Share

BAB 8

Penulis: desstinna1201
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-22 19:58:27

Raven tersenyum melihat Nana terlihat menikmati makananya sambil sesekali matanya melebar takjub menikmati rasa yang mungkin baru pernah di rasakannya. Gadis itu sempat kesulitan menggunakan sumpit dan Raven langsung menyarankan memakai sendok saja. Dan gadis itu merasa senang. Raven memang sengaja memesan tempat yang privat seperti ini, alasanya bukan hanya karena dia benci keramaian dan diperhatikan orang tapi juga untuk melindungi Nana. Dia takut menjadi beban untuk gadis itu jika makan di tempat asing yang belum pernah dia kunjungi dan diperhatiak banyak orang.

"Suka rasanya?" Tanya laki-laki itu. Nana mengangguk.

"Tapi makanan Indonesia tetep jadi favorit Nana mas." Jawab Nana membuat Raven terkekeh.

"Mas juga lebih suka makanan Indonesia kok. Jadi nanti kalau kamu masakin mas masakan Indonesia pasti mas habisin." Ucap Raven tidak berniat menggoda tapi wajah Nana merona.

"Mas Raven suka makanan apa?"Sebuah kemajuan Nana mau bertanya tentang Raven. Laki-laki itu tersenyum.

"Apa aja yang kamu masak nanti mas suka." Kalau yang ini memang bermaksud menggoda. Dan sukses besar membuat wajah Nana merona sekali.

"Kamu emang gemesin gini yah Na?" Tanya Raven sambil tersenyum. Menoleh ke arah Nana di sampingnya. Jaraknya dekat sekali, dan ketika Nana menoleh hampir saja hidung mereka bersentuhan. "Tuh kan gemes banget tahu gak." Raven terkekeh sambil mencubit mesra pipi milik Nana. Wajah gadis itu tiba-tiba memanas.

"Mas Raven jangan gitu." Protesnya malu-malu.

"Gitu gimana?" Tanya Raven geli.

"Godain aku terus." Raven tertawa. Melihat calon istrinya itu tersenyum malu-malu.

"Abisnya kamu gemes banget gini jadi mas suka godain." Ucap Raven yang tidak dijawab Nana. Tapi jantung gadis itu berdebar kencang. Sebuah debaran yang Nana sendiri belum mau mengartikannya sebagai cinta. Karena masih terlalu dini. Takut salah menerka dan tidak mau juga memberikan sebuah harapan pada dirinya sendiri.

Sepuluh menit kemudian mereka selesai makan dan Raven mengajak Nana keluar. Masih dengan menggandeng mesra jari-jemari Nana. Dan rasanyapun masih semendebarkan sebelumnya untuk Nana. Dan untuk Raven juga sebenarnya, tapi laki-laki itu tidak menunjukannya dan tetap terlihat tenang.

"Kita jadi ke taman mas?" Raven menoleh.

"Jadi, tapi kalau kamu mau ke tempat lain ayok mas oke aja." Nana tersenyum.

"Nggak deh mas ke taman aja. Udah lama juga Nana gak pergi ke taman." Raven mengernyit mendengar perkataan Nana.

"Kamu sering ke taman? sama siapa?" Berondong laki-laki itu. Tidak sadar bahwa sekarang dia mulai posesif.

"Nggak sering banget sih mas tapi beberapa kali ke sana. Sama kak Miko. Biasanya kalau Nana abis ujian, nanti kak Miko beliin Nana jajan." Pengakuan Nana membuat Raven lega. Dia pikir Nana pergi ke taman bersama laki-laki lain misalnya. Ternyata lagi-lagi bersama Miko. Raven mulai sadar bahwa sepertinya dunia Nana tidak jauh dari Miko dan keluarganya. Yang entah kenapa membuatnya ingin menjadi salah satu dunia Nana nantinya.

"Kamu emang gak pernah main gitu yah? sama temen-temen mungkin. Kemana gitu?"

"Pernah mas, tapi memang gak pernah jauh. Kalau kaya ke pasar malem gitu Nana pernah sama temen-temen tetangga aja sih." Jawab Nana jujur. Raven tersenyum, lalu tangannya yang satu lagi terangkat dan mengusap poni Nana dengan mesra.

