Kenapa semuanya menjadi seperti ini?" Teriak Anna dalam tangisnya, seketika tubuhnya merosot dan terduduk di bawah tanah dan guyuran air hujan, seolah dunia pun ikut menangisi apa yang telah dia alami saat ini.Berkali-kali Anna mencoba untuk berdiri, namun tubuh dan kedua kakinya sangat lemas, hingga membuatnya terjatuh kembali."Aaakh! aku benci-benci semua ini kenapa harus terjadi padaku tuhan?" Umpat Anna yang seolah mempertanyakan hal yang tidak pernah ia bayangkan, dengan wajah cantik menenggadah menatap langit yang di selimuti awan hitam yang di iringi air hujan yang sangat deras serta petir menggelegar, seakan mewakili jeritan hatinya.Baru saja Daren memejamkan kedua pelupuk matanya, bayangan dan suara Anna seolah menghantui dirinya lagi."Aaaahhhh, tuan. Ku mohon jangan.." desah Anna malam itu yang terlihat sangat menggoda.Spontan Daren kembali terbangun, dengan seluruh keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh kekarnya, dengan cepat dia mengambil segelas air putih yang ada di atas meja, lalu meminumnya dalam satu tegukan tanpa tersisa satu tetes pun."Ck, sialan. Kenapa bayangan itu muncul lagi," Daren menggerutu sembari menghela nafas kasar. Mengingat dia pertama kali tidur dengan seorang wanita, entah kenapa pemilik perusahaan terbesar dan ternama itu seolah merasakan sebuah sensasi yang berbeda dan getaran yang hebat dalam hatinya, bahkan perasaan yang aneh seolah muncul dalam hati setelah tak sengaja menyentuh dan menghabiskan malam bersama sekretaris barunya.Satu pesan masuk ke dalam ponsel, membuat Daren terkejut saat membaca pesan yang dikirimkan oleh asisten sekaligus supir kepercayaannya yang mengata
Keesokan harinya, Anna terduduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di dalam ruangan yang sama dengan bosnya, dengan tubuh gemetar, hari ini dia terpaksa datang ke perusahaan demi mengambil tawaran yang sempat bosnya katakan kemarin. "Sebenarnya aku tidak ingin lagi menginjakkan kaki di sini, dan aku tidak ingin lagi melihat pria arogan dan menyebalkan itu, jika buka demi uang," lirih Anna, seraya meremas kedua jemarinya yang berkeringat dingin, berharap sebuah tawaran itu masih berlaku untuknya. Bahkan Anna sudah mengambil keputusan yang sudah bulat, jika ia sudah menerima cek, dia juga akan mengundurkan diri dari perusahaan besar Daren, meskipun dia mendapatkan kerjanya dengan susah payah yang di dukung oleh ibunya. Tapi harga dirinya sebagai seorang wanita, membuat Anna menjujung tinggi hal itu. Dan tidak ingin di rendahkan serta di tuduh sebagai pemicu insiden kemarin. Anna juga yakin jika dia bisa mencari pekerjaan di perusahan lain. Ketika Anna tengah larut dalam lamunanny
Anna masih bergeming dengan perasaan yang bimbang, bagaimana bisa dia harus tetap bekerja pada pria yang sudah merenggut kesuciannya. Tapi di sisi lain sebagai seorang putri yang ingin berbakti pada sang ibu, membuat ia tak punya pilihan lain lagi.Daren menatap tajam saat melihat Anna yang malah terdiam dengan wajah yang tertunduk, mengingat Anna karyawan barunya membuat dia merasa sangat khawatir, jika wanita yang ada di depannya adalah orang suruhan dari beberapa pesaing bisnisnya."Berapa nominal uang yang kamu butuhkan? Tapi jika kamu tidak bisa mematuhi syaratku maka lebih baik kamu jangan buang waktuku yang sangat berharga," Daren kembali melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya dengan penuh penekan.Mengingat hanya sang ibu yang sekarang Anna miliki satu-satunya, membuat ia terpaksa mengesampingkan rasa sakit dalam hatinya. "Anna! nyawa ibumu lebih penting dari segala-galanya," tegas Anna dalam hati. Lalu perlahan ia menarik nafas dalam-dalam."Baiklah tuan, aku akan
