Ketika Nana membuka mata, orang pertama yang dia lihat adalah Raven yang tertidur di sampingnya sambil bertopang pada salah satu tangannya. Terlihat jauh sekali berbeda dari Raven yang biasanya selalu rapih dan wangi. Raven yang Nana lihat sekarang rambutnya kusut, ada kantung mata yang terlihat jelas dan wajahnya tampak lelah. Tapi hati Nana menghangat menyadari bahwa salah satu tangan Raven menggenggam tangannya erat.
Sebutir air mata jatuh di pipi Nana, gadis itu masih ketakutan jika mengingat kejadian kemarin. Nana kemudian meraba perutnya yang memang masih rata sambil terisak. Pergerakannya di rasakan oleh Raven sehingga laki-laki itu membuka matanya dan tersenyum lega melihat istri kecilnya sudah sadar.
Raven mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi Nana kemudian mengecup bibirnya tanpa bicara apapun. Lalu setelahnya dia memeluk Nana masih tanpa suara membuat Nana menyadari apa yang sebenarnya terlah terjadi. Nana kembali terisak dan menangis semaki
Tidak ada kehilangan yang mudah, terutama bagi Nana yang masih terlalu muda. Diasanlah peran Raven dibutuhkan. Nana masih terus menangis bahkan dalam tidurnya. Tapi Raven selalu berada disampingnya, menggenggam tangannya dan membisikkan kata cinta sebagai pengingat bahwa Nana tidak pernah sendirian menghadapi semua itu.Hari ini sudah hari ke empat Nana di rawat. Raven menitipkannya pada Anggi sebentar karena masih ada sisa masalah yang harus dia selesaikan. Adit memang berhasil tertangkap dan Raka menyewa banyak pengacara untuk memastikan laki-laki itu membusuk di penjara. Bahkan Raka sempat memukulinya sampai babak belur ketika dia datang ke kantor polisi. Tentunya tidak ada satupun Polisi yang keberatan dengan apa yang Raka lakukan.Tapi rupanya Siska berhasil kabur dan Raven bertekad bahwa dia tidak akan pernah membiarkan wanita itu lolos. Ketika Raven menginjakkan kakinya di hotel setelah semua yang terjadi, semua orang menunduk hormat dan sedikit takut merasakan
Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, beberapa kali Raven menitikkan air matanya. Menangis dalam diam karena sesungguhnya dia juga sangat terluka. Belum lagi mengingat seberapa terpuruknya Nana atas kehilangan ini. Menambah rasa sakitnya yang memang sudah menggunung.“Tolong ke toko bunga dulu.” Ucap Raven yang diangguki oleh supirnya. Dan ketika sampai disana, Raven membeli buket bunga Anyelir merah yang cantik dan masuk kembali ke dalam mobilnya. “Kita ke Vila!” Perintah Raven lagi. Sang sopir mengangguk.Raven memang memilih untuk memakamkan calon bayinya itu di halaman belakang Vila yang dibeli olehnya untuk berduaan dengan Nana. Disana ada taman bunga yang indah impian Nana. Dan sekarang taman bunga itu Raven harapkan bisa menjadi taman bermain untuk anaknya dalam keabadian.Raven sendiri belum berani mengatakan mengenai pemakaman ini. Raven masih berusaha menjauhkan topik tentang anak dari Nana. Berharap emosi Nana tenang dulu, baru
Melangkah kembali setelah kehilangan yang menyakitkan itu tidak mudah. Tiga bulan bahkan sudah berlalu tapi Nana kadang masih menangis jika mengingatnya. Untung saja Nana memiliki Raven di sampingnya yang walaupun Nana tahu dia juga terluka, tapi selalu berusaha untuk kuat dan terlihat tegar di hadapan Nana. Membuat Nana mulai berpikir bahwa dia juga harus menjadi wanita yang kuat dan pintar agar bisa terus berdiri tegak di samping laki-laki hebat seperti Raven.Pagi ini Nana sudah rapi dan wangi. Tapi dia juga sudah tiga kali berganti baju karena Raven terus mengomentarinya dan menyuruhnya berganti. Akhirnya di putuskan Nana menggunakan kemeja warna pastel dan celana bahan warna hitam. Tapi dimata Raven itu masih terlalu cantik dan membuatnya kesal.“Wahhh menantu mama cantik banget mau kuliah.” Anggi langsung memeluk Nana dengan suka cita. Tapi matanya melirik wajah Raven yang sudah di tekuk sejak pertama muncul.“Nana deg-degan, doakan yah m
