Home / Romansa / Kekasih Rahasia Sang CEO / Bab 4. Selidiki Dia

Share

Bab 4. Selidiki Dia

Author: Zia Ivy
last update Last Updated: 2024-03-12 16:04:10

Anna masih bergeming dengan perasaan yang bimbang, bagaimana bisa dia harus tetap bekerja pada pria yang sudah merenggut kesuciannya. Tapi di sisi lain sebagai seorang putri yang ingin berbakti pada sang ibu, membuat ia tak punya pilihan lain lagi.

Daren menatap tajam saat melihat Anna yang malah terdiam dengan wajah yang tertunduk, mengingat Anna karyawan barunya membuat dia merasa sangat khawatir, jika wanita yang ada di depannya adalah orang suruhan dari beberapa pesaing bisnisnya.

"Berapa nominal uang yang kamu butuhkan? Tapi jika kamu tidak bisa mematuhi syaratku maka lebih baik kamu jangan buang waktuku yang sangat berharga," Daren kembali melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya dengan penuh penekan.

Mengingat hanya sang ibu yang sekarang Anna miliki satu-satunya, membuat ia terpaksa mengesampingkan rasa sakit dalam hatinya.

"Anna! nyawa ibumu lebih penting dari segala-galanya," tegas Anna dalam hati. Lalu perlahan ia menarik nafas dalam-dalam.

"Baiklah tuan, aku akan mematuhi semua syarat yang anda katakan tadi. Sekarang aku mohon tolong berikan aku uang sebesar 500 juta," Pinta Anna yang terpaksa setuju, dengan nada suara rendah yang hampir tak terdengar, seraya menatap bosnya dengan netra yang berkaca-kaca.

Daren tersenyum getir, dia sedikit terkejut saat mendengar jumlah uang yang diminta oleh Anna. Tanpa membuang waktu lagi CEO Pratama Group itu pun mulai meraih cek dan bolpoint, lalu ia memberikannya pada Anna setelah menuliskan nominal uang beserta tanda tangannya.

"Ambilah! dan perlu kamu ingat besok kau harus bekerja disiplin seperti biasa lagi. Karena banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan," Peringat Daren.

Anna hanya mengangguk pelan, dengan tangan gemetar. Perlahan ia mulai meraih cek yang diberikan oleh Daren.

"Ba-baiklah, besok aku akan bekerja lagi," kata Anna. Lalu segera pergi meninggalkan ruangan kebesaran sang bos.

Daren mengernyitkan dahi, saat melihat Anna berjalan keluar dengan langkah yang tergesa-gesa. Yang terlihat tidak seperti biasa, membuat ia keheranan.

Tak ingin menebak-nebak sendiri, Daren meraih gagang telepon yang ada di atas meja, lalu segera mengutus dan memberikan satu tugas penting untuk orang kepercayaannya.

Panggilan telepon pun terhubung.

"Selidiki kemana Anna pergi dan dengan siapa dia bertemu? Aku ingin jawabnya sekarang juga," titah Daren.

"Ba-baik tuan, kami akan segera melakukan perintah anda," balas sang pengawal dengan penuh hormat.

Setelah memberikan perintah, Daren menutup telepon. Lalu duduk dan bersandar kembali dengan wajah yang menatap langit-langit.

"Jangan sampai dia orang suruhan, yang sengaja menyusup ke dalam perusahaanku," geram Daren mengepalkan kedua tangan dengan penuh emosi.

Setelah mendapatkan uang yang dibutuhkan, Anna segera menghentikan sebuah taxi untuk pergi ke bank terlebih dahulu, sebelum ia kembali ke rumah sakit.

"Ibu, bagaimana pun caranya aku ingin ibu sembuh dan maafkan Anna jika sudah mengambil jalan seperti ini," sesal Anna yang duduk termenung di dalam mobil.

Anna berharap jika ibunya tidak akan pernah tahu, jika ia telah mengambil jalan yang menurutnya kurang tepat. Tapi karena tidak ada pilihan lain lagi membuat Anna terpaksa mengambil keputusan meminta uang dari bosnya sebagai kompensasi, setelah mereka tak sengaja melakukan sebuah kesalahan.

Di sepanjang jalan, Anna yang terus menatap gedung-gedung yang telah ia lewati. Dengan air mata yang terus mengalir deras, hatinya menjerit dengan perasaan sedih dan benci seolah bercampur aduk dan berkecamuk merutuki diri sendiri. Karena ia merasa telah menjual harga dirinya.

"Maafkan aku ibu, hanya dengan cara ini aku ingin menyelamatkan ibu," batin Anna menyesali ketidak berdayaan saat berada dalam situasi yang rumit.

Karena jika ibunya sampai tahu, apa yang sudah terjadi dan keputusan yang telah Anna ambil hanya akan membuatnya kecewa.

Sesampainya di rumah sakit, Anna segera turun dari taxi. Lalu ia berjalan menyusuri lobi dengan langkah tergesa-gesa menghampiri kedua suster.

"Suster! bagaimana keadaan ibu saya? Apakah sekarang dia sudah di operasi?" Anna mencecar beberapa pertanyaan pada kedua tenaga medis itu dengan perasaan yang sangat panik dan cemas.