Brengsek! Siapapun dia, aku tak akan memaafkan orang itu!”Daren mengebrak meja dengan tangannya sampai terdengar suara dentuman keras. Lalu, setelah beberapa detik saat emosimenguasai diri, ia menatap Rudi dengan tajam.“Aku mau orang itu diseret ke hadapanku secepatnya!”Tentu saja sebagai seorang bawahan, Rudi dengan sigap segera menyelidiki tentang Anna lebih dalam sesuai perintah sang bos. Lalu, ia pun segera undur diri.Tak berselang lama, muncul sebuah pesan pop-up di handphone Daren. Melihat pesan itu, wajah kembali memasang wajah kesal."Ck, apa yang sudah dia adukan lagi pada ibu. Semakin membuatku muak saja."Sementara itu, di rumah sakit.Suara alarm di ruangan operasi terdengar berbunyi, pertanda kegiatan dalam ruangan medis telah selesai. Anna beranjak dari kursi tunggu.Dengan cepatnya ia menghampiri Dokter yang baru saja keluar."Dok! bagaimana kondisi ibu saya?" Anna bertanya dengan penuh kecemasan.Pria paruh baya itu perlahan membuka masker, dan melepas kaca mata pu
Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis."Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir. Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya. Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti. Brak! "Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah. Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini. "Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren. "Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada
Setelah Anna menyeduh dan mengaduk kopi yang sudah di buat, lalu ia segera kembali ke ruangan kerja dengan langkah cepat dan cukup bersemangat untuk me memberikan permintaan bosnya itu.Tibanya di depan pintu, Anna menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Dan segera masuk untuk segera menyuguhkannya pada sang bos. "Tuan, ini kopinya," kata Anna yang masih setia berdiri. Daren yang masih sibuk dengan tumpukan pekerjaan di atas meja, dia menyuruh Anna untuk menyimpannya lebih dulu. "Simpan saja, aku akan meminumnya nanti," perintahnya dengan nada ketus. Anna hanya mengangguk, lalu kembali ke meja kerjanya lagi yang berada tidak jauh dari meja kebesaran Daren. Rasanya ia ingin mengumpat sikap bosnya yang semena-mena memberi perintah. "Ternyata aku benar kan, jika dia hanya ingin mengerjai aku saja. Tapi sudahlah biarkan saja kalau dia meminumnya bagus," batin Anna. Satu pesan masuk di ponsel Daren, Daren menjeda pekerjaannya sejenak. Terlihat satu pesan dari ibunya yang sela
Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah. Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi. "Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati. Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi. "Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita. Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali munc
Anna yang masih duduk termenung, rasanya ia ingin segera pergi menjenguk ibunya yang sudah sadar, tapi di lain sisi wanita cantik itu masih bingung mencari alasan tentang uang biaya operasi dan rumah sakitnya. Daren yang baru selesai ganti baju dan baru keluar dari ruang pribadinya, membuat Anna terkejut. "Sudah waktunya kita pergi menemui tuan Arson, kamu sudah siap Anna? jangan lupa kamu harus benar-benar mempresentasikannya," Daren tak bosan untuk terus mengingatkan. Anna mengangguk patuh, lalu memberanikan diri untuk meminta ijin. Meskipun sebenarnya dia ragu. "Tu-tuan sebelumnya saya ingin meminta ijin untuk pulang lebih awal, karena hari ini ibuku sudah siuman setelah melakukan operasi," ungkap Anna dengan permintaannya. Daren terdiam, saat mendengar perkataan Anna yang terlihat sangat serius. Membuat hatinya merasa tidak tega. Tapi Daren sebagai pebisnis pantang merugi dan tetap ingin Anna bersikap profesional dalam pekerjaannya. "Kau boleh pulang setelah menemani aku meet