Terjerat Pesona Mama Temanku

Terjerat Pesona Mama Temanku

last updateLast Updated : 2025-05-23
By:  Risya PetrovaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
8Chapters
12views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Adit terjebak dalam pesona Sarah—ibu sahabatnya sendiri—yang seharusnya tak boleh ia inginkan. Di balik pertemuan-pertemuan terlarang, batas moral kian memudar, sementara suami Sarah dan Hardian bisa menghancurkan segalanya jika rahasia ini terbongkar. Semakin ia berusaha menjauh, semakin ia tenggelam dalam daya tarik yang tak bisa dilawan. Tapi seberapa lama api ini bisa disembunyikan sebelum semuanya terbakar?

View More

Chapter 1

Bab 1 Suara aneh dari dalam kamar

“Ah ....”

Seketika langkah Adit terhenti di depan pintu kamar yang tertutup.

Malam ini Adit menginap di rumah Hardian. Ia dan Hardian adalah teman satu jurusan di Universitas yang sama. Beberapa bulan belakangan ini mereka menjadi teman karib karena merasa klop dan cocok satu sama lain.

Beberapa kali pula, Adit yang merupakan anak rantau di Jakarta, menginap di rumah Hardian.

Dari numpang makan, menghindari omelan ibu kos yang menagih tunggakan.

Tapi dari beberapa kali menginap, baru kali ini ia mendengar suara desau aneh yang membuat penasaran. Suara yang ia dengar terdengar manja tapi seperti butuh pertolongan. Susah menjelaskannya.

Akhirnya niat ingin pipis di malam hari, malah jadi pengen ngintip.

Suara ‘horror’ itu kembali terdengar. Membuat jantung Adit semakin berdebar.

Kerongkongan Adit tetiba menjadi kering. Rasa ingin tahunya semakin menggebu.

‘Papanya Hardi udah pulang dari luar kota kali ya?’ tanyanya di dalam hati.

Adit berdiri terpaku di depan pintu kamar itu, mencoba menenangkan dirinya. Suara aneh yang baru saja ia dengar membuatnya bimbang.

Di satu sisi, ia merasa tak pantas untuk mengintip, tapi di sisi lain rasa penasaran yang kuat mendesak pikirannya. Suara desahan itu begitu menggoda dan membangkitkan rasa ingin tahunya.

Suara tadi terdengar lagi, rintihan desah yang lebih pelan namun jelas, menggelitik keinginan Adit untuk tahu lebih banyak. 'Apa yang sedang terjadi di dalam sana?' pikirnya. Ia menggeleng pelan, mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai memenuhi benaknya.

Tapi suara itu … suara itu seolah terus memanggilnya.

'Ini nggak bener,' gumam Adit dalam hati. Namun, seperti ada daya tarikkan kuat seperti magnet yang tak bisa ia lawan. Ia pun mendekatkan telinganya ke pintu, mendengar dengan lebih saksama. Lagi-lagi suara desahan itu terdengar, kali ini sedikit berbeda, lebih intens.

Jantung Adit berdebar semakin cepat. Tangannya mulai bergerak menuju kenop pintu, meskipun otaknya berusaha menahan.

‘Apa yang kamu lakukan, Dit? Ini kamarnya Tante Sarah-mamanya sahabat kamu sendiri!’ pikirnya sendiri, tapi tubuhnya seakan bergerak di luar kendali. Dengan ragu, ia memutar kenop pintu perlahan. Pintu itu ternyata tidak terkunci.

Perlahan, Adit membuka pintu sedikit demi sedikit, cukup untuk mengintip ke dalam kamar tanpa menarik perhatian.

Sinar lampu redup dari dalam kamar menembus celah pintu yang semakin lebar. Di sudut kamar, di atas tempat tidur, ia melihat sosok perempuan. Bukan sepasang pasutri seperti yang ia bayangkan, melainkan hanya satu orang—Sarah.

Adit membelalakkan matanya. Sarah, yang ia tahu adalah mamanya Hardi itu tengah berada di sana, tetapi bukan dalam situasi yang ia bayangkan sebelumnya.

Sebelumnya, ia pikir mama dan papanya Hardian sedang bermain panas. Tapi ternyata Sarah sedang bermain solo, meracap, menyentuh dirinya sendiri.

Desau yang tadi didengarnya ternyata berasal dari Sarah, yang tanpa sadar melakukannya dalam diam malam yang tenang itu.

Adit menelan ludah. Pandangannya tetap terfokus pada tubuh Sarah yang bergerak pelan di atas kasur, bermain bersama 'mainannya'.

Wanita cantik berusia tiga puluh tujuh tahun itu, mengikuti ritme yang ia ciptakan sendiri.

Adit seharusnya menutup pintu dan pergi, tapi kakinya terpaku. Ada sesuatu dalam dirinya yang menahannya untuk berpaling. Mulai merasa tubuhnya mulai memanas, seiring dengan setiap detik yang ia habiskan menyaksikan pemandangan yang tak seharusnya dilihat.

Sekilas senyum muncul di wajahnya. ‘Ini gila!’ tegasnya pada diri sendiri. ‘Cepat pergi, tolol!’

Tapi entah kenapa ia tak bisa menghentikan diri untuk menikmatinya. Matanya tak lepas dari setiap gerakan Sarah, yang seolah-olah sepenuhnya tenggelam dalam dunianya sendiri, tak menyadari kehadiran Adit di ambang pintu.

