Share

7. Rencana Aron

Setibanya di kediaman Smith, langit sudah gelap. Leo dan Emily menyambutnya, sayangnya Aron masih belum bangun dari tidurnya. Max mengangkat tubuh Aron menuju kamar. Sementara Angela berdiri mematung.

"Max, siapa gadis ini?" tanya Emily. Wajah gadis itu seperti familiar, kakinya memberanikan mendekat.

"Angela Melodi. Silahkan perkenalkan dirimu, Nona. Kalau begitu saya akan mengantarkan tuan muda ke kamarnya—"

"Tidak perlu, Max," selanya lalu Leo menjentikkan jarinya setelah itu muncullah bodyguard lain. "Antar Aron ke tempat tidurnya."

"Baik, Tuan." Pria itu bergegas melaksanakan tugasnya.

Kini tinggal mereka yang tengah berkumpul di ruang tamu. Leo menebak kalau semua ini dilakukan atas perintah Aron. padahal baru sehari saja anaknya itu dia latih malah membuat kejutan.

Setelah pria tadi mengantar Aron, barulah Leo mengajukan pertanyaan lagi. "Jadi, apa tujuan semua ini?"

"Izinkan kami menikah, Tuan," jawab Max tanpa basa-basi. Ia juga tidak menyudutkan nama Aron dalam hal ini, meski sebelumnya diperintah Aron.

Emily tersipu mendengar jawaban Max. Entah kenapa ia jadi teringat akan masa lalunya. Walaupun permintaan itu dadakan, Emily bisa yakin kalau bodyguard yang setia mengabdi kepada keluarganya bersungguh-sungguh atas jawaban tersebut. Memang sudah seharusnya usia Max untuk berkeluarga.

Ia duduk di sebelah Angela. Pakaian gadis itu sangat sederhana bahkan tidak ada riasan yang menempel. Bibirnya menyodorkan senyuman ke arah sang gadis.

"Benarkah itu? Kalian akan menikah?" tanyanya berpura-pura tidak percaya.

"Itu benar, Nyonya." Angela membalas senyuman Emily.

"Tidak kusangka kau akan menikah. Tapi, aku tidak akan menghalangi kalian untuk menggelar ritual pernikahan itu. Aku memberimu izin, Max. Tapi, kau yakin dengan pilihanmu ini? Kenapa kau tidak membelikan pakaian cantik untuk gadismu? Apa selama ini gajimu tidak cukup untuk membelikannya sebuah gaun?" Leo terus mendesaknya.

Tidak jauh beda dengan Aron, Leo pun sama membuat Max tertawa di dalam hati selain itu sedikit memalukan. Namun, Max bukanlah pria yang tidak menepati janji apalagi berbohong kepada orang orang lain termasuk dirinya sendiri.

Max meraih dan menggenggam tangan Angela. "Berkat Tuan Aron, saya bisa menyelamatkannya dari sana. Setiap kali perjalanan bisnis dengan anda, saat melintasi di kota Luxury, saya bisa melihat Angela yang tertindas. Syukurlah, Tuhan memberikan keajaiban. Saya jatuh cinta pandangan pertama," jelasnya

"Aku bisa memahaminya. Dan, bagaimana orang tuamu mengenai hal ini, Nona Angela?" tanya Leo.

"Ummm...." Angela tak bisa menyampaikannya secara langsung.

"Orang tuanya sudah tiada, Tuan. Hanya ibu tiri yang tidak bertanggungjawab. Kalau tidak ada perubahan Luxury akan di ambil alih negara lain." Max menjelaskan singkat.

Suasana menjadi sunyi. Jika benar ini rencana Aron, maka Leo tidak akan menutup kemungkinan kalau Aron bertindak seperti keinginannya. Akan tetapi, Leo baru ingat gadis di depannya merupakan anak dari teman lamanya, Samuel Jons. Bola matanya terbelalak.

"Tunggu, apa benar ayahmu bernama Samuel Jons, Nona?"

Kepala Angela mengangguk. "Benar."

Leo manggut-manggut. "Kalau begitu, Max, antar Nona Angela ke kamar barunya. Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja, Nona. Mulai hari ini kau adalah keluarga kami juga."

Gadis itu hanya membalas senyuman lalu mengikuti Max dari belakang. Leo tak ingin mereka-reka mengenai firasatnya. Emily menyandarkan kepalanya di bahu Leo.

Perubahan anaknya memang selalu berubah-ubah tetapi hal ini membuat Leo tidak bisa mempercayainya. Semangat, taktik dan juga ide luar biasa apalagi yang akan diciptakan sang anak. Diusia Aron remaja, sudah memahami dunia perekonomian. Tetapi, Max membuat Aron menjadi sosok yang lebih kuat lagi.