"Pasien semakin kritis, jika nona tidak bisa melunasi semua administrasinya, maka jangan salah kami karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi."

Anna menggelengkan kepala, dengan cepatnya ia meraih tas selempang dan segera memberikan uang 500 juta yang baru saja dia ambil tadi.

"Tolong suster, selamatkan ibu saya. Ini uang biaya operasinya. Saya ingin segera operasi itu dilakukan cepat!" Pinta Anna menangis.

"Baiklah nona, kami akan segera memberitahukan pada Dokter lebih dulu dan segera menyiapkan jadwal operasinya," balas suster itu.

Dengan cepatnya Anna berlari ke arah ruang rawat ibunya tanpa menghiraukan perkataan suster itu lagi, berharap jika dirinya belum terlambat.

"Ibu harus sembuh," pinta Anna seraya menatap ibu Ratih, yang tengah terbaring tak berdaya dengan alat medis yang menghiasi seluruh tubuhnya.

Membuat Anna kembali menangis lagi mengingat ketidak berdayaannya, dia berharap semua yang telah dia lakukan adalah keputusan yang benar.

***

Baru saja Daren kembali fokus pada pekerjaanya yang tertunda akhir-akhir ini. Tiba-tiba Rudi datang menghampirinya dengan wajah serius.

"Ada kabar apa? Bagaimana apa kau sudah menyelesaikan kedua perintahku?" Daren bertanya dengan nada penuh penekanan.

Rudi berdiri dengan wajah tertunduk dan tidak berani menatap sang tuan, yang sangat dia hormati dan dia segani. Setelah menghela nafas panjang.

Tanpa membuang waktu lagi Rudi mulai mengatakan, jika memang dirinya sudah menemukan pelayan yang sudah sengaja mencampurkan sesuatu pada wine bosnya.

Mendengar perkataan asisten yang sekaligus supir pribadinya, seketika membuat darah Daren mendidih dan tak terima.

Brak!

"Sialan! berani sekali dia melakukan hal itu padaku," Daren murka sembari menggebrak meja. Dia yakin jika menang ada orang yang ingin membuatnya memiliki sebuah skandal agar reputasi sebagai raja di bisnis terhebat di seluruh kota hancur.

Tak ingin memberikan kesempatan untuk para musuh dan pesaing bisnisnya, Daren menyuruh Rudi untuk segera menghancurkan semua CCTV yang ada di pesta kemarin dan di sebuah Hotel di mana dirinya dan Anna telah menghabiskan malam bersama.

Rudi yang masih setia berdiri di tempat, dia hanya bisa menunduk dan sesekali menelan saliva. Saat melihat kemarahan bosnya. Yang terkadang membuat dirinya ketakutan setengah mati dan tidak berani mengucapkan pendapatnya.

Karena tidak mau kena semprot, Mengingat bosnya yang terkadang memiliki temperamen yang cukup buruk. Jika sedang marah.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 156 Aku Mau Jadi Istrimu

    Daren terlihat sangat gelisah, saat dia masih dalam perjalanan mengejar Anna. bahkan beberapa kali lelaki itu terlihat terus menekan asistennya untuk mempercepat laju kecepatan mobilnya. "Cepat jalannya, apakah kamu tidak bisa menyetir!" bentak Daren dengan nada meninggi dan terlihat sangat gelisah. "Baik tuan, ini sudah sangat cepat," sahut sang asisten. Yang masih fokus melakukan tugasnya. Daren benar-benar terlihat cemas dan panik, berharap Anna tidak pergi sebelum dia datang. Tak hanya bisa menunggu sampai ke tempat tujuan, Daren meraih ponsel miliknya lalu berusaha untuk menghubungi wanita yang sangat dia cintai. Drrrt..drtt Panggilan telepon terus berbunyi, namun nihil tidak ada jawaban dari Anna, walaupun hanya sekedar pesan balasan. Membuat Daren semakin tak sabar dan lebih naik pitam. "Aakkkh, sial kenapa dia tidak mengangkat teleponku jangan bilang Anna benat-benar sudah pergi," Daren meracau dalam hati, perasaannya sama sekali tidak tenang. Lalu menekan kembali

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 155 Jalan Yang Terbaik

    Setelah Renata masih di ruangan UGD, semua orang terlihat sangat cemas dan panik. Setelah melihat insiden yang terjadi tadi. Tapi Nyonya Hanum yang masih belum mengerti dengan semua ucapan pelayan pribadinya. Membuat ia kembali memastikan apa maksud perkataanya tadi. "Bi Laksmi katakan padaku, maksud Bibi tadi apa mengatakan jika Renata adalah putrimu?" Nyonya Hanum menatap penuh selidik. Laksmi tertunduk malu, tapi setelah melihat putrinya yang saat ini sedang terpojok membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. "Nyonya benar, Renata adalah putriku yang sengaja aku bawa untuk nyonya rawat agar hidupnya bahagia, tapi yang aku liat malah sebaliknya," sesal Laksmi. "Astaga Bi, kenapa bibi sangat tega membiarkan Renata di panti asuhan saat itu? sekarang lihatlah Renata malah semakin susah untuk di atur karena obsesinya yang terlalu tinggi," Nyonya Hanum tak habis pikir. Mendengar perkataan mereka, tuan dan nyonya Wijaya segera menghampiri lalu menega