Jantung Adit semakin berdetak lebih cepat tatkala Sarah semakin tenggelam dalam permainannya sendiri. Sepasang kaki Adit gemetar dan mulutnya ternganga. Ia benar-benar terhipnotis pada apa yang ia lihat saat ini.

Namun, tiba-tiba, Sarah berhenti.

Adit menahan napas, takut jika pergerakannya atau deru nafasnya yang tak terkendali telah menarik perhatian Sarah. Ia takut Sarah menoleh!

Tapi bukan itu. Sarah, masih dalam posisinya.

Adit kembali menghembuskan nafas pelan. Lega keberadaannya tidak diketahui.

Namun Sarah tiba-tiba merasa seolah ada yang memperhatikannya. Seperti ada sesuatu yang tak beres. Ia menoleh ke arah pintu, matanya menyapu ruangan dengan cepat.

Adit panik.

Ia segera menarik kembali tubuhnya dari celah pintu, menutupnya dengan cepat, namun cukup pelan agar tidak menimbulkan suara mencolok.

Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mulai membasahi dahinya. 'Sial ... Mamanya Hardian ngeliat aku nggak ya?!’ serunya bertanya pada diri sendiri.

Ia menunggu beberapa detik dalam keheningan, mendengarkan apakah ada suara dari dalam kamar. Namun, tak ada. Kamar itu kembali hening.

Adit menghela napas lega, meski tubuhnya masih gemetar akibat apa yang baru saja ia lakukan. Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding, mencoba menenangkan debaran jantungnya.

Kepalanya dipenuhi oleh rasa bersalah dan campuran emosi yang membingungkan. Di satu sisi, ia merasa perbuatannya tadi salah, sangat salah.

Namun di sisi lain, ada perasaan yang tak ia pahami yang membuatnya tersenyum tipis, mengingat kembali apa yang baru saja dilihatnya.

Adit masih menyandarkan tubuhnya ke dinding, mencoba menenangkan degup jantung yang tak kunjung mereda. Otaknya berkecamuk antara perasaan bersalah dan kenikmatan terlarang dari apa yang baru saja dilihatnya.

Tiba-tiba, suara keras dan lantang menghentikan pikirannya seketika.

"Adit! Ngapain di sini malam-malam?" Suara Hardian memecah keheningan.

Adit terkesiap, panik menyelimuti dirinya seketika. ‘Astaga, ketahuan!’ pikirnya dengan jantung semakin berdebar. ‘Kalau Hardian tau aku ngintip mamahnya, persahabatan kita jadi taruhannya!’ Ia berusaha berpikir cepat, mencari alasan yang masuk akal.

"Aku ... aku kebelet pipis!" jawab Adit terburu-buru sambil mencoba menjaga nada suaranya agar terdengar biasa.

Hardian mengernyit. "Pipis? Ya pipis aja lah ke kamar mandi sana! Kenapa malah berdiri di sini?"

Adit menelan ludah, berharap Hardian tidak menyadari kegugupannya. "Ehh ... iya. Tapi suara kamu pelanin dong! Ntar kebangun orang-orang!" Ia mencoba mengalihkan perhatian Hardian, berharap sahabatnya itu tidak mencurigai apa pun.

Namun Hardian tetap berbicara dengan suara kencang, seolah tidak peduli. "Emang siapa yang bakal bangun? Kamu aneh banget, Dit. Di rumah ini kan cuma ada kita sama nyokap aku aja.”

Adit semakin panik. Suara Hardian terlalu keras! Sebelum Adit bisa menghentikannya, suara itu jelas telah menarik perhatian dari dalam kamar. Ia bisa merasakan napasnya terhenti saat pintu kamar Sarah perlahan terbuka.

Sarah keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian tidur yang sudah rapi, lengkap dengan cardigan tipis yang ia buru-buru kenakan untuk menutupi tubuhnya.

Matanya tampak sedikit gelisah, tapi ia tetap mencoba menjaga ketenangannya. Dengan alis terangkat, Sarah bertanya, "Ada apa sih, malam-malam ribut banget?"

Adit terkesiap. Pandangannya langsung bertemu dengan sepasang mata Sarah. Wajahnya memucat, dan rasa bersalah kembali menyerang seiring dengan perasaan malu yang mendalam.

Dalam sepersekian detik, Adit menyadari bahwa Sarah mungkin sudah menyadari sesuatu.

Hardian menoleh ke arah mamanya, wajahnya tampak santai, seolah tak terjadi apa-apa. "Nggak ada apa-apa, Ma. Ini Adit lagi kebelet pipis aja," jawab Hardian dengan nada datar.

Sarah memandang Adit dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara curiga dan waspada.

Adit berusaha menjaga wajahnya agar tetap tenang, meskipun dalam hatinya ia ingin menghilang dari situ. Ia bisa merasakan hawa panas menyelubungi tubuhnya, dan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Sarah, si wanita dewasa yang berwajah cantik, manis dan memiliki tubuh sensual – pinggang ramping, payudara yang tidak terlalu besar tapi terlihat penuh, juga kaki jenjang yang indah itu tetap berdiri di depan pintu, menatap Adit tajam.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Cimol
Lanjut terus kak!! Ceritanya seru pol!
2025-05-23 21:02:37
0
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status