Hari pertama di kampus, membuat Nana banyak berpikir. Kehidupan di kampus ternyata sangat berbeda dengan ketika dia masih di SMA. Semuanya harus di lakukan mandiri tidak bisa bergantung pada pengajar lagi. Papa Raka ternyata benar, Nana harus memiliki banyak teman untuk ini, tapi Nana juga jadi bingung karena mas Ravennya melarangnya memiliki banyak teman.Belum ada hal serius ketika kelas pertama, anak-anak hanya melakukan pemilihan kapten dan kepengurusan kelas selama semester satu. Sebab semester ini masih masuk dalam paket SKS yang kelasnya tidak akan di rubah hingga semester ganjil berikutnya.Seperti biasanya, Nana cenderung pasif, tidak banyak bicara dan berkomentar. Tapi parasnya yang cantik dan imut lumayan menjadi pusat perhatian. Beberapa laki-laki di dalam kelas mulai meliriknya tapi Nana tidak begitu sadar.Menurut Laras, Nana memang kurang peka mendekati bodoh sehingga tidak begitu paham maksud beberapa laki-laki mengajaknya berkenalan. Laras sendi
Raven makin uring-uringan karena memakai baju apapun Nana terlihat begitu cantik. Bahkan memakai kemeja kebesaran dan celana jins saja Nana malah terlihat seperti artis Korea. Sudah seminggu istrinya itu kuliah dan setiap hari selalu terjadi perdebatan mengenai pemilihan baju.Anggi tersenyum geli melihat putranya mulai terusik karena tidak mau membagikan kecantikan istrinya itu. “Udah dong Ven, Nana itu anak yang baik. Dia nggak mungkin macam-macam di kampus. Kamu tuh jangan cemburuan kelewatan gitu dong.” Tegur Anggi di ruang keluarga. Hari ini Raven libur ke kantor tapi Nana harus tetap kulian. Raven hanya ada meeting saja nanti siang sambil menjemput Nana pulang kuliah.“Mama nggak tahu aja sih, baru hari pertama aja udah ada cowok yang nempel. Raven pengen ajakin ribut jadinya.” Jawab Raven kesal. Anggi malah ketawa.“Ya kan Nana memang cantik, wajar saja kalau ada cowok yang deketin. Yang penting kan Nana tidak merespon Ven. M
"Kita nggak pulang ke rumah mas?” Tanya Nana melihat bahwa jalan yang Raven lalui berbeda.“Temenin mas Meeting dulu yah Na, nggak formal banget kok Cuma sama temen-temen mas aja. Sekalian mas kenalin kamu kan, walaupun beberapa diantara mereka ada yang datang di pernikahan.” Ucap Raven membuat Nana terdiam sambil merasakan gemuruh di dadanya. Tapi bukankah ini saatnya dia mempraktekan semua wejangan Laras? Jika Nana terus takut maka sampai kapan dia bisa berbaur dengan teman-teman Raven?Gadis itu menghembuskan napas kemudian tersenyum. “Oke mas, tapi baju Nana nggak jadi masalah kan?” Tanya gadis itu terlihat Ringan membuat Raven sedikit kaget karena dia pikir Nana akan sedikit mengeluarkan drama ketakutan.“Nggak masalah kok, mas aja santai kan?” Tutur Raven sambil mengeluarkan senyuman yang menurut Nana selalu yang paling indah.“Oke deh, nanti Nana ikut meetingnya juga apa Nana nunggu dimana gitu?&rdquo
Semua lebih Ringan untuk Nana lewati setelah langkah baru yang berhasil dia mulai. Kehidupan kampusnya menjadi sangat menyenangkan dan kehidupannya menjadi istri seorang CEO juga tidak kalah menyenangkan. Raven mulai berani mengajak Nana menemaninya pada acara-acara penting di kantor maupun acara penting di tempat kolega-koleganya. Seluruh staf kantor Raven juga sudah mengenal Nana sebagai istri boss yang baik hati dan sangat lembut.Anggi dan Raka lega sekali karena akhirnya Nana terlihat tidak lagi tertekan berada di samping Raven. Haryo, Yuli dan Miko merasa bersyukur sekali karena princess mereka yang polos dan masih belum mengerti banyak hal kini lebih terlihat bahagia dalam menjalani perannya sebagai istri dan mahasiswa. Seminggu sekali, Nana dan Raven akan menginap di rumah Haryo mengobati rindu Nana. Kerja sama Miko dan Raven juga berjalan dengan sangat lancar. Perusahaan Miko kini sudah berkembang semakin pesat dan memiliki banyak cabang atas dukungan Raven. Begitupu
Hallo teman-teman pembaca. Kenalkan saya Desti penulis kisah manis ini yang semoga saja mampu menghibur kalian semua. Kisah ini saya akhiri di bab 54 setelah mengantarkan Nana dan Raven pada kebahagiaan yang mereka harapkan. Tapi semua belum benar-benar berakhir karena akan ada beberapa ekstra part bonus berisi keseruan pasangan gemas ini dalam menantikan buah hati. Terimakasih pada teman-teman yang bersedia menunggu cerita ini setiap hari sedikit demi sedikit hingga akhirnya selesai. Terimakasih untuk setiap komentar kalian baik di review maupun di setiap bab yang membuatku seperti merasa lebih bersemangat ketika membacanya. Terimakasih buat kalian yang mencintai Raven dan Nana dengan tulus. Terimakasih karena mau memaklumi segala kekuranganku yang masih banyak ini. Tidak ada kisah yang sempurna, layaknya sebuah kehidupan. Tapi terimakasih banyak karena cinta kalian pada karya ini, menyempurnakan kebahagiaanku. Aku bukan penulis hebat, kesalahanku masih ribuan atau