Keesokan harinya, Anna terduduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di dalam ruangan yang sama dengan bosnya, dengan tubuh gemetar, hari ini dia terpaksa datang ke perusahaan demi mengambil tawaran yang sempat bosnya katakan kemarin.
"Sebenarnya aku tidak ingin lagi menginjakkan kaki di sini, dan aku tidak ingin lagi melihat pria arogan dan menyebalkan itu, jika buka demi uang," lirih Anna, seraya meremas kedua jemarinya yang berkeringat dingin, berharap sebuah tawaran itu masih berlaku untuknya.Bahkan Anna sudah mengambil keputusan yang sudah bulat, jika ia sudah menerima cek, dia juga akan mengundurkan diri dari perusahaan besar Daren, meskipun dia mendapatkan kerjanya dengan susah payah yang di dukung oleh ibunya.Tapi harga dirinya sebagai seorang wanita, membuat Anna menjujung tinggi hal itu. Dan tidak ingin di rendahkan serta di tuduh sebagai pemicu insiden kemarin. Anna juga yakin jika dia bisa mencari pekerjaan di perusahan lain.Ketika Anna tengah larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki, lalu gagang pintu yang terbuka dan...Deg!Daren yang baru tiba di ruang kerjanya, dia terkejut saat melihat Anna yang sudah datang lebih awal. Tentu saja hal itu membuat dia seolah mempunyai sebuah kesempatan untuk melampiaskan kekesalan dalam hatinya."Ternyata kamu, sudah beberapa hari tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dan sekarang masuk juga sesuka hati. Anna kamu pikir perusahaan ini perusahaan nenek moyangmu?!" Ketus Daren menatap tajam pada Anna.Anna berusaha menahan emosi, dan terpaksa harus menebalkan muka, mengingat ibunya yang tengah sakit keras dan membutuhkan banyak uang. Meskipun di dalam hatinya ia ingin sekali mengumpat sosok bosnya yang sangat arogan dan menyebalkan."Kedatangan aku ke sini tidak ingin mengganggu waktu anda lebih lama lagi tuan, a-aku ke sini hanya ingin mengambil sesuatu yang kemarin anda tawarkan," ungkap Anna memberanikan diri, seraya mengangkat wajah dan mengepalkan kedua tangannya dengan nada suara tergagap.Daren mengerutkan dahi dan menatap Anna, dengan sorot mata elang."Heh, tawaran? Maksudmu tawaran yang mana Anna, sejak kapan aku menawarkan sesuatu padamu?" Daren berdalih, bahkan dia sengaja berpura-pura tidak ingat. Padahal Daren memang sengaja karena sudah tahu dengan sebuah taktik para wanita nakal, yang awalnya menangis menyesal sebagai korban tapi ujungnya meminta uang untuk memeras dia, pikir Daren.Anna tercengang, saat melihat dan mendengar perkataan sosok bos yang sering di pandang kagum oleh para pebisnis besar dan para karyawan, yang di kenal dengan kehebatan dan kebijaksanaannya.Tapi yang Anna lihat saat ini malah bosnya itu seperti seorang pria pecundang, seolah tidak ingin mengakui apa yang sudah dia perbuat padanya, dan yang membuat Anna muak lagi ketika pria yang ada di depan mata mencoba untuk mengingkari sebuah janji.Meskipun di ruangan besar dan mewah itu hanya ada mereka berdua, tapi Anna yang sudah merasa di bodohi dan di permalukan. Membuat batas kesabarannya pun menghilang."Cukup tuan Daren yang terhormat, aku tahu kedatanganku ke sini mungkin di matamu hanya sebuah lelucon yang bisa kau tertawakan sesuka hati, tapi sebagai seorang wanita yang sudah anda rugikan, maka aku menarik semua kata-kataku yang kemarin, a-aku ingin mengambil cek yang ingin anda berikan sebagai kompensasi untukku," Anna dengan lantang to the point mengatakan maksud kedatangannya.Daren terkejut, saat mendengar semua kata-kata yang terlontar di bibir merah Anna yang terlihat begitu berani bahkan dengan nada yang seolah menantang dia."Ck,ck. Nona Anna kalau menginginkan cek-Nya, lalu kenapa kemarin kau berpura-pura untuk menolak kalau pada akhirnya malah minta lagi. Sungguh akting yang cukup bagus, sepertinya kau sengaja ingin bermain tarik ulur denganku ya? Cih trikmu sangat murahan," sinis Daren sembari beranjak dari kursi kebesarannya, lalu menghampiri Anna yang masih mematung di depan matanya.Mereka saling menatap satu sama lain, dengan tatapan yang penuh kecurigaan dalam diri Daren terhadap Anna."Sudah cukup tuan, aku tidak banyak waktu lagi untuk berdebat dengan anda. Selain aku ingin meminta cek yang anda janjikan, saya juga ingin menyerahkan surat pengunduran diri, dengan begitu kita tidak usah saling bertemu dan aku bisa pastikan jika aku tidak akan memberitahukan apa yang sudah terjadi di antara kita berdua kepada siapa pun juga," Anna berusaha meyakinkan bosnya dengan terpaksa. Mengingat dirinya yang sudah tidak punya banyak waktu lagi agar mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya.Seketika Daren terdiam, saat melihat kedua manik mata coklat Anna yang berkaca-kaca, bahkan rona wajah cantiknya terlihat begitu serius memohon.Mengingat Anna punya skill yang cukup bagus dan cukup mumpuni sebagai sekertaris barunya, membuat Daren berpikir jika Anna yang sudah mengetahui dan sedang memegang semua laporan data rahasia proyek-proyek besar yang sedang dalam masa kerja sama dengan para klien dan kolega bisnisnya, lelaki berprofesi sebagai CEO muda yang terkenal akan kehebatan dan kejeniusannya membuat Daren berpikir seribu kali untuk menyetujui pengunduran diri Anna.Tak ingin mengambil resiko besar, atau kebocoran data dalam perusahaan, membuat Daren menghela nafas kasar lalu mengambil satu keputusan yang menurutnya sudah benar."Ku mohon berikan cek itu padaku sekarang, jangan pernah anda mengingkari ucapan anda sebagai seorang pria, tuan Daren." Anna mengingatkan dan terpaksa memohon.Daren merasa tersindir, dengan raut wajah yang kesal membuat lelaki itu mengambil sebuah cek dan boilpont."Aku bisa memberikan cek yang kau inginkan, tapi ada satu syarat yang harus kau patuhi. Yaitu kau harus tetap bekerja denganku, dan aku ingin kau tetap bekerja di sini seperti biasanya, jangan pernah bermimpi aku akan menyetujui pengunduran dirimu, jika kau bisa memenuhi syarat itu maka aku akan memberikan cek ini," Daren memberikan sebuah pilihan, sembari memperlihatkan cek yang ada di tangannya tepat di depan wajah Anna.Anna menggelengkan kepala, ia menatap nyalang Daren.Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bukannya merasa bersalah Daren malah seolah sedang mempermainkan dirinya."Dasar pria brengsek! jelas-jelas dia sudah melukai harga diriku. Tapi dia seperti tidak menyesal, bagaimana bisa aku tetap bekerja pada pria yang sudah menghancurkan masa depanku," umpat Anna dalam hati, yang merasa dilema dengan pikiran kacau balau.Selain Anna terpaksa mengambil cek yang di tawarkan untuk biaya rumah sakit sang ibu, tapi di sisi lain juga Anna harus berpikir jernih, apakah dia masih mampu bekerja pada pria yang jelas-jelas sudah menodai dirinya, walaupun tidak di sengaja."Bagaimana apa kau sanggup memenuhi syarat dariku?" tanya Daren untuk memastikan, seraya memancarkan senyum devilnya.Anna masih bergeming dengan perasaan yang bimbang, bagaimana bisa dia harus tetap bekerja pada pria yang sudah merenggut kesuciannya. Tapi di sisi lain sebagai seorang putri yang ingin berbakti pada sang ibu, membuat ia tak punya pilihan lain lagi.Daren menatap tajam saat melihat Anna yang malah terdiam dengan wajah yang tertunduk, mengingat Anna karyawan barunya membuat dia merasa sangat khawatir, jika wanita yang ada di depannya adalah orang suruhan dari beberapa pesaing bisnisnya."Berapa nominal uang yang kamu butuhkan? Tapi jika kamu tidak bisa mematuhi syaratku maka lebih baik kamu jangan buang waktuku yang sangat berharga," Daren kembali melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya dengan penuh penekan.Mengingat hanya sang ibu yang sekarang Anna miliki satu-satunya, membuat ia terpaksa mengesampingkan rasa sakit dalam hatinya. "Anna! nyawa ibumu lebih penting dari segala-galanya," tegas Anna dalam hati. Lalu perlahan ia menarik nafas dalam-dalam."Baiklah tuan, aku akan
Brengsek! Siapapun dia, aku tak akan memaafkan orang itu!”Daren mengebrak meja dengan tangannya sampai terdengar suara dentuman keras. Lalu, setelah beberapa detik saat emosimenguasai diri, ia menatap Rudi dengan tajam.“Aku mau orang itu diseret ke hadapanku secepatnya!”Tentu saja sebagai seorang bawahan, Rudi dengan sigap segera menyelidiki tentang Anna lebih dalam sesuai perintah sang bos. Lalu, ia pun segera undur diri.Tak berselang lama, muncul sebuah pesan pop-up di handphone Daren. Melihat pesan itu, wajah kembali memasang wajah kesal."Ck, apa yang sudah dia adukan lagi pada ibu. Semakin membuatku muak saja."Sementara itu, di rumah sakit.Suara alarm di ruangan operasi terdengar berbunyi, pertanda kegiatan dalam ruangan medis telah selesai. Anna beranjak dari kursi tunggu.Dengan cepatnya ia menghampiri Dokter yang baru saja keluar."Dok! bagaimana kondisi ibu saya?" Anna bertanya dengan penuh kecemasan.Pria paruh baya itu perlahan membuka masker, dan melepas kaca mata pu
Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis."Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir. Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya. Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti. Brak! "Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah. Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini. "Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren. "Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada
