LOGINSaat akad hendak berlangsung, calon istri Athar tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Di tengah kepanikan dan rasa malu, sang ayah memutuskan menggantikan mempelai dengan gadis asing yang bahkan yang tak dikenal Athar. Pernikahan tetap berjalan demi kehormatan keluarga, namun sejak hari itu, Athar harus menerima takdir dan menemukan makna cinta dari pernikahan yang tak pernah ia rencanakan.
View MoreBAB, 01.
🌻 Athar mondar-mandir di ruang tunggu dengan ponsel di tangannya. Jemarinya terus menekan nomor yang sama, namun hanya nada sambung yang terdengar. Wajahnya pucat, keringat dingin mengalir di pelipis. " Angkat, tolong...jangan begini..." gumam Athar lirih, menatap layar ponselnya yang kembali menunjukkan tulisan tidak dapat dihubungi. Pintu ruang tunggu terbuka. Sang ayah masuk dengan wajah tegang. " Athar, " suaranya berat, menahan emosi, " mana calon istrimu? tamu sudah menunggumu hampir satu jam. " Athar menunduk, suaranya bergetar." Ayah...aku sudah mencoba menghubunginya berkali-kali. Dia tidak menjawab, bahkan pesan pun tidak dibaca." Ayah menarik napas panjang, menatap sekeliling gedung yang mulai dipenuhi bisik-bisik tamu. " Kau tahu apa yang sedang mereka bicarakan di luar sana? Mereka bilang pernikahan ini batal. Mereka bilang keluarga kita di permalukan." Athar menggigit bibirnya, hatinya terasa hancur. " Aku..., aku tidak tahu, Yah. Tadi pagi dia masih mengirim pesan, bilang sudah bersiap." Ayah mengepalkan tangannya. " Kita tidak bisa terus menunggu. Waktu berjalan, dan setiap detiknya membuat nama kita semakin jatuh. " Athar menatap ayahnya dengan mata memohon." Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Sang ayah menatapnya tajam, lalu berkata pelan namun tegas, " kalau dia tidak datang juga...ayah akan carikan penggantinya. Hari ini akad akan tetap berjalan, Athar. Aku tidak mau menanggung malu. " Athar terdiam. Suara riuh rendah tamu di luar terasah seperti gemuruh yang menghantam dadanya. Dunia seakan berhenti di antara detik itu- antara cinta yang pergi dan kewajiban yang memaksanya bertahan. 🌻 Di sisi lain.... Di ruang tunggu yang dipenuhi aroma bunga dan riuh pelan para tamu, Aylin duduk di sudut kursi panjang. Jemarinya sibuk menggulir layar ponsel, meski pikirannya tak tenang. Waktu sudah lewat satu jam dari jadwal seharusnya, namun belum ada tanda-tanda pengantin perempuan datang. Suasana gedung mulai dipenuhi bisik-bisik tidak nyaman, hingga langkah seorang laki-laki paruh baya mendekat kearahnya. Jas hitamnya tampak sedikit kusut, wajahnya tegang. " Kamu, Aylin bukan? asisten perias pengantin?" Aylin menatap gugup, " i-iya, pak. Ada yang bisa saya bantu? " Laki-laki paruh baya yang ternyata adalah ayah dari calon mempelai pria tersebut terlihat menarik napas berat. " Calon menantu saya...dia hilang. Tidak bisa dihubungi sama sekali. Orang-orang sudah saya suruh mencari, tapi hasilnya nihil." Aylin tertegun, " hilang? Maksud Bapak, kabur?" Ayahnya Athar mengangguk pelan, wajahnya muram. " Entah apa yang ada di pikirannya. Tapi, pernikahan ini tidak boleh batal. Nama keluarga kami di pertaruhkan. " Aylin hanya bisa diam. Ia tidak tahu harus berkata apa, hingga lelaki itu menatapnya dalam-dalam. " Nak Aylin, maukah kamu bantu saya? Jadi penggantinya Melody. Jadi pengantin Athar. " Aylin mendadak berdiri, " apa? Tidak mungkin, pak. Saya hanya asisten perias, bukan-" Lelaki paruh baya itu menyela, " sepuluh miliar. Itu yang akan kamu dapatkan kalau kamu mau membantu keluarga kami. " Suaranya terdengar penuh tekanan. Mata Aylin membulat. Angka itu terngiang begitu jelas di telinganya. Uang sebanyak itu bisa menjadi obat bagi ibunya yang tengah sakit keras. " Sepuluh...miliar? " gumamnya lirih. " Ya. Semuanya akan saya urus. Kamu hanya perlu berdiri di pelaminan itu. " Ujar Pak Ardian Abimanyu. Aylin menunduk lama, pikirannya berkecamuk antara logika dan kebutuhan. Hingga akhirnya, dengan suara yang nyaris tidak terdengar, ia berkata, " baik, Pak...saya akan melakukannya. " Beberapa jam kemudian, kabar itu sampai kepada Athar. Lelaki itu langsung mendatangi ruang rias dengan langkah cepat, wajahnya pucat menahan emosi. " Ayah, ini...lelucon, kan'? " Athar menatap ayahnya penuh harap. " Tidak ada pilihan lain, Athar. Melody kabur, dan gadis ini bersedia untuk menikah denganmu. " Ucap ayah sembari melirik kepada Aylin. Athar menatap Aylin dengan memasang wajah tak percaya." Lo? dari semua orang, kenapa harus Lo? Apa Lo lupa apa yang pernah terjadi waktu SMA? " Aylin menunduk, dengan suara pelan ia menjawab." Saya juga tidak mau, tapi...saya juga butuh uang itu." Athar mengalihkan pandangannya dari Aylin, dan kini Athar menatap ayahnya." Athar gak mau menikah dengan dia. " Pak Adrian memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana panjangnya. " Kalau begitu,lupakan warisanmu. Ayah akan mencabut semua hakmu sebagai pewaris." 