Komen dan Vote yaa :)
"Mom. kenalkan ini Irine. Temanku dulu sewaktu di Jakarta. Irine melanjutkan study nya bidang hukum ke Amerika dan sejak itu kami jarang komunikasi karena dia sangat sibuk. Irine, ini Ibu mertuaku, Janette" Alin memperkenalkan Janette ke Irine dan Irine ke Janette. Janette mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Irine yang di panggil 'Love' oleh Alin tersebut dengan hangat dan tersenyum ramah. "Halo Nyonya Janette" sapa Irine sopan. "Senang berkenalan denganmu, Irine. Mari kita bicara di meja makan" sambut Janette. Janette mengerling ke arah Alin dan menggedikkan sebelah alisnya naik yang di sambut Alin dengan kuluman senyumnya. Alin, Janette dan Irine menikmati makan malam sambil berbincang dan Alin bersama Irine masih melanjutkan mengobrol di ruang tamu. Nyonya Janette ijin ke kamarnya karena ada pekerjaan pribadinya yang harus dia selesaikan. "Rin, aku butuh bantuanmu" ucap Alin setelah berbincang lama dan berbasa basi ini itu, mengungkapkan tujuannya menghubungi sahab
"Keita, bawa aku ke tempat penjara Riri di tahan. Ada yang mau aku konfirm secara pribadi padanya" tutur Irine setelah berada di dalam mobil yang di kemudikan oleh Keita. "Hm" Keita menjawab singkat dengan deheman. Mobil yang dikemudikan Keita berhenti di depan kantor polisi, Irene langsung turun menuju polisi jaga di Ikuti Keita yang memakai topi untuk menutupi wajahnya karena sejak Keita di jadikan tersangka, dia tidak di ijinkan keluar dari kediaman Yuan seperti jaminan Janette kepada pihak kepolisian. Irine memperlihatkan kartu pengenalnya kepada polisi jaga, lalu salah satu polisi membawa Irine suatu ruangan di ikuti Keita yang tetap diam di belakang Irine. Keita bersandar di tiang jendela di bagian pojok yang minim penerangan. Sedangkan Irine duduk di kursi membelakangi arah pintu masuk. Tidak lama Riri masuk ke dalam ruangan di antarkan petugas polisi yang kemudian petugas tersebut berjaga di pintu. "Irine!?" pekik Riri senang saat mengetahui siapa yang menemuinya malam-m
Alin berada di dalam helikoper pergi mencari Sky dan Nicholas ke laut. Matanya nanar melihat ke arah laut di bawahnya, helikopter terbang sangat rendah dan dekat dengan permukaan laut. "Sky! Och itu Sky dan Nicholas! Tolong ... cepat angkat mereka!" Alin berteriak kencang akan tetapi suaranya seperti ada yang meredam, tidak bisa keluar. Alin melihat kesal ke sekeliling, tim SAR banyak yang menyebar menggunakan sekoci dan kapal mengelilingi permukaan laut namun tidak satupun yang mendengar teriakan Alin begitu juga pilot helikopter. "Tidak, tidak!! Sky ... Nic! Please ..." rintih Alin histeris saat melihat tubuh Sky ada di atas sepotong papan kayu sampan rusak dimana Nicholas terus memegang papan sampan kayu tersebut dan tubuhnya seluruhnya berada di dalam air, keduanya terombang ambing oleh ombak. Alin berniat terjun menggunakan tali untuk membantu menyelamatkan suaminya yang memejamkan mata dan Nicholas yang juga terlihat tidak sadarkan diri, dia sama sekali tidak peduli jika
Alin sedang membaca dokumen yang berkaitan dengan Riri di ruang kerja Sky ketika Seiji datang menyusulnya yang juga membawa dokumen di tangannya dan di letakkan di depan Alin. "Kata Mr. Philippe, kamu mau bertemu Riri? Kamu pasti membutuhkan ini" ucap Seiji lalu melangkah ke samping Alin yang duduk di kursi, ikut melihat membaca dan memperhatikan dokumen yang di lihat oleh wanita itu. Brook terus memperhatikan gerak-gerik Seiji di sekitar Alin, meskipun Nicholas belum di temukan dan tidak tahu kabar beritanya tapi Brook akan tetap memenuhi kewajibannya dalam menjaga dan melindungi Alin seperti perintah Nicholas padanya. "Kamu memata-mataiku!" sungut Alin menoleh ke arah Seiji saat dia melihat dokumen yang di berikan oleh Seiji padanya. "Ya, dulu aku memata-mataimu" Seiji duduk di kursi di depan meja Alin dan menumpukkan paha kanan di atas paha kirinya sebelum dia berbicara lebih lanjut. "Brook, katakan pada Alex untuk menyiapkan hidangan untuk malam ini. Aku berniat mengundang
