"Andini, apa kamu kenal dengan foto ini?" tanya Ressa memperlihatkan foto yang dia bawa. "Aku tidak tahu, Ressa." Andini menjawab begitu singkat, setelah beberapa saat dia terdiam."Coba kamu perhatikan dulu, Andini," pinta Ressa memelas."Aku tidak mengenalnya, Ressa. Kalau pun aku tahu pasti aku akan memberitahu semuanya. Sayangnya aku tidak tahu," kata Andini, kemudian sibuk kembali dengan bacaan di depannya.Ressa termenung, sudah dari semalam dia memikirkan foto tersebut. Dari riasannya, terlihat wanita tersebut seperti seorang pengantin. Ressa memperhatikan foto tersebut dengan teliti, tapi tetap saja Ressa tidak tahu siapa dia."Mungkin itu ibumu saat masih muda," celetuk Andini, saat melihat Ressa bengong."Ibuku tidak punya tahi lalat. Tunggu .... Kenapa wajah kamu bagitu mirip dengan foto ini." Resa membandingkan foto yang berada di tangannya dengan Andini di depannya. "Bukannya di dunia ini setiap manusia memiliki 7 kembaran? Jangan berpikir kalau dia adalah ibuku. Aku m
"Jaga bicaramu, Sekar!" seru Ressa penuh tekanan. Ressa tidak percaya dengan apa yang Sekar katakan. Jika benar Ayahnya menyembah sesuatu untuk kepentingan dunia, maka tidak mungkin kepalanya kena hantaman kapak. Tidak mungkin sesuatu yang disembah, melukai penyembahnya dengan cara tidak masuk akal. Lagipula luka yang Zaki alami bisa diobati dengan tenaga medis. Orang misterius itu juga melayang menggunakan tali, bukan menghilang meninggalkan kepulan asap."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri," kata Sekar dengan tatapan begitu yakin."Omong kosong macam apa ini? Atau mungkin kamu dibalik semua ini?" "Apa maksudmu?" tanya Sekar heran.Ressa terdiam, tidak mungkin jika dia harus menceritakan teror yang dialaminya pada Sekar."Jangan pura-pura kamu! Ada masalah apa kamu dengan keluargaku!?""Hahaha .... Dasar orang gila," gumam Sekar, kemudian meninggalkan Ressa yang masih diselimuti amarah."Ressa, ayo masuk," ajak Andini."Andini, apa Sekar termasuk dalam hal ini?" tanya Ressa denga
"Non, ini saya, Tomo."Ressa menghentikan teriaknya. Matanya terbuka secara perlahan. Sedikit demi sedikit orang yang berada di depannya terlihat jelas. Tomo berdiri dengan jas hujan warna hitam melekat di tubuhnya, serta cangkul yang dia pikul di atas bahunya. Untuk sekilas Tomo memang terlihat seperti hantu, apalagi rambutnya yang panjang terlihat begitu menyeramkan."Pa-Pak Tomo," kata Ressa tergagap."Iya Non, ini saya. Tadi saya kehujanan dan pulangnya kemalaman, banyak pekerjaan yang tadi saya kerjakan," ucap Tomo menahan rasa dingin di tubuhnya."Kenapa harus lewat pintu utama?" tanya Ressa heran. "Pintu belakang terkunci, sepertinya Rosmi sengaja menutupnya," jelas Tomo.Ressa menghela nafasnya. Jelas terkunci karena memang ini sedang hujan dan pintu belakang sedikit rusak apalagi dalam keadaan hujan."Masuk, Pak."Tidak banyak bicara lagi, Ressa menyuruh Tomo untuk masuk. Namun sebelum itu, Ressa menyuruh Tomo agar melepas jas hujannya dulu."Tomo," seru Zaki heran, Tomo data
"Saya kurang tahu, Non," jawab Tio.Perlahan Ressa bangkit sambil menahan nyeri di bagian lehernya. Orang rumah tidak ada yang bangun, selain Tio. Aneh, padahal keributan terjadi cukup lama dan menimbulkan suara keras."Biar saya bantu, Non," kata Pak Tio menawarkan bantuan."Tidak usah Pak, terimakasih. Bapak istrirahat saja sepertinya Pak Tio kelelahan," ucap Ressa menolak secara halus. Ressa berjalan ke atas kamarnya kembali. Namun tiba-tiba saja ...."Aaaaaaaaa .... "Ressa terpleset tepat saat dia akan menginjak tangga terakhir. Tubuhnya menggelinding ke bawah, kepalanya juga beberapa kali terbentur. Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, tulang-tulangnya terasa linu akibat benturan pada tangga. "Pak Tio .... " panggil Ressa dengan suara lemah. Dia tidak bisa berdiri walaupun sudah beberapa kali mencobanya, kakinya keseleo. Tio pun tidak nampak batang hidungnya saat dia memanggilnya, mungkin Tio sudah kembali beristirahat di kamarnya. Ressa beringsut mendekati anak tangga, ke