"Kamu polos banget sih, mas jadi gak sabar jadiin kamu istri." Ucap Raven membuat Nana memerah lagi. Wajahnya juga memanas. Nana pikir Raven akan terasa dingin dan kaku mengingat sikapnya memang seperti itu terhadap orang lain. Tapi Nana baru tahu bahwa Raven juga gemar sekali menggodanya dengan hal-hal yang membuat Nana malu-malu. Yang kalau boleh diartikan lebih sedikit mesra. Membuat jantung Nana berdetak tidak karuan. Mungkin seperti ini yang dirasakan teman-temannya ketika berduaan dengan pacarnya. Pantas saja mereka terlihat merona sambil tersenyum bahagia, karena sensasinya memang semenyenangkan itu. pikir Nana dalam hatinya.

***

Begitu sampai di taman suasana tampak tidak terlalu ramai. Raven menarik Nana menuju bangku taman yang letaknya sedikit terhalang pohon sehingga tidak terlalu panas sekaligus tidak begitu terlihat oleh orang lain yang sedang berada di sana. Kemudian memulai ceritanya tentang Bunga. Raven memberitahukan segalanya, tentang perasaannya dan tentang kejadian di kantor tadi. Nana mendengarkannya dengan seksama, tidak menyela sedikitpun hingga Raven selesai. Tapi perasaannya campur aduk sekali, dan tiba-tiba saja ingin menangis tapi dia tahan. Entah karena alasan apa juga Nana tidak tahu. Dia hanya merasa seperti tidak suka mengetahui Raven memiliki perasaan pada wanita lain sementara mereka akan menikah. Ada perasaan bersalah juga karena walaupun mereka tidak memiliki hubungan tapi Nana tetap merasa menghalangi perasan Raven.

"Kita belum terlanjur menikah, menurut Nana kalau mas memang menyukainya dan dia juga mengatakan menyukai mas juga kita masih bisa membatalkannya mas. Nana merasa tidak enak hati jika dilanjutkan sementara perasaan mas masih ada untuk mbak Bunga." Ucap Nana setelah Raven selesai. Raven tersenyum kemudian memaksa Nana menoleh ke arahnya.

"Nggak sedalam itu perasaan mas padanya, buktinya aku lebih memilih jalan sama kamu kan sekarang padahal dia lagi nangis di kantorku habis bilang cinta. Aku belum bisa bilang kalau perasaanku padamu ini cinta, tapi aku merasa lebih berat ke arahmu dibanding ke Bunga. Mau kan mulai pelan-pelan sama mas?" Nana tidak ada reaksi dan tampak berpikir sehingga Raven melanjutkan. "Mas tahu mungkin perasaan kamu tidak enak setelah mendengar semua cerita mas, tapi mas tetap harus menceritakan ini karena kita akan menikah dan mas tidak mau menyimpan apapun darimu."

"Jadi mbak Bunga tadi masih di kantor mas pas mas jemput Nana?" Raven mengangguk. "Mas Raven yakin sama Nana?" Raven mengangguk lagi. "Nana masih bodoh loh mas, Nana banyak yang gak tahunya dibanding yang tahu. Mas Raven orang penting, nanti apa kata orang-orang kalau mas punya istri kaya Nana." Tambah gadis itu lagi.

"Yang rasain kan mas bukan orang lain. Makanya mas nanyanya sama kamu karena kamu juga akan ikut merasakan bukan orang lain. Mas tidak mau memaksamu sebenarnya Na, tapi mas juga tidak bisa melepaskanmu setelah pertemuan pertama kita kala itu."

"Iya mas, Nana mau mulai pelan-pelan sama mas. Biarpun sebenarnya Nana merasa bersalah." Ucap gadis itu jujur. Raven mengernyit.

"Merasa bersalah kenapa?" Tanya laki-laki itu. Menatap khawatir karena saat itu dia juga melihat mata Nana mulai berkaca-kaca.

