Share

16. White Hyacinth

“Apa? Kamu bicara apa tadi? Aku nggak bisa mendengarnya dengan jelas.” Kikan menolehkan kepalanya ke belakang.

“Bukan apa-apa,” sahut Dewandra seraya memberikan senyuman. Detik itu juga Kikan langsung meluruskan pandangannya kembali ke depan.

Sebenarnya bukan sesuatu yang menyenangkan bagi Kikan berinteraksi seperti ini dengan Dewandra. Seberapa keras pun ia memikirkan, Kikan tidak bisa mendapatkan pembenaran atas interaksi mereka berdua. See? Bukankah Kikan terlalu pemikir seperti yang Manda katakan?

Kesan pertama Kikan terhadap Dewandra terlanjur kurang bagus. Hal itu dilandasi oleh sikap Dewandra kepadanya pada pertemuan pertama mereka di kelab malam. Baik beberapa waktu yang lalu maupun saat ini, pria itu benar-benar sangat menyebalkan di mata Kikan.

“Kamu nggak perlu mengantarku. Aku bisa naik taksi untuk pulang.” Kikan kembali membuka suara. “Dan untuk biaya pengobatan, aku akan membayarnya bulan depan.”

Mendengar hal itu tentu saja membuat Dewandra merasa tergelitik. Pria i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status