Share

6. Mutiara Luxury

Baru memasuki batas kota Luxury, Aron menjumpai pria dengan pakaian mewah tak lupa mobil mustang keluaran terbaru, tengah memarahi seorang gadis dan ibunya.

"Apa-apaan itu? Tolong hentikan mobilnya," perintah Aron sembari membuka kaca jendela mobil.

Max mengintip keadaan di luar. Tentu saja ia geram dengan pria arogan itu. "Tuan, itu gadis yang saya maksud. Emm.... Sepertinya dia dalam bahaya," ucap Max yang bersimpati pada gadis itu.

"Bukan sepertinya lagi, dia memang dalam bahaya." Aron menoleh ke arah Max. "Apa kau akan diam dan menonton saja?"

"Eh? A–apa anda memberi izin untuk menyelamatkan gadis itu?" tanyanya gelagapan. Ritme detak jantung Max mulai tidak terkendali.

"Tunggu apalagi?" Tatapan Aron sinis. "Aku akan melihat aksi drama percintaan kalian," godanya dengan kegirangan. Di sisi lain Aron memiliki rencana setelah menyelamatkan gadis itu. Tentunya Aron selalu memprioritaskan segala apapun mengenai misinya.

Max salah tingkah. Kali ini ia bisa menjadi pahlawan untuk gadis incaran hatinya. Tetapi, ia berhati-hati berlawanan dengan musuhnya. Skill Max tidak usah diragukan lagi, sebagai bodyguard pribadi anak bangsawan, ia bisa melawan siapa saja.

Tangannya mengulur ke arah gadis itu. "Sayang, ayo kita pulang," ajak Max dengan suara tegas.

Gadis itu menyambut uluran tangannya. Saat tangan mereka bertautan, ia semakin menggenggam erat. Max yang mendominasi, membuat langkah pria itu mundur selangkah.

Perlahan gadis itu mendekat sampai tidak ada jarak diantara mereka. Ia memberikan sebuah kode, bahwasanya dirinya dalam keadaan bahaya. Namun hal itu disadari wanita tua disamping sang gadis dan menyeret gadis itu agar terlepas dari Max.

"Bangs*t! Siapa kau baj*ngan?!" teriaknya seakan bola matanya keluar. "Jangan bilang kau bisa kabur dariku, Angela! Cepat lepaskan tangan kotormu, baj*ngan!"

"Atas dasar apa kau menyuruhku? Dengar, kami sudah menikah. Jadi, jangan pernah mengganggu kami." Max menarik gadis itu meski dari belakang ada yang mencoba menahannya.

"Wanita b*d*h! Kau bilang anakmu yang perawan itu sebagai ganti hutang selama ini. Ternyata dia sudah bersuami. Cih!" Senyuman remehkan wanita tua itu. "Beraninya kau menipuku!" Kemarahannya menjadi-jadi.

"Tenanglah, Tuan. A–anak saya tidak seperti itu. Dia belum menikah, aku sudah menjaganya baik-baik tidak mungkin dia sudah bersuami apalagi—"

Penjelasan wanita tua itu terpotong. "Apalagi, hah?! Sudah jelas semuanya, kan?"

Wanita tua masih tak menyerah, ia menangkap kembali putrinya. "Angela, bantu ibu. Aku mohon. Katakan pada Tuan Bills kalau kau belum pernah menikah," pintanya penuh iba.

"Bantu ibu?" tanya Max sembari menepis tangan wanita tua itu. "Bahkan seekor induk anjing berani bertaruh nyawa demi anaknya."

Gadis itu mengikuti langkah kaki Max, ia bahkan tak membalikkan badan untuk menatap ibunya. Beberapa tugas terakhir membuat Max selalu melintasi area kota Luxury. Rumor mengatakan para kriminal juga mulai ikut campur agar wilayah pinggiran Atlantik menjadi bagian negara lain.

Max tidak peduli dengan wanita tua itu. Setiap kali ia melintas ke wilayah itu, bola mata Max sering mendapati Angela tertindas. Tetapi, gadis itu merasa ia diperhatikan setiap mobil yang dinaiki Max melintas, tanpa sadar bibirnya tersenyum seakan meminta bantuan.

Hari ini keberuntungan Angela bisa terbebas dari ibu tirinya. Rasa trauma melekat di dalam memori otaknya.

"Tuan, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Max sembari membuka pintu untuk sang gadis.

