Share

Bab 3. Trik Murahan

Keesokan harinya, Anna terduduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di dalam ruangan yang sama dengan bosnya, dengan tubuh gemetar, hari ini dia terpaksa datang ke perusahaan demi mengambil tawaran yang sempat bosnya katakan kemarin.

"Sebenarnya aku tidak ingin lagi menginjakkan kaki di sini, dan aku tidak ingin lagi melihat pria arogan dan menyebalkan itu, jika buka demi uang," lirih Anna, seraya meremas kedua jemarinya yang berkeringat dingin, berharap sebuah tawaran itu masih berlaku untuknya.

Bahkan Anna sudah mengambil keputusan yang sudah bulat, jika ia sudah menerima cek, dia juga akan mengundurkan diri dari perusahaan besar Daren, meskipun dia mendapatkan kerjanya dengan susah payah yang di dukung oleh ibunya.

Tapi harga dirinya sebagai seorang wanita, membuat Anna menjujung tinggi hal itu. Dan tidak ingin di rendahkan serta di tuduh sebagai pemicu insiden kemarin. Anna juga yakin jika dia bisa mencari pekerjaan di perusahan lain.

Ketika Anna tengah larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki, lalu gagang pintu yang terbuka dan...

Deg!

Daren yang baru tiba di ruang kerjanya, dia terkejut saat melihat Anna yang sudah datang lebih awal. Tentu saja hal itu membuat dia seolah mempunyai sebuah kesempatan untuk melampiaskan kekesalan dalam hatinya.

"Ternyata kamu, sudah beberapa hari tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dan sekarang masuk juga sesuka hati. Anna kamu pikir perusahaan ini perusahaan nenek moyangmu?!" Ketus Daren menatap tajam pada Anna.

Anna berusaha menahan emosi, dan terpaksa harus menebalkan muka, mengingat ibunya yang tengah sakit keras dan membutuhkan banyak uang. Meskipun di dalam hatinya ia ingin sekali mengumpat sosok bosnya yang sangat arogan dan menyebalkan.

"Kedatangan aku ke sini tidak ingin mengganggu waktu anda lebih lama lagi tuan, a-aku ke sini hanya ingin mengambil sesuatu yang kemarin anda tawarkan," ungkap Anna memberanikan diri, seraya mengangkat wajah dan mengepalkan kedua tangannya dengan nada suara tergagap.

Daren mengerutkan dahi dan menatap Anna, dengan sorot mata elang.

"Heh, tawaran? Maksudmu tawaran yang mana Anna, sejak kapan aku menawarkan sesuatu padamu?" Daren berdalih, bahkan dia sengaja berpura-pura tidak ingat. Padahal Daren memang sengaja karena sudah tahu dengan sebuah taktik para wanita nakal, yang awalnya menangis menyesal sebagai korban tapi ujungnya meminta uang untuk memeras dia, pikir Daren.

Anna tercengang, saat melihat dan mendengar perkataan sosok bos yang sering di pandang kagum oleh para pebisnis besar dan para karyawan, yang di kenal dengan kehebatan dan kebijaksanaannya.

Tapi yang Anna lihat saat ini malah bosnya itu seperti seorang pria pecundang, seolah tidak ingin mengakui apa yang sudah dia perbuat padanya, dan yang membuat Anna muak lagi ketika pria yang ada di depan mata mencoba untuk mengingkari sebuah janji.

Meskipun di ruangan besar dan mewah itu hanya ada mereka berdua, tapi Anna yang sudah merasa di bodohi dan di permalukan. Membuat batas kesabarannya pun menghilang.

"Cukup tuan Daren yang terhormat, aku tahu kedatanganku ke sini mungkin di matamu hanya sebuah lelucon yang bisa kau tertawakan sesuka hati, tapi sebagai seorang wanita yang sudah anda rugikan, maka aku menarik semua kata-kataku yang kemarin, a-aku ingin mengambil cek yang ingin anda berikan sebagai kompensasi untukku," Anna dengan lantang to the point mengatakan maksud kedatangannya.

Daren terkejut, saat mendengar semua kata-kata yang terlontar di bibir merah Anna yang terlihat begitu berani bahkan dengan nada yang seolah menantang dia.

"Ck,ck. Nona Anna kalau menginginkan cek-Nya, lalu kenapa kemarin kau berpura-pura untuk menolak kalau pada akhirnya malah minta lagi. Sungguh akting yang cukup bagus, sepertinya kau sengaja ingin bermain tarik ulur denganku ya? Cih trikmu sangat murahan," sinis Daren sembari beranjak dari kursi kebesarannya, lalu menghampiri Anna yang masih mematung di depan matanya.

Mereka saling menatap satu sama lain, dengan tatapan yang penuh kecurigaan dalam diri Daren terhadap Anna.

"Sudah cukup tuan, aku tidak banyak waktu lagi untuk berdebat dengan anda. Selain aku ingin meminta cek yang anda janjikan, saya juga ingin menyerahkan surat pengunduran diri, dengan begitu kita tidak usah saling bertemu dan aku bisa pastikan jika aku tidak akan memberitahukan apa yang sudah terjadi di antara kita berdua kepada siapa pun juga," Anna berusaha meyakinkan bosnya dengan terpaksa. Mengingat dirinya yang sudah tidak punya banyak waktu lagi agar mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya.

Seketika Daren terdiam, saat melihat kedua manik mata coklat Anna yang berkaca-kaca, bahkan rona wajah cantiknya terlihat begitu serius memohon.

Mengingat Anna punya skill yang cukup bagus dan cukup mumpuni sebagai sekertaris barunya, membuat Daren berpikir jika Anna yang sudah mengetahui dan sedang memegang semua laporan data rahasia proyek-proyek besar yang sedang dalam masa kerja sama dengan para klien dan kolega bisnisnya, lelaki berprofesi sebagai CEO muda yang terkenal akan kehebatan dan kejeniusannya membuat Daren berpikir seribu kali untuk menyetujui pengunduran diri Anna.

Tak ingin mengambil resiko besar, atau kebocoran data dalam perusahaan, membuat Daren menghela nafas kasar lalu mengambil satu keputusan yang menurutnya sudah benar.

"Ku mohon berikan cek itu padaku sekarang, jangan pernah anda mengingkari ucapan anda sebagai seorang pria, tuan Daren." Anna mengingatkan dan terpaksa memohon.

Daren merasa tersindir, dengan raut wajah yang kesal membuat lelaki itu mengambil sebuah cek dan boilpont.

"Aku bisa memberikan cek yang kau inginkan, tapi ada satu syarat yang harus kau patuhi. Yaitu kau harus tetap bekerja denganku, dan aku ingin kau tetap bekerja di sini seperti biasanya, jangan pernah bermimpi aku akan menyetujui pengunduran dirimu, jika kau bisa memenuhi syarat itu maka aku akan memberikan cek ini," Daren memberikan sebuah pilihan, sembari memperlihatkan cek yang ada di tangannya tepat di depan wajah Anna.

Anna menggelengkan kepala, ia menatap nyalang Daren.

Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bukannya merasa bersalah Daren malah seolah sedang mempermainkan dirinya.

"Dasar pria brengsek! jelas-jelas dia sudah melukai harga diriku. Tapi dia seperti tidak menyesal, bagaimana bisa aku tetap bekerja pada pria yang sudah menghancurkan masa depanku," umpat Anna dalam hati, yang merasa dilema dengan pikiran kacau balau.

Selain Anna terpaksa mengambil cek yang di tawarkan untuk biaya rumah sakit sang ibu, tapi di sisi lain juga Anna harus berpikir jernih, apakah dia masih mampu bekerja pada pria yang jelas-jelas sudah menodai dirinya, walaupun tidak di sengaja.

"Bagaimana apa kau sanggup memenuhi syarat dariku?" tanya Daren untuk memastikan, seraya memancarkan senyum devilnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status