Ressa melihat dengan jelas sekali, lampu yang berada di atas pecah. Tanpa berkata apa-apa Ressa berlari memastikan hal lainnya. Tio termenung menatap tali yang baru saja di potong oleh majikannya. Semakin hari semakin terlihat, ketidakberesan di rumah keluarga Herlambang. Tio bekerja di sana baru beberapa tahun saja, setelah Zaki dan Ajeng menikah. Ajeng, ibunya Ressa. Tio belum mengetahui sepenuhnya tentang rumah tersebut."Kenapa jadi merinding disko gini, ya?" gumam Tio pada dirinya sendiri. Tio meninggalkan taman yang sedang di bersihkannya dengan perasaan tidak enak. Tio pergi ke belakang menemui Rosmi."Ros .... Selama kamu kerja di sini, kamu pernah ngalami hal aneh gak?" tanya Tio, melepas rasa penasarannya."Aneh gimana, Pak? Perasan gak ada deh aman-aman saja," jawab Rosmi."Barusan aku nemuin tali di taman kemudian dipotong sama Non Ressa, eehh lampu atas pecah sepertinya itu lampu memang sengaja terhubung sama itu lampu," cerita Tio pada Rosmi."Kebetulan aja kali Pak, mun
"Sekar, kamu kenapa?" tanya Melly cemas, tiba-tiba saja Sekar terduduk di tanah."Kakiku sakit, siapa yang bikin jebakan di sini?" teriak Sekar, sebelah kakinya terperosok ke dalam lubang yang tidak begitu dalam, tapi mampu membuat jantung bekerja lebih cepat dari biasanya."Sini aku bantu." Melly mengulurkan tangannya ke hadapan Sekar. Tidak ada penolakan, Sekar langsung menggenggam tangan Melly dengan erat."Awww .... Kakiku .... " Sekar meringis kesakitan saat Melly mencoba menarik tangannya."Kenapa?" tanya Andini mendekat."Kamu gak lihat, kakiku terperosok ke dalam lubang sempit yang di dalamnya terdapat duri!? Apa jangan-jangan kamu yang sudah siapin ini untukku, ya?!" hardik Sekar sambil menahan sakit di kakinya."Jangan bicara seenaknya, aku aja baru kesini," kata Andini tidak terima. Mana dia tahu soal jebakan, Andini saja baru pertama kali menginjakkan kakinya di sini. Karena Sekar terlalu cengeng, dengan sekuat tenaga Andini menariknya, dan terlepaskan kaki Sekar dari luban
Ressa melihat seseorang yang berjalan mengendap-endap di bawah sana. Dia memakai pakaian serba hitam. Sayangnya, wajahnya tidak begitu jelas hingga Ressa sulit mengenali orang itu. Kebetulan sekali di sampingnya ada sebuah gagang pel yang rusak. Tanpa pikir panjang lagi Ressa melayangkan gagal perlu tersebut kepada orang di bawah sana yang jaraknya lumayan jauh.Tepat sasaran, gagal pel yang di lemparnya tepat mengenai punggung orang tersebut. Ressa tersenyum manis saat orang itu menengadahkan wajahnya. Belum sempat Ressa melihatnya dengan jelas tiba-tiba saja kabut tebal menyelimutinya hingga penglihatannya terhalang."Sial," umpat Ressa memukul pagar di depannya. "Darimana datangnya kabut ini?" tanya Ressa heran. Suasana di luar begitu terang benderang hanya kebun pisangnya saja yang dipenuhi kabut. Ada yang aneh, jika Ressa perhatikan, kabut itu berasal dari tanah. Bukannya kabut itu berasal dari atas?"Maaf Non, Tuan pulang."Ressa terhenyak, Tio membuyarkan pikirannya yang seda
Zaki tidak bisa berkata apa-apa, dia terdiam dengan hati sudah pasrah jika hantunya Sarah menginginkan nyawanya. Lama Zaki terpejam, namun tanda-tanda Sarah menyerang belum Zaki rasakan. Zaki membukanya matanya perlahan, ternyata hantu Sarah sudah menghilang. Zaki celingukan mencari keberadaan hantu tersebut tapi, hantu tidak ada.Buk!***Ressa yang sejak tadi berdiam diri di belakang rumahnya, kini dia mulai masuk. Lama sekali Ressa mencari sesuatu yang tak kunjung dia temukan. Ressa hanya menemukan foto ibunya, Wulan, dan Sarah."Apa ini sejenis tumbal?" gumam Sarah.Zaki pernah mengatakan kalau Sarah adalah sahabatnya. Tapi hati Ressa berkata lain. Apa iya, jika memang Sarah adalah sahabat Ayahnya, apa perlu Zaki melakukan hal seperti itu? Ressa naik ke lantai atas, namun tiba-tiba pandangannya terhenti saat Ressa melihat Zaki terbaring di lantai dengan keadaan tengkurap."Apa yang terjadi?" tanya Ressa pada dirinya sendiri.Ressa berusaha membangunkan Zaki, namun Zaki tidak sad