🌻 BERSAMBUNG...BAB, 60. 🌻 Akhir pekan itu tiba dengan hangat. Mentari bersinar lembut di langit, angin pantai menari di rambut Aylin yang dibiarkan tergerai. Athar memandangnya dari belakang kemudi, hatinya berdebar lebih kencang dari biasanya. Aylin, dengan senyum malu-malu dan pipi merona karena angin laut, tampak seperti gadis yang selalu membuatnya jatuh cinta- bukan hanya sebagai istri, tapi sebagai sahabat, teman, dan cinta sejatinya. Mereka berjalan beriringan di pasir, sepatu dilepas, kaki mereka menyentuh air yang dingin namun menyenangkan. Athar sesekali menggenggam tangan Aylin, perlahan, seolah takut memutuskan momen itu. Aylin menatapnya, matanya bersinar, dan di sana ada kepercayaan yang mendalam, sebuah rasa aman yang selama ini sulit ia temukan. "Lihat, Athar… ini indah," kata Aylin, menunjuk garis laut yang berkilau di bawah matahari. Athar tersenyum, memiringkan wajahnya mendekat, menatap mata Aylin. "Indah? Itu karena ada kamu di sini," bisiknya, hampir terdengar sebaga
BAB, 59. 🌻 Pukul sembilan pagi, ruang CEO dipenuhi cahaya hangat yang menembus jendela besar. Athar duduk di belakang mejanya, wajahnya cerah, hampir tidak seperti biasanya. Ada kelegaan yang tak bisa disembunyikan-hari ini, Aylin memilih untuk berhenti bekerja, fokus mengurus rumah tangga, dan Athar tahu itu adalah keputusan yang tepat baginya. Namun, di balik senyum itu, ada beban yang harus ia lepaskan. Gosip-gosip karyawan tentang Aylin-bahwa ia menikahi Athar demi uang sepuluh miliar-telah menyebar seperti api kecil yang siap membakar reputasi istrinya. Athar menatap sekilas ke luar jendela, menarik napas dalam, lalu berdiri. Langkahnya mantap ketika ia melangkah ke ruang pertemuan, di mana seluruh tim menunggu dengan rasa penasaran dan sedikit ketegangan. Suara Athar terdengar, tegas namun penuh emosi: "Aylin memilih untuk berhenti bekerja bukan karena alasan yang kalian dengar atau pikirkan. Semua gosip tentang uang, tentang motivasi pribadi-tidak ada yang benar." Ada he
BAB, 58.🌻Melody tertunduk sangat dalam, Athar menatapnya dengan tatapan rasa iba." Seperti yang kamu ketahui, kalau aku pergi karena Papah aku di kejar depkolektor waktu itu." Ucap Melody seraya mengangkat wajahnya dan menatap Athar," maaf, karena aku sudah meninggalkan kamu waktu akad." Athar tertunduk. Dulu memang Athar sangat kecewa, sangat merasa tidak bisa hidup jika tidak dengan Melody. Namun nyatanya, seiring berjalannya waktu, Aylin, gadis itu telah menyembuhkan lukanya secara perlahan." Tidak perlu ada yang di salahkan, Mel. Aku ngerti, anggap saja semuanya memang harus begini. Karena- ya...terjadi begitu saja." Athar balas menatap," aku harap, kamu bisa lebih bahagia." Melody tersenyum tulus, " aku akan pamit. Mungkin beberapa waktu ini- aku akan meninggalkan Indonesia. Ah, aku akan kerja di Taiwan bareng temen aku. Kalau begitu, sampaikan salam maafku kepada Aylin." Athar mengangguk tulus.~~~Malam itu, hujan turun tipis- hanya cukup untuk membuat udara dingin meny
BAB, 57.🌻Pipi Melody terasa panas..Suara tamparan itu masih menggema di telinganya, lebih nyaring dari detak jantungnya sendiri. Kepalanya sedikit menoleh ke samping, rambutnya jatuh menutupi wajah yang kini memucat. Ia berdiri terpaku di ruang tamu rumah yang dulu terasa hangat, kini pengap oleh bau keputusasaan." Papa tidak peduli dengan alasanmu!" hardik sang papa, napasnya tersengal. Matanya merah, bukan hanya oleh amarah, tapi juga oleh ketakutan yang terlalu lama ia pendam. " Kamu harus kembali ke Athar. Dia masih mencintaimu. Kamu bisa memperbaiki semuanya."Melody perlahan mengangkat wajahnya. Matanya berkaca-kaca, namun suaranya tetap bergetar tertahan. " Tidak, pah." Ia menggeleng pelan. " Aku tidak akan merusak hubungan Athar bersama istrinya. Aku sudah cukup menyakitinya...aku meninggalkan Athar di hari pernikahan kami. Luka itu...aku yang menorehkannya."Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Bayangan wajah Athar, tatapan hancur yang tak sempat ia jelaskan, kembali meng






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews