Share

Bab 5. Perasaan Yang Aneh

Brengsek! Siapapun dia, aku tak akan memaafkan orang itu!”

Daren mengebrak meja dengan tangannya sampai terdengar suara dentuman keras. Lalu, setelah beberapa detik saat emosimenguasai diri, ia menatap Rudi dengan tajam.

“Aku mau orang itu diseret ke hadapanku secepatnya!”

Tentu saja sebagai seorang bawahan, Rudi dengan sigap segera menyelidiki tentang Anna lebih dalam sesuai perintah sang bos. Lalu, ia pun segera undur diri.

Tak berselang lama, muncul sebuah pesan pop-up di handphone Daren. Melihat pesan itu, wajah kembali memasang wajah kesal.

"Ck, apa yang sudah dia adukan lagi pada ibu. Semakin membuatku muak saja."

Sementara itu, di rumah sakit.

Suara alarm di ruangan operasi terdengar berbunyi, pertanda kegiatan dalam ruangan medis telah selesai. Anna beranjak dari kursi tunggu.

Dengan cepatnya ia menghampiri Dokter yang baru saja keluar.

"Dok! bagaimana kondisi ibu saya?" Anna bertanya dengan penuh kecemasan.

Pria paruh baya itu perlahan membuka masker, dan melepas kaca mata putihnya. Lalu menjawab pertanyaan Anna.

"Operasi berjalan dengan lancar, jadi nona bisa menunggu setelah pasien melewati masa kritisnya."

"Benarkah itu Dokter?" Anna terlihat senang dan sudah bisa bernafas lega. Tak lupa ia meminta untuk menjenguk ibunya, tapi Dokter belum mengijinkan sebelum ibu Ratih melewati masa kritis dan masa pemulihannya.

Anna sedikit kecewa karena tidak bisa langsung melihat kondisi ibunya, tapi dia masih merasa bersyukur karena akhirnya sang ibu bisa di operasi.

Setelah Dokter pergi, Anna yang baru saja ingin berjalan ke arah jendela, tiba-tiba saja suara ponselnya berbunyi, dengan cepat ia segera meraih dan mengusap layar benda pipih canggih yang ada di tangannya.

Kedua bola manik mata coklat jernihnya membulat, saat menerima dan setelah membaca satu pesan yang dikirim oleh atasannya.

"Hari ini cepat datang ke perusahaan, ada jadwal meeting dengan Klien. Aku ingin kau membantuku, aku beri waktu satu jam, jika tidak yang salahkan jika orang-orangku memaksamu," perintah Daren dengan penuh penekanan, dalam pesannya.

Anna menghela nafas panjang, dia tak habis pikir jika ada seorang bos yang begitu memiliki hati yang kejam. Bagaimana bisa karyawan yang sedang mendapatkan sebuah musibah, malah terus di tekan untuk masuk tanpa ada toleransi sedikit pun.

"Dasar pria tak punya hati, jika bukan demi ibu. Aku sudah tak ingin melihat atau pun bekerja lagi padanya," Anna menggerutu kesal. Tapi mengingat hanya dia yang menjadi tulang punggung untuk ibunya, membuat Anna tidak punya pilihan lain lagi selain terpaksa harus tetap bisa bertahan dalam pekerjaan yang sudah susah payah dia dapatkan.

Waktu terus berjalan, satu jam telah berlalu. Setelah Anna pulang ke rumah dan mengganti pakaiannya. Dengan cepat ia mencari cari taksi untuk segera pergi ke pergi ke perusahaan.

Meskipun dalam kondisi tubuh yang lemas dan lunglai, setelah satu hari satu malam terus menunggu perkembangan kondisi sang ibu di rumah sakit.

Walau pun terkadang membuat Anna sangat sedih, dan ingin rasanya ia menjerit meneriaki keadaan sulit titik terendah dalam hidupnya di saat ini. Tapi Anna tetap berusaha untuk tetap tegar dan mencoba untuk menyembunyikan semuanya sendiri.

"Anna! Kamu pasti bisa fokus bekerja lagi, anggap saja kamu dan tuan Daren tidak terjadi apa-apa," Anna berusaha menyemangati diri sendiri dalam hati, meskipun dia tak tahu, apakah dia mampu atau tidak untuk menghadapi dan kembali bertatap muka dengan pria yang sebenarnya sudah tidak ingin dia temui lagi.

Wanita mana yang mau menghabiskan banyak waktu, bersama laki-laki yang sudah mengambil hal yang paling berharga dalam dirinya, yang seharusnya ia berikan pada pria yang kelak dia cintai di masa depan.