"Apa kau pernah berfikir kalau ini semua karena rencana Aron, Sayang?" Sembari mencakup tangan kanan Leo.

"Tentu saja itu ulah Aron. Tapi, rencana itu akan menggemparkan di dunia organisasi kriminal. Padahal dia baru sehari aku latih." Leo menepuk dahinya.

Malam itu penuh makna bagi Angela, mendapatkan sebuah keadilan adalah bukti seorang yang layak dikatakan pemimpin. Kebahagiaan tersebut juga dirasakan kedua orang tua Aron. Leo, bisa menyambung tali persaudaraan yang sudah lama terjalin. Tetapi ia tak berpikir sampai mengintrogasi gadis itu.

Leo tak ingin memperpanjang membahas kedatangan Angela, pria itu memilih waktu yang pas, lebih tepatnya mendengar penjelasan dari Aron secara langsung. Emily juga mengerti keadaan kondisi gadis itu. Setelah rundingan singkat usai, keduanya juga meninggalkan ruang tamu.

Di kamar Aron....

Ia membuka kelopak matanya yang terpejam erat. Dalam hati ia ingin memperlihatkan sebuah kejutan, sayangnya Aron ketinggalan momen penting itu. Melihat langit-langit kamarnya, ia langsung bangkit dari tidurnya. Lalu, melihat jarum jam.

"Astaga!" Aron mengatur pernapasannya. Ia lupa menjelaskan kedatangan gadis asal Luxury. "Semuanya terlambat ya?" Ia kembali merebahkan tubuhnya setelah mengetahui jarum jam menunjukkan ke arah angka dua.

Tangannya mencoba menggapai benda kotak di atas meja. Bibirnya tersenyum smirk, mengingat kalau ia sudah mengetahui identitas gadis itu. Rencana menuju tujuan utamanya baru di mulai.

Aron beranjak dari kasur empuknya. Ia membasuh wajahnya. Sesekali ia menatap wajahnya sendiri di cermin. Aron cukup senang dalam kesempatan hidup keduanya menambah pengalaman baru.

Tap.... Tap.... Tap....

Suara langkah kaki Leo bisa dirasakan Aron. Ia memposisikan tubuhnya kembali ke kasur. Siasatnya berhasil membuat Leo dikelabuinya. Pria itu membenarkan selimut Aron yang terbuka.

"Apa kau mencoba menandingi ayahmu ini? Tentu saja kau bisa melakukannya, Aron. Aku tunggu itu," kata Leo di telinga Aron.

Sontak, Aron menggerakkan tubuhnya yang seakan terganggu dengan bisikan sang ayah. Tangan kirinya sengaja menyiku pelipis Leo. Hal itu membuatnya terbangun mendadak.

"A–ayah?" tanyanya pura-pura terkejut. Aron mengucek kelopak matanya. "Bukankah besok ayah punya jadwal—"

"Apa rencanamu?" selanya mendesak Aron untuk menjawab.

"Rencana? Kita bahas kapan-kapan saja, Ayah. Sebaiknya kita melanjutkan istirahat. Begadang tidak baik untuk kesehatan, Ayah," tolaknya halus. Aron bersikap acuh tak acuh ketika ayahnya masih mematung.

Leo tidak bisa memaksa kehendak sang anak. Terpaksa ia harus menunggu apa rencana yang dimaksud Aron. Ia menghela napas.

"Baiklah. Aku harap kau bisa menepati janjimu." Leo menahan tawa melihat wajah polos anaknya berakting. Dugaan Aron mengenai ayahnya yang tertipu adalah salah besar. Tentu saja ilmu Leo lebih tinggi darinya itu bisa menebak.

Aron lega setelah Leo meninggalkan ruangan kamarnya. "Apa ayah sudah tahu kalau pernikahan Max dan Angela itu rencanaku?" pikirnya.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha melupakan kejadian konyol barusan. Akan tetapi, kini Aron bisa melanjutkan tujuan utamanya. Ia melihat denah peta negara Atlantik. Ia juga meneliti pekerjaan apa yang lebih cocok untuk gadis cantik calon istri Max.

"Angela adalah informan yang bagus. Dilihat dari latar keluarganya, ia bukan dari kalangan biasa. Kecantikannya itu bisa dikatakan sebuah senjata. Aku akan memberikannya modal untuk usaha parfum padanya. Dengan begitu ia akan mendapatkan informasi lebih dalam untuk kasus-kasus lain," gerutunya sembari menulis semua rencananya di masa depan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status