Home / Romansa / Terjerat Pesona Mama Temanku / Pilihan sulit untuk Adit

Share

Pilihan sulit untuk Adit

Author: Risya Petrova
last update Huling Na-update: 2025-07-18 20:41:45

“Iya. Bipolar. Gangguan suasana hati, yang ditandai dengan perubahan emosi ekstrem—dari depresi berat hingga hipomania. Tadi malam dan pagi ini kami sudah melakukan wawancara serta observasi singkat, dan tampaknya beliau pernah menjalani terapi serupa beberapa tahun lalu, namun sempat terhenti,” jelas Dokter James.

Hardian memalingkan wajah, menatap lantai. Ia tampak syok—meski tidak sepenuhnya terkejut.

Sementara Adit menunduk. Hatinya tercekat. Sebagian dirinya merasa bersalah karena tidak mengetahui ini lebih awal. Dan meyakini penyakit Bipolar yang diderita Bela juga karena masa-masa kecilnya yang buruk.

“Saat ini Bela dalam fase yang cukup sensitif. Ia sangat rentan terhadap tekanan emosional, terutama yang berkaitan dengan trauma masa lalu,” lanjut dokter James. “Kami menyarankan agar dia menjalani perawatan psikoterapi rutin, didampingi obat penstabil suasana hati yang diresepkan oleh psikiater.”

Adit mengangguk pelan. “Apa dia harus rawat inap, Dok?”

“Untuk saat ini belum. Han
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   'Es cone' ternikmat

    Sarah kembali melahapnya seperti ice cone. Mencicipi perlahan, inchi demi inchi bagian batang cone yang semakin mengeras. Adit kembali mendesau lirih. Suara khas yang beberapa kali lolos. Tak bisa ditahan.Netranya melirik ke arah Sarah yang masih mengenakan baju, walau sudah acak-acakan, tiga kancing teratas lepas. Ia menarik lengan Sarah sembari mengubah posisi.Kini Adit menimpa Sarah. Ia melepaskan seluruh celana panjangnya dengan cepat. Kini ia tak mengenakan apa pun. Tubuh atletis dengan perut rata sixpack pun tersaji di depan netra Sarah.Sarah terhenyak. Termangu kagum.Adit kembali menciumi bibir Sarah. Lalu bibirnya bergerak ke daun telinga Sarah. Memainkan daun telinga itu dengan lidahnya. Memainkan anting-anting mutiara itu dengan bibirnya. Sedangkan tangannya bergerilya pada blush yang dikenakan Sarah. Melepaskannya. Lalu menangkup isinya yang masih mengenakan bra.Dan sekali hentak kaitan bra itu terlepas. Isinya tumpah.Bukit kembar dengan puting berwarna cokelat mud

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Mencapai puncak kenikmatan

    Adit membelai wajah Sarah perlahan, seolah ingin mengingat betul tiap lekuk yang ia sentuh. Jarinya menyisir pelan helai rambut yang terlepas dari kunciran Sarah, lalu menyelipkannya ke belakang telinga. Tatapan mereka bertemu, hanya beberapa sentimeter terpisah, dan waktu seolah membeku.Sarah menatap balik, matanya berbinar walau letih jelas tergurat. Ada kelegaan. Ada cinta. Dan yang paling kentara adalah perasaan nyaman. “Aku takut kamu pergi,” bisik Sarah nyaris tanpa suara. “Aku takut kamu menghilang …,” lanjutnya dengan suara parau. “Kamu yang pernah menghilang, dan buat aku patah hati.” Adit menunduk dan menyentuhkan dahinya ke dahi perempuan itu. “Aku nggak akan pergi. Kita udah terlalu jauh untuk sama-sama menghilang kan?”Ia mengecup kening Sarah lembut, seperti mengukuhkan janjinya dalam bentuk paling sederhana dan paling sakral.Perlahan, Adit menyusuri pipi Sarah dengan ciuman, lalu turun ke dagu, dan kembali ke bibir. Tapi kali ini ciumannya lebih dalam. Tidak terburu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Kamu cemburu?

