Home / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Foto Mengejutkan dari Karl

Share

Foto Mengejutkan dari Karl

last update Last Updated: 2025-01-11 22:42:39

“Apa kau akan menuntut hal itu terus-menerus padaku, Karl?” tanya Elena dengan suara bergetar, meski matanya tetap mencoba menentang sorot mata tajam pria di depannya.

Karl tetap duduk di sampingnya, wajahnya tak menunjukkan belas kasih. “Dan kau sudah tahu jawabannya. Kenapa masih bertanya seolah aku akan melupakan apa yang sudah kita lewati, hm?”

Nada suaranya rendah, namun setiap kata yang terucap bagaikan belati dingin yang menggores sisi rapuh hati Elena.

Seolah tak puas dengan hanya kata-kata, Karl mengangkat tangan, jemarinya yang kokoh menggenggam dagu Elena dengan tegas namun penuh kendali.

Mata mereka bertemu—mata hitam Karl seperti jurang tak berdasar yang menelan segala logika. “Jangan pernah berpikir aku akan melepaskanmu begitu saja,” bisiknya pelan, nyaris seperti janji gelap yang bergetar di udara.

Ketika tangan Karl akhirnya melepaskan dagunya, Elena merasakan jantungnya berdegup tak beraturan, seakan baru lepas dari cengkeraman sesuatu yang menakutkan dan menggetarkan sekaligus.

“Pukul tujuh malam aku mengundangmu makan malam. Jika tidak datang, aku tidak akan segan-segan membeberkan semuanya pada Gio,” ancam Karl tanpa ragu. Suaranya bergaung di ruangan seperti peringatan yang tak bisa diabaikan.

Elena bangkit dari duduknya, berusaha menguasai diri meski tubuhnya terasa berat seolah dipasung bayangan ancaman Karl. Karl berdiri di dekat pintu, satu tangannya di gagang pintu kayu yang dingin.

“Apa kau tidak takut ada orang yang melihat, Karl? Bagaimana jika ada seseorang yang mengenalmu dan ini menjadi bahan gosip?” Elena mencoba bersuara lantang, meski batinnya gemetar seperti ranting kecil yang diguncang badai.

Karl hanya menyunggingkan senyum tipis yang tak menyentuh matanya. “I don’t care. Kau akan menjadi milikku setelah proses ceraimu selesai.” Ucapannya meluncur dingin, penuh keyakinan yang tak terbantahkan sebelum ia melangkah keluar tanpa menoleh lagi.

Pintu menutup dengan bunyi yang seolah menghantam dada Elena. Udara terasa lebih berat, napas yang semula tertahan akhirnya pecah dalam hela panjang yang sarat emosi. Tangannya meremas dada, mencoba meredam debaran jantung yang tak terkendali.

“Apa yang kau inginkan dariku, Karl?” bisiknya lirih. Jemarinya perlahan menyapu wajah yang memanas, berharap bisa menghapus jejak kekacauan yang ditinggalkan percakapan barusan.

“Kau benar-benar sulit ditebak,” gumamnya nyaris tanpa suara, sebelum tubuhnya jatuh bersandar lemah di sofa.

Namun meski ia memejamkan mata, bayangan Karl tetap bertahan di benaknya—menyentuh setiap sudut pikirannya dengan daya tarik yang tak terjelaskan, sekaligus membangkitkan ketakutan yang enggan ia akui.

Tak lama kemudian, suara notifikasi pesan masuk memecah keheningan. Cahaya redup dari layar ponsel menyoroti wajah Elena yang memucat begitu matanya menangkap pesan dari Karl.

Sebuah foto yang tak seharusnya ada terpampang jelas—momen terlarang ketika bibirnya bertemu dengan Karl di dalam kamar, terabadikan dalam bayangan dosa yang tak mungkin terhapus.

“Apa yang sudah aku lakukan?” bisiknya tercekik. Tangannya gemetar saat buru-buru menghapus gambar itu, seolah dengan satu sentuhan layar semua ingatan kelabu akan lenyap. Namun pesan berikutnya membuat napasnya kembali tertahan.

Karl: Ketakutanmu bahwa Gio akan tahu semuanya sudah di depan mata, Elena. Seseorang telah menangkap sebuah foto saat kau menyeretku masuk ke dalam kamar dan menciumku di depan pintu.

Mata Elena melebar, tubuhnya seakan kehilangan keseimbangan. “Bagaimana ini bisa terjadi?” gumamnya dengan suara parau. Dalam kepanikan, ia memejamkan mata, berharap gelap yang melingkupi mampu meredam gejolak hatinya.

“Kau memang sangat bodoh, Elena!” gerutunya memarahi dirinya sendiri, penuh amarah bercampur penyesalan yang menyesakkan dada. Jemarinya menekan pelipis, mencoba mengusir bayangan Karl yang terus hadir di benaknya seperti ancaman yang menari di tepi kesadaran.

Bayangan tragedi semalam merajam pikirannya—kesalahan yang seolah menyematkan rantai tak terlihat antara dirinya dan Karl.

Perusahaannya kini telah menjalin kerja sama dengan pria itu, namun hubungan profesional yang semula dingin kini terasa seperti bara api yang membakar kendali dirinya.

Karl seolah ingin lebih dari sekadar kemitraan bisnis; tatapan tajam dan senyumnya yang berbahaya menyiratkan keinginan yang tak kunjung padam. Keinginan yang membuat Elena semakin terjebak dalam labirin tak berujung.

“Argh! Karl pasti akan menjadikan ini kunci untuk terus menggangguku,” helanya dalam lelah yang melarutkan ketegaran dirinya. Seolah gravitasi emosinya kini hanya berputar di orbit Karl.

Pikirannya melayang pada cara untuk lepas dari dominasi Karl. Mungkin jika pria itu memiliki wanita lain yang mampu mengalihkan perhatiannya, Elena bisa meraih kembali kebebasannya.

Tapi ide itu terasa hampa. “Sepertinya mencarikan wanita lain untuknya itu ide yang bagus,” bisiknya dengan nada getir, meski ada kekosongan di setiap kata yang diucapkannya. “Tapi siapa kandidat wanita yang cocok untuk pria itu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
tapi kalo g diancam elena juga lama mikirnya hehe
goodnovel comment avatar
b3kic0t
sebenarnya apa tujuan karl ya? g yakin, kalau cuma mau bantuin elena pasti g ada acara ngancam begini
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
karl g dengan sengaja mengambil gambar mereka berciuman kaan?jangan2 itu ulah licik karl buat nekan elena
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status