"Tidak baik bicara saat pintu tidak tertutup. Masuklah dulu, Max." Terlintas sebuah ide agar semua teka-teki di kota terbongkar. Walaupun ide itu sedikit egois, karena memanfaatkan orang lain untuk kelancaran misinya, Aron yakin itu adalah keputusan yang bagus.

Max duduk di belakang bersama Angela. "Lantas, bagaimana Tuan?"

"Max, aku setuju kau menikahinya," sahut Aron. Ia memang tidak tahu seperti apa percakapan yang dibicarakan bodyguard itu tadi. Tetapi dari gerak geriknya sudah pasti Max membuat kesalahan besar.

Deg. Keduanya terkejut. Mendapati dirinya tak direspon, Aron menatap mereka. "Kalian tidak keberatan bukan?"

"Sa–saya tidak tahu harus apa. Ba–bagaimana pendapatmu, Nona? Apa kau akan menerimaku?" Suaranya yang grogi begitu jelas.

Angela hanya mengangguk.

Max langsung memeluknya sangking senangnya. Aroma keringat Angela berbeda. Beberapa saat kemudian ia sadar kalau tidak seharusnya Max memberikan sebuah pelukan sebelum saatnya tiba. "Aku minta maaf." Tangannya merenggangkan pelukan itu.

"Kau mulai tidak sabar, yah," sindir Aron yang membuat kepala Max tertunduk malu. "Oh ya, siapa namamu, Nona?"

"Angela Melodi," balasnya. Jemarinya tidak bisa diam sebab gugupnya. "Terima kasih sudah menyelamatkan nyawa saya—"

"Apa perdagangan manusia terutama orang tua menjual anak karena hutang? Sepertinya itu drama klasik. Tapi, sebagai seorang wanita kau pasti memiliki perasaan jika lawan jenismu menyelamatkanmu, bukan? Ditambah pria itu tampan seperti pria di sebelahmu," sosor Aron yang terdengar gamblang tengah menjodohkan mereka.

'Ya ampun ..., kenapa tuan muda memalukan? Kalau begini terus aku tidak bisa membendung perasaanku lagi.' Max menatap Angela. Ia menunggu gadis itu memberikan jawaban.

"Sebenarnya dia adalah ibu tiri. Ayah saya meninggal karena sakit sementara ibu yang menguasai harta kami. Luxury kini tidak seperti namanya. Kematian ayah membuat perekonomian semakin memburuk. Para bangsawan mulai menempati wilayah kami. Ibu menjual semua aset sebab hobinya bermain j*di dan menggunakan obat-obatan terlarang. Itulah kenapa saya berhak memberikan hidup saya kepada orang yang menyelamatkan saya," paparnya seraya menitikkan air mata.

"Itu artinya kau bersedia menerima lamarannya tadi, kan?" tanya Aron untuk memperjelas lagi.

"Iya." Angela meraih tangan Max membuktikan kalau ia menerimanya.

Aron tersenyum. "Bagus!" Rencananya berjalan sempurna. Dengan bantuan Angela nantinya, Aron bisa mengetahui siapakah dalang perusuh wilayah Luxury. Sementara Aron bisa menebak Angela bukanlah gadis dari kalangan biasa.

Ia mengotak-atik ponselnya. Aron memiliki skill otak yang tidak buruk sebelumnya dan kini ia gunakan dengan baik. Ternyata dugaannya benar. Wanita itu adalah putri satu-satunya pemimpin kota Luxury.

Hal ini membuat Aron tidak sabar memulai aksinya, terlebih menantikan duel solonya dengan para musuhnya. Lagi-lagi ia harus menahan diri agar tidak membuat kekacauan. 'Max memang pintar dalam bidang apapun termasuk memilih seorang wanita.'

Ditengah hatinya bahagia gegara Max yang menemukan cintanya, ia muak dengan pemandangan yang tidak ia lihat. Yang ingin ia lakukan aksi dan aksi. Menonton Max yang menyelamatkan Angela saja, tidak cukup baginya melawan sendirian dengan banyak pasukan dengan para perusuh wilayah Luxury.

Setelah puas berkeliling, Aron meminta sopirnya untuk segera pulang. Ia tidak ingin membuat khawatir kedua orang tuanya itu. Aron sengaja membiarkan Max dan Angela berbincang lebih dekat. Kepala Aron bersandar di bagian sisi jendela mobil hingga ia tertidur pulas.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status