Terms and Heart

Terms and Heart

last updateLast Updated : 2025-09-07
By:  Peejay Updated just now
Language: English
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
139views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

It was a deal, Joanne would play the part for one year…Nothing more and Alexander was untouchable but along the line something changed. She became his weakness. Now, with emotions running deep and a contract hanging by a thread… how will things play out.

View More

Chapter 1

Chapter 1

“Perusahaanku bisa hancur kalau proyek itu terlepas dariku.”

Brak!

Emily Laurdent membanting setirnya kesal kala mengingat ucapan William, suami buta yang dinikahinya karena perjodohan bisnis sejak dua tahun lalu.

Selain mengekang dan posesif, dia juga tak pernah mau mengerti Emily.

Kesabarannya selalu diuji.

Belum lagi, Emily masih tidak mengerti mengapa keluarganya tiba-tiba mengganti pengantin prianya menjadi William. Padahal, jelas-jelas mereka semua tahu Emily mencintai Hendrick, adik tiri William, dan sudah berpacaran sejak SMA.

Wanita 23 tahun itu lantas meraih ponsel dan segera mencari nama pria yang sebenarnya Hendrick. Namun, panggilannya berakhir tanpa jawaban.

Berulang kali Emily menelpon, tetap saja, tidak ada jawaban.

Frustrasi, wanita itu lantas memutuskan untuk langsung menuju rumah Hendrick.

Hanya saja, langkahnya terhenti oleh suara tawa yang datang dari taman samping rumah.

Dengan hati-hati, Emily melangkah ke arah sumber suara, rasa ingin tahu mengalahkan rasa sopan.

Dia berhenti di balik dinding taman dan menguping. Napasnya tercekat ketika dia menyadari siapa wanita itu.

Itu Jessica, sahabatnya sendiri. Namun yang lebih mengejutkan adalah isi pembicaraan mereka.

“Aku sudah tidak tahan lagi berpura-pura mencintai Emily. Kalau dia mau menyerahkan proyek besar itu, aku akan langsung membuangnya ke tempat sampah dan menikahimu, Jessica.”

Emily menutup mulutnya.

Tubuhnya membeku seketika. Bagaimana bisa pria yang dicintainya itu berselingkuh dengan sahabatnya dan merendahkannya sedemikian rupa?

Padahal, selama ini wanita 23 tahun itu selalu membelanya. Bahkan tadi dia masih berusaha keras mengambil proyek yang dimaksud meski William terus memperingatkan dirinya.

Sayangya, ini semua nyata. Tawa Jessica menyadarkan Emily akan itu semua. “Benar-benar kasihan dia. Tapi kalau proyek itu kita dapatkan, hidup kita akan sempurna.”

“Ayolah, kenapa kau kasihan padanya? Selain wajahnya yang cantik, dia tidak memiliki apapun yang menyenangkan. Bahkan, otaknya itu tidak lebih baik dari pada seekor keledai,” ucap Hendrick itu lagi, “Kalau proyek besar itu ada di tanganku, maka aku bisa menyingkirkan William, kakak tiriku yang tak berguna itu, dengan mudah. Yah, bila perlu membuang William dan Emily langsung ke penangkaran singa.”

Emily memejamkan mata, berharap semua ini hanya mimpi buruk.

Tapi kemudian, suara ciuman mereka yang terdengar jelas memaksanya membuka mata lebar-lebar.

Emily tidak bisa mendengar lebih banyak lagi. Dia mundur perlahan, memastikan tidak ada suara yang membuat mereka menyadari keberadaannya.

Dengan langkah goyah, dia kembali ke mobilnya.

Emily pun segera duduk di belakang kemudi, tetapi tangannya terlalu gemetar untuk memegang setir dengan baik.

Dia menggigit bibirnya keras-keras, mencoba menahan tangis. “Bagaimana bisa...?” bisiknya, air mata mengalir di pipinya.

Orang yang selama ini dia percayai, telah menghancurkannya dalam sekejap.

Tanpa berpikir panjang, dia menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Namun, pikirannya masih terlalu kacau.

Saat Emily mencoba mengendalikan mobilnya, dia tidak menyadari bahwa jalanan mulai berbelok.

Belum lagi, rem mobilnya mendadak blong!

Kendali setir semakin sulit. Dan akhirnya, dalam sekejap, mobil itu menabrak pembatas jalan dengan keras.

Brak!!

Bunyi dentuman menggema di udara.

Emily terhuyung ke depan.

Kepalanya membentur kemudi.

Pandangannya mulai kabur, tubuhnya terasa berat dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

“William, maafkan aku...” gumam Emily sebelum matanya benar-benar tertutup.

****

“Akkh…” erang Emily kala membuka matanya perlahan.

Rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya.

Menyesuaikan pandangannya yang kabur, Emily menatap langit-langit putih di atasnya dan cairan infus yang menggantung di samping tempat tidur.

“Aku di rumah sakit?” pikirnya sambil mencoba memahami situasinya.

Namun, sebelum sempat mencerna semuanya, dia tersentak saat merasakan sentuhan lembut di tangannya.

“Emily?” suara itu pelan, penuh perhatian.

Emily mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

William...

Pria itu duduk di sisi tempat tidur.

Wajahnya terlihat murung, seperti menahan rasa sakit di hatinya.

Mata William yang buta menatap kosong ke depan.

Namun, entah bagaimana, seolah dia tahu Emily telah sadar.

“Emily, apa itu tadi suaramu?” tanya William dengan suara lembut. “Kau kesakitan? Kau sudah bangun?”

Emily menggigit bibir bawahnya, menatap pria itu dalam diam.

Hatinya terasa sesak.

William selalu peduli dan memperhatikan dirinya meski ia sendiri menghadapi banyak kesulitan.

Kebutaan William tidak pernah membuatnya menyerah.

Namun, Emily justru sebaliknya.

Selama dua tahun pernikahan mereka, Emily hanya memberikan tambahan rasa sakit pada pria itu.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Emily. Ingatannya berputar, menampilkan bayangan-bayangan masa lalu.

Selama ini, ia memberontak, bersikap dingin, bahkan terang-terangan menunjukkan cintanya pada Hendrick.

Semua itu dilakukan tanpa peduli pada hati William.

“Kenapa dia masih sudi untuk berada di sini?” pikir Emily penuh sesal.

Isakan kecil meluncur dari bibirnya.

Di sisi lain, William yang mendengar suara itu langsung panik.

“Emily? Kenapa kau menangis? Apa yang sakit? Robert! Robert!” seru William sambil berusaha berdiri.

Tak lama, pintu kamar terbuka memperlihatkan asisten William itu dengan wajah khawatir. “Saya datang, Pak William?”

“Emily sepertinya menangis,” kata William, suaranya penuh kepanikan. “Tolong panggilkan dokter, cepat.”

Robert mengangguk dan segera memanggil dokter. “Baik, Pak.”

Beberapa menit kemudian, dokter masuk dan memeriksa Emily dengan seksama.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter berkata, “Nona Emily baik-baik saja. Luka di kepalanya tidak terlalu parah meskipun sempat mengeluarkan darah. Dia hanya perlu istirahat total selama beberapa hari ini.”

Mendengar kabar itu, William menghela napas lega. “Syukurlah,” gumamnya.

Setelah dokter pergi, suasana menjadi hening.

Emily hanya menatap William, sementara pria itu diam, seolah memikirkan sesuatu.

“Emily.” Suara William memecah keheningan. “Aku sudah memutuskan. Jika bercerai adalah yang terbaik untukmu, aku akan melakukannya. Jangan khawatir. Robert akan bantu mengurus perceraian kita.”

Deg!

Emily terkejut. Kata-kata itu menghantam hati Emily seperti petir di siang bolong.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status