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 154 Karena Dia Putriku

    Daren dan kedua orang tuanya melirik ke arah sumber suara yang berada tepat di samping mereka, ibu Hanum dan bibi Laksmi merasa tak tega ketika melihat Renata yang berlutut memohon di bawah sana. "Nyonya Hanum, kebetulan anda kemari kami ingin membicarakan tentang putrimu yang sudah membuat kami malu dengan skandalnya." Hardik tuan Wijaya memberitahukan dengan nada tinggi. Nyonya Hanum dan bi Laksmi segera menghampiri dan berusaha untuk membantu Renata untuk bangun. "Renata bangunlah kamu nak," bujuk nyonya Hanum. Renata menggelengkan kepala, rasanya dia tidak ingin beranjak sebelum kedua mertuanya memberikan ampun padanya. "Nggak Bu, aku tidak mau, biarkan aku memohon pada mas Daren dan kedua orang tuanya," ucap Renata dalam tangisnya. Daren tersenyum getir, saat melihat dan mendengar kata-kata maaf dari Renata yang begitu enteng, seolah perbuatannya itu adalah hal kecil yang mudah untuk di maafkan. "Tidak! aku tidak sudi memaafkan wanita murahan sepertimu Renata mulai ma

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 153 Wanita Menjijikan

    "Aaakh tidak! kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? dan kau tuan Andre! lihat ini semuanya gara-gara kamu," teriak Renata setengah frustasi sembari menjambak rambutnya. "Aku tidak tahu akan seperti ini Renata, jadi tenanglah. Kau bisa menjadi wanita ku untuk selamanya," bujuk Andrew menghampiri. Renata menepis kasar tangan pria itu, tak ingin kehilangan Daren. Ia segera memakai gaunnya kembali, lalu berusaha untuk mengejar dengan langkah yang tertatih-tatih. "Renata! tunggu!" panggil Andrew, yang masih di kerumuni oleh beberapa karyawan yang masih membidik kamera ke arahnya. Renata tidak menggubris panggilan Andrew. Baru saja keluar dari hotel, Kiki yang sudah lama menunggunya dari mobil segera menghampiri dan memanggil Renata. "Nyonya Renata! naiklah!" "Kiki, kau ternyata di sini?" Renata tak membuang waktu lagi, dengan cepat masuk ke dalam mobil dan meminta asistennya untuk mengejar Daren. Dengan patuh, Kiki melakukan sesuai perintah walaupun terpaksa harus mengebut.

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 152 Terciduk

    Nyonya Wijaya benar-benar kecewa, sampai dia terduduk lemas di sofa dengan kepala yang sudah sangat sakit dan pusing. Karena bagaimana bisa menantu yang selalu dia idamkan malah ternyata hanya seorang wanita murahan yang sering bergonta-ganti seorang pria. "Renata! benar-benar kamu mengecewakan keluarga ini," Nyonya Wijaya sangat kesal, dengan berita yang mengegerkan hati ini membuat wajah keluarga Wijaya hilang di depan semua orang. "Tidak! Meskipun pernikahan Daren dan Renata sudah di sepakati oleh mas Wijaya, aku tetap tidak setuju dengan masalah ini," Nyonya Wijaya tak tahan lagi dengan berita yang tersebar. Ia segera menghubungi Daren dan juga suaminya tak lupa juga dengan Renata. Beberapa kali wanita paruh baya itu , terus menghubungi putra dan suaminya untuk membicarakan hal ini. Sementara Kiki asisten dari Renata sangat kaget ketika melihat skandal model yang ada dalam naungannya. "Astaga! gawat, bagaimana foto dan video nyonya Renata dan tuan Andrew bisa tersebar s

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 151 Skandal Yang Tersebar

    Kedua tangan Anna terkepal, netra coklatnya berkaca-kaca saat mendengar perkataan nyonya Wijaya. Yang begitu memandang rendah dirinya. Setelah berpikir dengan waktu yang cukup lama, Anna menarik nafas lalu dengan tegas kembali menolak tawaran uang dari wanita kaya itu. "Nyonya tidak usah repot-repot memberikan saya uang, jika itu keinginan anda maka aku akan melakukannya," Lirih Anna menangis. "Baguslah, kamu memang seharusnya tahu diri perbedaan kamu dan Daren sangatlah jauh berbeda, ambil saja cek itu tidak usah terlalu munafik!" ledek wanita paruh baya itu sembari memutar kedua mata malasnya. Lalu pergi begitu saja dengan sikap angkuh dan sombong. Bu Ratih yang tak sengaja mendengar obrolan mereka, membuat dia sangat kesal dan marah saat putri yang sangat sayangi di perlakukan rendah oleh orang lain. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Bu Ratih memungut cek yang di berikan oleh nyonya Wijaya yang tergeletak di bawah lantai. "Tunggu!" panggil Bu Ratih. Langkah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status