    Pintu kamar ruang rawat kembali terbuka perlahan. Adit dan Hardian masuk, langkah mereka pelan dan hati-hati, seolah takut mengusik sesuatu yang rapuh.Bela menoleh, masih dengan ekspresi datar. Tapi matanya menatap tajam ke arah mereka berdua. Sejenak, hening kembali menggantung di antara ketiganya.Adit maju lebih dulu, berdiri di sisi ranjang Bela. Tatapannya lembut, tapi dalam. Ia membuka mulut perlahan.“Bel … kami udah ketemu sama dokter yang menangani kamu. Namanya Dokter James barusan.”Bela menatapnya. Pandangannya menyipit sedikit, namun tak ada kata yang keluar dari bibirnya.“Bel, kamu ….” Adit menelan ludah. Suaranya lirih, tapi jelas. “Kamu mengidap bipolar. Itu hasil evaluasi dokter. Kamu butuh terapi rutin, dan juga pengobatan kejiwaan.”Ekspresi Bela berubah sedikit. Bukan kaget, tapi seperti mendengar sesuatu yang diam-diam sudah ia curigai sejak lama.“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Singkat. Pelan. Tapi penuh makna.“Kamu gak sendiri lagi sekarang,” lanju

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pilihan sulit untuk Adit

    “Iya. Bipolar. Gangguan suasana hati, yang ditandai dengan perubahan emosi ekstrem—dari depresi berat hingga hipomania. Tadi malam dan pagi ini kami sudah melakukan wawancara serta observasi singkat, dan tampaknya beliau pernah menjalani terapi serupa beberapa tahun lalu, namun sempat terhenti,” jelas Dokter James.Hardian memalingkan wajah, menatap lantai. Ia tampak syok—meski tidak sepenuhnya terkejut.Sementara Adit menunduk. Hatinya tercekat. Sebagian dirinya merasa bersalah karena tidak mengetahui ini lebih awal. Dan meyakini penyakit Bipolar yang diderita Bela juga karena masa-masa kecilnya yang buruk.“Saat ini Bela dalam fase yang cukup sensitif. Ia sangat rentan terhadap tekanan emosional, terutama yang berkaitan dengan trauma masa lalu,” lanjut dokter James. “Kami menyarankan agar dia menjalani perawatan psikoterapi rutin, didampingi obat penstabil suasana hati yang diresepkan oleh psikiater.”Adit mengangguk pelan. “Apa dia harus rawat inap, Dok?”“Untuk saat ini belum. Han

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Penyakit psikis

    Rumah Sakit Harapan Insan — Kamar 306, Pukul 14.05Tok. Tok.Tak ada jawaban dari dalam kamar. Adit berdiri beberapa detik, tangannya menggantung di udara. Ia sempat ragu, namun akhirnya memutar kenop pintu perlahan.Ceklek.Pintu terbuka, dan matanya langsung bertemu dua pasang mata dari dalam kamar.Bela menoleh pelan, begitu pula Hardian yang langsung berdiri dari kursinya dan tersenyum lebar, seolah kehadiran Adit adalah pertolongan yang sudah dinantikan sejak lama.“Akhirnya kamu datang juga, Dit,” ucap Hardian, mencoba terdengar santai, meski raut lega terpancar jelas di wajahnya.Adit masuk perlahan. Udara di kamar terasa lebih padat dari pada lorong rumah sakit. Kecanggungan menyelimuti suasana. Ia menatap Bela sekilas, lalu memalingkan pandangan hanya untuk menatap Bela lagi beberapa detik kemudian.Bela sendiri tak mengatakan apa-apa. Ia tidak tersenyum, tidak pula mengalihkan pandangan. Tapi matanya berbicara. Tatapan yang nyaris tak bisa disembunyikan antara kecewa dan rin

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Teguran keras

    Kantor MIMPI MEDIA — Ruang Direktur, Pukul 14.10Sarah duduk di balik meja kerjanya. Matanya menatap lurus ke layar laptop, namun pikirannya tak benar-benar berada di sana. Bekas obrolan makan siangnya dengan Adit masih mengendap kuat dalam benaknya.Kisah pahit dari masa kecil Adit dan Bela, eksploitasi mengerikan, dan trauma yang selama ini tersembunyi di balik senyum tenangnya.“Kalau aku boleh pilih … aku ingin kembali ke masa itu. Ngejagain kamu. Ngejagain Bela.”Itu bukan sekadar kalimat romantis. Itu janji moral Sarah pada dirinya sendiri.Karena kini, ia sadar: Bela bukan saingan yang patut ia cemburui. Dia bukan perempuan penggoda atau mantan pengacau hubungan. Ia hanyalah korban. Luka lama yang tidak sempat sembuh, kini terbuka lebar dan bernanah kembali. Bela hanya butuh ruang aman. Butuh seseorang yang bisa membuatnya merasa masih berarti.Itulah kenapa tadi siang, sebelum Adit keluar, Sarah menyarankan sesuatu yang besar artinya bagi dirinya sendiri.~ “Kamu harus ke ruma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status