Nicholas sampai di hadapan Sky Yuan yang sedang duduk di atas dipan kayu. Mata biru Sky menatap Nicholas namun mulutnya diam tidak berbicara. Sky memperhatikan keadaan di dalam ruangan berdindingkan bambu yang di rakit seperti sulaman. Ada meja, dua dipan dimana yang satunya sedang dia duduki. Sky kembali menatap ke arah Nicholas yang terpaku tidak berkedip memperhatikannya. "Kamu siapa? Apakah kamu yang membawaku ke sini? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Sky kepada Nicholas. Nicholas berjalan perlahan ke arah Sky, di pintu masuk Bapak Tua yang bernama Benz membawa teh hangat di tangannya dan meletakkannya di atas meja. Benz juga memperhatikan Sky lalu berpandangan dengan Nicholas. "Benz yang menyelamatkan kamu dan juga aku. Aku adalah saudara kembarmu, Nicholas. Apakah kamu tidak ingat apa yang terjadi?" ucap Nicholas sambil menarik kursi di dekat meja ke depan Sky Yuan. "Kembar? Siapa namaku? Apa yang sudah terjadi?" tanya Sky dengan kening berkerut menatap Nicholas. "Ya. k
Alin tiba di gedung perkantoran Yuan Corp setelah tadi menemui Riri di penjara selama tidak lebih dari 10 menit. Alin langsung memasuki ruang kerja suaminya, Sky di iringi oleh Irene di belakangnya. Seiji memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan dan tidak ingin Alin tahu kemana dia pergi akan tetapi menjanjikan akan kembali ke kediaman Yuan di sore harinya. "Sampai kapan kamu akan diam Irine?" tanya Alin sambil duduk di kursi kebesaran Sky, menatap ke arah Irine yang duduk di seberang mejanya. Irine tentu saja tidak mengerti apa yang di maksud oleh Alin. Dia merasa baik-baik saja, tidak ada rahasia yang dia sembunyikan kecuali yang satu itu. "Aku pikir kamu tulus mencintaiku sebagai sahabatmu .... " lanjut Alin, menatap mata Irine lekat-lekat sambil menghela nafas. "Aku tidak mengerti apa maksudmu, Baby?" jawab Irine dengan gayanya yang cengengesan melirik Alin dan mengedipkan kedua bola matanya menggoda wanita di depannya itu. "Kamu dan aku adalah saudari se-Ayah, b
Kehadiran Irine membuat Alin jauh lebih rileks apalagi mereka juga saudari satu ayah dan Alin sangat paham bagaimana ketulusan Irine padanya.Daffa ikut merasakan tenang di dalam hatinya, melihat keakraban Irine dengan Alin."Daf, kenalkan ini Irine, saudariku," Alin memperkenalkan Irine pada Daffa."Welcome Nona Irine, salam kenal. Saya Daffa," Daffa mengulurkan tangannya yang di sambut Irine hangat."Akhirnya bisa bertemu Nona Irine secara langsung," lanjut Daffa yang di tanggapi dengan senyuman oleh Irine."Ya, apakah tawaran yang di kirimkan pada saya waktu itu masih berlaku?" tanya Irine berterus terang. Daffa melirik ke Alin yang di balas Alin dengan anggukan kepala.Mereka bertiga pindah duduk di sofa, "Tentu Nona, tentu masih berlaku. Kami akan menyiapkan surat perjanjian kerjasama Yuan Corp dengan agency Nona Irine secepatnya," tutur Daffa sopan yang di anggukin antusias oleh Irine.Mereka be
Alin bangun dinihari, sudah mandi dan langsung fokus membaca laporan yang di bawa Daffa dan Jonathan saat makan malam semalam. Janette juga memberikan laporan yang dia bawa dari Hong Kong untuk Alin."Jangan kuatir, Mommy dan mereka berdua akan melindungimu. Yang penting kandunganmu aman. Hem?" ujar Janette pada Alin saat melihat gamang di wajah Alin ketika melihat laporan-laporan di hadapannya.Alin membolak-balik lembaran demi lembaran laporan yang di berikan Janette juga laporan dari Jonathan dan laporan dari Daffa. Ada satu laporan lain yang terselip yang semalam belum ada. Alin membukanya dan isinya sangat relevan dengan tiga laporan yang sudah di baca Alin, bahkan laporan terakhir ini adalah kunci untuk perusahaan Sky bisa bertahan."Nona sudah bangun? Mau di buatkan sarapan sekarang?" Mr. Philippe mengetok pintu kamar Alin dan melihat Nona muda nya sudah rapi dan duduk di sofa membaca laporan."Hm, boleh aku minta zuppa soup dan mashed pota