Tapi bagi Anna itu adalah sebuah rintangan dalam hidupnya, antara ego sendiri yang harus terkalahkan oleh kewajibannya sebagai seorang anak yang ingin membahagiakan dan memberikan perawatan medis terbaik untuk ibunya, yang sudah merawat dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu tidak boleh cengeng Anna," Anna berusaha untuk menghapus air mata yang kembali menetes di kedua matanya, hatinya sungguh berat saat membayangkan kembali bertemu dan bekerja di dalam ruangan yang sama dengannya.

Sesampainya di Pratama Group

Semua para karyawan yang tengah berlalu lalang memasuki perusahaan sudah mulai terlihat sepi, saat jam menunjukkan angka 07. 10 pagi.

Anna yang baru saja tiba, dengan cepatnya ia turun dari taksi. Lalu berjalan tergesa-gesa. Mengingat jam kantor sudah melebihi batas waktu masuk.

"Gawat! Aku datang terlambat, semoga pria itu belum datang. Kalau sudah bisa gawat kena omelannya," Anna bergidik ngeri saat membayangkan wajah muram dan arogan pemilik perusahaan tempat di mana dia bekerja.

Melihat di parkiran belum ada mobil mercedes hitam yang selalu dipakai oleh bosnya, yang ada hanya mobil bentley berwarna putih, membuat Anna hanya sedikit bernafas lega.

"Sepertinya dia belum datang, baguslah." Anna bernafas lega, lalu mempercepat langkah kaki, hingga akhirnya sampai di pintu utama perusahaan dan..

Kedua bola mata Anna terbelalak, saat melihat Daren sudah datang lebih awal darinya, yang saat ini sedang menegur dan memberi arahan pada para karyawan di sana.

"Astaga! ternyata sudah datang," pekik Anna, tak ingin kena omel dan tidak ingin berdebat, dengan cepatnya wanita cantik berambut panjang itu pun perlahan mulai berjalan mundur, lalu memutar badan untuk menghindar.

Namun sial, Anna tidak melihat seorang OB yang sedang mengepel lantai, sampai membuatnya tak sengaja menumpahkan air. Hingga membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan tubuhnya saat heels yang tengah ia pakai terpeleset.

"Aaakkkkhhhh...."

Hampir saja Anna terjatuh ke bawah lantai, beruntung Daren yang melihat. Dengan refleks pria itu pun segera meraih dan menangkap pinggang rampingnya.

Deg!

Kedua insan itu saling memandang, dengan jarak yang mengikis dekat. Sampai tak menyisakan banyak ruangan di antara mereka. Bahkan mereka sampai merasakan nafas hangat satu sama lain.

Jantung Daren berdegup sangat kencang, saat lelaki itu menatap jelas wajah cantik dan bibir merah Anna.

"Kenapa dia terlihat sangat cantik dari sebelumnya?" Daren bertanya-tanya dalam hati.

Mendengar para karyawan yang berbisik dan menatap ke arahnya, membuat Anna segera mendorong pelan dada bidang bosnya, lalu segera menjaga jarak. Karena tidak ingin jika sampai menjadi bahan gunjingan. Terlebih lagi dari para karyawan wanita di sana.

"Benar-benar menyebalkan, pasti dia sengaja mencari perhatian dan kesempatan pada tuan. Pake acara jatuh segala lagi," cibir beberapa karyawan wanita seraya menatap nyalang pada Anna.

"Iya benar, semoga saja tuan tidak mudah di rayu olehnya." Timpal karyawan wanita lainya, sembari menggelengkan kepala.

Anna yang sudah tidak ingin mendengar semua cibiran-cibiran dari rekan kerjanya, dengan cepat ia segera pergi ke ruangannya, melihat orang-orang yang selalu saja menyalahkan dirinya.

Daren yang masih berdiri mematung, entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa tak tega. Saat melihat Anna dicibir oleh para karyawan lainnya. Dengan darah yang mendidih ia memutar badan dan menatap tajam.

"Sampai kalian hanya bergosip saja? Sana cepat kerja!" Tunjuk Daren sambil berkacak pinggang tak lupa dengan nada tinggi dan arogan.

"Ba-baik tuan, maafkan kami," semua karyawan di sana, tak ada yang berani membantah. Mereka segera kembali ke meja kerja masing-masing.

Anna yang baru sampai di ruangan, menutup wajah dengan kedua tangannya dan menangis. "Kenapa, akhir-akhir ini aku selalu sial seperti ini," lirihnya pasrah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status