author-banner
Risya Petrova
Risya Petrova
Author

Novels by Risya Petrova

Terjerat Pesona Mama Temanku

Terjerat Pesona Mama Temanku

Adit terjebak dalam pesona Sarah—ibu sahabatnya sendiri—yang seharusnya tak boleh ia inginkan. Di balik pertemuan-pertemuan terlarang, batas moral kian memudar, sementara suami Sarah dan Hardian bisa menghancurkan segalanya jika rahasia ini terbongkar. Semakin ia berusaha menjauh, semakin ia tenggelam dalam daya tarik yang tak bisa dilawan. Tapi seberapa lama api ini bisa disembunyikan sebelum semuanya terbakar?
Read
Chapter: Ketika pertemuan di kamar 82
"Kenapa belum ada kabar juga sih, Sarah …," gumamnya pelan, nyaris seperti keluhan yang ditujukan ke dinding kosong. "Udah hampir dua jam loh. Apa dia kejebak? Apa Damar tahu?"Adit kembali membuka layar ponselnya, menatap kolom percakapan mereka. Pesan terakhir dari Sarah masih tertulis di sana: “Dit, maaf. Aku masih usaha cari celah bisa keluar. Tunggu aku ya, aku pasti datang. Kita janjian di lobi Five Hotel. Jamnya nanti aku kabari lagi.”Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, lalu bersandar ke dinding. Rasanya seperti sedang menunggu kabar hidup dan mati. Campuran cemas, rindu, dan rasa bersalah berputar-putar dalam dadanya seperti arus pusaran air yang tak pernah memberi ruang untuk napas panjang.Dan saat ia membuka mata lagi, layar ponselnya menyala. Getaran pendek menyertai notifikasi yang muncul di atas layar.Sarah: Sekarang ya Dit. Aku udah pesen kamar incognito. Kamar nomer 82. Kalau kamu duluan yang datang ke sana, bilang saja sama resepsionisnya. Ambil saja kunciny
Last Updated: 2025-07-09
Chapter: Five Hotel
Di ruang tengah, Damar tengah duduk sambil membaca tablet. Tampilannya santai, tapi ekspresinya tidak sepenuhnya lepas. Ia terlihat awas—siaga, seolah tahu kapan pun Sarah bisa membuat langkah berani lagi.Meri masuk dengan langkah ringan, tapi wajahnya dibuat sedikit tegang. Ia berhenti beberapa meter dari tempat Damar duduk.“Mar,” panggilnya pelan. Memanggil santai dan akrab karena memang Meri juga sudah kenal lama dengan suaminya Sarah itu.Damar mengangkat kepala. “Hmm?”“Aku ... aku mau minta tolong. Sarah bisa temenin aku gak? Aku harus ke rumah sakit,” ucap Meri, mencoba terdengar sungguh-sungguh.Damar mengernyit. “Kenapa ke rumah sakit? Kamu sakit?”Meri menggigit bibir bawahnya, lalu menunduk, seolah malu.“Kayaknya aku ... aku hamil.”Damar langsung membeku. Tablet di tangannya ia letakkan perlahan ke meja. Wajahnya sulit dibaca. Antara bingung, kaget, dan sinis.“Kamu ... hamil?” ulang Damar perlahan.Meri mengangguk kecil. “Iya. Aku belum pasti sih. Tapi aku telat cukup
Last Updated: 2025-07-09
Chapter: Alasan kuat
Sarah melirik jam tangan tipis di pergelangan kirinya. Jarumnya sudah melaju mendekati angka empat. Langit di luar teras mulai meredup. Angin sore bergerak lamban, membawa bau tanah dan sedikit aroma melati dari pot gantung di sudut tiang. Ia menghela napas, lalu mengajak Meri duduk di teras samping rumah. Bangku kayu panjang yang biasa digunakan Damar untuk merokok kini menjadi saksi bisu konspirasi kecil yang sedang dirancang."Mer, duduk sini bentar, yuk," ajak Sarah dengan nada pelan namun tegas.Meri mengikuti. Ia menarik kakinya naik ke bangku, duduk bersila seperti anak kecil. Bahunya menempel pada bahu Sarah. Posisi mereka sangat dekat, seperti dua sahabat yang saling mencari hangat di tengah dinginnya udara."Kamu sadar gak sih," gumam Sarah, memulai, "Kamu tuh kalau mampir ke rumah aku, selalu dadakan. Dan pasti ... selalu minta numpang kamar mandi. Keluar-keluar dari kamar mandi pasti bikin aku kaget.”Meri terkekeh, lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Sarah. "Iya ya? Ga