Setelah Anna menyeduh dan mengaduk kopi yang sudah di buat, lalu ia segera kembali ke ruangan kerja dengan langkah cepat dan cukup bersemangat untuk me memberikan permintaan bosnya itu.Tibanya di depan pintu, Anna menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Dan segera masuk untuk segera menyuguhkannya pada sang bos. "Tuan, ini kopinya," kata Anna yang masih setia berdiri. Daren yang masih sibuk dengan tumpukan pekerjaan di atas meja, dia menyuruh Anna untuk menyimpannya lebih dulu. "Simpan saja, aku akan meminumnya nanti," perintahnya dengan nada ketus. Anna hanya mengangguk, lalu kembali ke meja kerjanya lagi yang berada tidak jauh dari meja kebesaran Daren. Rasanya ia ingin mengumpat sikap bosnya yang semena-mena memberi perintah. "Ternyata aku benar kan, jika dia hanya ingin mengerjai aku saja. Tapi sudahlah biarkan saja kalau dia meminumnya bagus," batin Anna. Satu pesan masuk di ponsel Daren, Daren menjeda pekerjaannya sejenak. Terlihat satu pesan dari ibunya yang sela
Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah. Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi. "Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati. Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi. "Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita. Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali munc
Anna yang masih duduk termenung, rasanya ia ingin segera pergi menjenguk ibunya yang sudah sadar, tapi di lain sisi wanita cantik itu masih bingung mencari alasan tentang uang biaya operasi dan rumah sakitnya. Daren yang baru selesai ganti baju dan baru keluar dari ruang pribadinya, membuat Anna terkejut. "Sudah waktunya kita pergi menemui tuan Arson, kamu sudah siap Anna? jangan lupa kamu harus benar-benar mempresentasikannya," Daren tak bosan untuk terus mengingatkan. Anna mengangguk patuh, lalu memberanikan diri untuk meminta ijin. Meskipun sebenarnya dia ragu. "Tu-tuan sebelumnya saya ingin meminta ijin untuk pulang lebih awal, karena hari ini ibuku sudah siuman setelah melakukan operasi," ungkap Anna dengan permintaannya. Daren terdiam, saat mendengar perkataan Anna yang terlihat sangat serius. Membuat hatinya merasa tidak tega. Tapi Daren sebagai pebisnis pantang merugi dan tetap ingin Anna bersikap profesional dalam pekerjaannya. "Kau boleh pulang setelah menemani aku meet
Disepanjang perjalanan menuju resto yang sudah di sepakati, sesuai permintaan bosnya. Anna menjelaskan beberapa materi di depan Daren, sebelum pada para klien. Dengan penuh keseriusan Anna terlihat begitu memahami beberapa point yang sudah ia tuliskan dalam sebuah materi proyek, Daren yang terkesima hanya menatap kagum. "Bagaimana, apa semua yang aku jelaskan sudah sesuai yang tuan tentukan?" tanya Anna seraya membereskan semua semua file yang ada di tangannya. Daren seketika kembali fokus, dan kembali duduk tegap. Lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Anna, dengan mode wajah seriusnya. "Hm, lumayan. Cara penyampaimu sangat mudah untuk di pahami tapi..." Daren menjeda perkataannya sejenak. . Kening Anna berkerut dan merasa heran, entah apa lagi yang masih kurang padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin, dengan cara kinerjanya. "Memangnya tapi kenapa tuan?" tanya Anna penasaran. Berharap jika pria yang ada di depannya tidak membuat dirinya kesal lagi. Tanpa ragu Dar
Beberapa jam kemudian, semua para klien Daren bertepuk tangan, setelah Anna menjelaskan semua proposal properti, dari bahan mentah yang terjamin beserta beberapa ketentuan sesuai kontrak yang telah di tetapkan oleh bosnya. Prok...Prok...Suara tepuk tangan menggema di sebuah ruangan VIP resto ruangan resto terbesar di kota itu. Para pria berdasi itu menatap kagum dengan cara penyampaian Anna yang sungguh menakjubkan dan berhasil mengambil keyakinan mereka untuk menjadi mitra dengan inves yang lebih besar. "Wah, nona Anna selain cantik ternyata cukup cerdas juga tuan Daren anda sangat beruntung bisa memiliki sekertaris cantik dan kompeten," sanjung para rekan Daren. Anna hanya membungkukan badan seraya memancarkan senyum manisnya, saat para pengusaha itu memuji dirinya. "Hmm, iya begitulah. Lumayan," balas Daren, jauh dari lubuk hati dirinya juga tak bisa memungkiri jika Anna memanglah sekertaris yang sejalan dengan dirinya, bahkan bisa di andalkan. Tapi pria tampan yang memiliki si