Last Updated: 2025-07-09
Chapter: Sulitnya bertemu
Langit kota sudah mulai menguning. Matahari menggantung malas di ufuk barat, menebar cahaya hangat yang menyusup masuk ke sela-sela jendela kosan Adit. Jam dinding menunjukkan pukul 15.07. Tapi belum ada kabar dari Sarah.Adit duduk di tepi ranjang, mengenakan kaos putih bersih dan celana jeans gelap. Rambutnya sudah disisir rapi. Bahkan ia sempat menyemprotkan parfum yang biasa ia pakai saat presentasi penting di kampus. Hal yang jarang ia lakukan sejak kuliah terasa hambar belakangan ini.Tapi sudah lebih dari tiga jam ia bersiap. Dan belum ada satu pesan pun dari Sarah.Kosan sedang sepi. Tigar belum pulang kerja. Hardian juga tidak mampir hari ini. Katanya tadi pagi ada tugas kuliah dan harus bertemu dosen pembimbing. Adit menduga memang ini hari yang tepat untuk bertemu Sarah, karena tidak akan ada yang mengganggu.Namun nyatanya, semesta seakan kembali menguji mereka.Adit menatap layar ponselnya. Membukanya. Tidak ada pesan baru.Ia menghela napas, berusaha tetap tenang. Tapi j
Last Updated: 2025-07-08
Chapter: Janji temu
“Kenapa bengong? Mikirin apaan sih Dit? Kesambet aja deh. Mana lu baru juga bangun dari sakit kan.”Suara itu membuat Adit tersentak pelan dari lamunannya. Ia menoleh cepat ke arah Hardian yang sedang berdiri di ambang pintu kamar, bersandar santai dengan satu tangan menyelip di saku celana.Hardian menyipitkan mata, lalu melirik ke arah ponsel Adit yang tergeletak di meja. Layar ponsel itu masih menyala sebentar, menampilkan panggilan terakhir dari Sarah sebelum akhirnya padam.“Udah dihubungin sama nyokap gue?” tanya Hardian kemudian.Adit mengangguk. “Iya. Baru aja tadi. Video call.”“Oh,” ucap Hardian pendek. Ia lalu berjalan masuk dan duduk di kasur Adit tanpa permisi, seperti biasa. “Mama aku cerita apa? Dia baik-baik aja kan? Tadi sama aku sempet mau ke sini, boncengan motor. Tapi Papaku maksa mama buat ikut pulang.”Adit mendengarkan. Sejenak hening ketika Hardian bercerita dan beberapa detik setelahnya, hingga akhirnya Adit kembali bersuara, “Hardi … Maapin aku ya … Aku nggak
Last Updated: 2025-07-08
Chapter: Ultimatum Damar
Sarah menatap Damar untuk terakhir kalinya, lama. Tatapannya bukan lagi takut, bukan juga penuh kemarahan. Melainkan sebuah bentuk akhir dari semua yang ia simpan selama ini. Lelah dan luka, tapi juga ada kemauan keras di matanya, untuk tidak lagi bertahan demi sebuah pernikahan yang bahkan tak layak disebut rumah tangga.Tanpa menjawab sepatah kata pun, Sarah membalikkan badan. Alas sepatunya menginjak kerikil-kerikil kecil di halaman, menghasilkan suara gesek pelan yang terdengar kontras dengan atmosfer panas yang baru saja terjadi. Damar masih berdiri di sisi mobil, membeku seperti patung. Napasnya masih naik turun kasar, tapi tak satu pun gerakan keluar dari tubuhnya ketika Sarah melangkah menjauh darinya.Sarah membuka pintu rumah besar itu. Aroma wangi pembersih lantai dan bunga artifisial menyeruak menyambutnya. Nani, asisten rumah tangga yang datang di pagi, lalu pulang di sore hari itu pasti sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Rumah itu memang bersih dan wangi. Tapi te
Last Updated: 2025-07-08
You may also like
Biarkan Aku Pergi!
Biarkan Aku Pergi!
Romansa · Selatan Dangkal
6.0M views
Saat Matanya Terbuka
Saat Matanya Terbuka
Romansa · Kesunyian Sederhana
4.7M views
Istri Gelap Tuan Arrogant
Istri Gelap Tuan Arrogant
Romansa · Ipak Munthe
4.1M views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status