"Nana merasa bersalah karena mas harus menikah sama Nana sementara Nana yakin banyak hal yang mau mas lakukan seandainya saja pernikahan kita tidak terjadi kan? Maafin Nana dan ayah ya mas." Ucap gadis itu sambil meneteskan air mata. Raven tertegun karena Nana baik sekali sampai memikirkan ke arah sana. Padahal jika gadis lain di posisi Nana pasti akan bahagia-bahagia saja karena Raven juga terlihat tidak keberatan. Laki-laki itu tidak tahan, meraih pipi Nana menggunakan kedua tangannya. Mengusap air mata disana dan menarik wajah Nana mendekat hingga bibir mereka bertemu. Nana terbelalak keget dengan apa yang sedang dilakukan oleh Raven. Terlebih merasakan bibir laki-laki itu bergerak dan semakin mendorong kepalanya mendekat sehingga ciuman mereka semakin dalam. Nana tidak tahu harus bereaksi seperti apa, jantungnya seperti meledak-ledak dan ada gelayar perasaan aneh yang berkumpul di perutnya. Dia hanya memejamkan matanya saja dan tidak bereaksi apapun.

Kemudian sedikit memekik ketika Raven menggigit bibir bawahnya kaget, dan semakin kaget merasakan lidah Raven masuk ke dalam mulutnya dan menggoda lidahnya di dalam sana. Menjelajah ke seluruh bagian mulutnya. Mengirimkan perasaan campur aduk hingga Nana terengah-engah. Laki-laki itu kemudian melepasnya ketika merasakan Nana mulai kehabisan pasokan udara. "Maaf Na, aku gak tahan. Bibir kamu manis banget." Ucap Raven sambil sedikit terengah kemudian mengulanginya lagi. Kali ini lebih lembut, Nana merasa lemas tiba-tiba dan meremas kemeja Raven kuat-kuat. Terlebih ketika laki-laki itu menggigit-gigit mesra bibirnya kemudian mengulumnya lagi dan mempermainkan lidahnya lagi-dan lagi membuat Nana semakin tidak berdara.

"Mas Raven udah, Nana gak bisa napas." Ucap gadis itu terengah-engah. Raven tersenyum kemudian menarik Nana kedalam pelukannya.

"Seharusnya mas yang merasa bersalah karena menghalangi rencana kuliahmu. Tapi mas malah tidak bisa menolak ketika ayah kamu meminta mas menikahimu. Dan sekarang malah semakin tidak bisa menolak setelah kenal kamu. Mas kayaknya mulai cinta sama kamu Na. Kalau kamu belum nggak papa kok, pelan-pelan aja nanti mas pasti bikin kamu cinta juga sama mas." Ucap Raven lembut sambil membelai rambut panjang Nana. Sementara Nana sendiri masih belum bisa menguasai debaran di jantungnya yang menggila akibat ciuman nakal dari mas Ravennya. "Pokoknya kamu milik mas, karena itu mas akan marah kalau kamu deket-deket cowok lain." Ucap Raven lagi. Wajah Nana makin panas, membayangkan nanti setelah menikah pasti akan terjadi hal-hal yang lebih jauh dari ciuman tadi. Mengingat lama-lama Raven mulai mendekat dan mulai mesum. Nana tidak tahan membayangkannya sehingga dia meremas punggung kemeja Raven dan mengeratkan pelukannya. Pikiran Nana sepertinya mulai kotor, dan itu gara-gara drama korea yang suka di tontonnya diam-diam serta tersangka paling utamanya adalah Raven.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Sri Megawati
seru tapi harus bayar pakai koin
goodnovel comment avatar
Sri Widyawati Widya
kenapa harus pake"koin sih .g bisa langsung baca
goodnovel comment avatar
Febby
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 5. Happy Ending.

    Sejak kehadiran Vena di rumah, semua orang harus rela mengucapkan selamat tinggal pada ketentraman dan kedamaian. Pertama karena anak kecil itu sangat cengeng dan kedua karena anak itu tidak suka jika tidak digendong. Selain itu orang favoritnya adalah Jayden. Dia terpaksa menjadi korban hingga tangannya pegal dan punggungnya sakit setiap hari karena Vena akan menangis jika lepas dari gendongannya ketika sudah nyaman. Sebenarnya Jayden bisa saja tidak menggendong Vena agar tidak terjebak dalam kelelahan, Tapi dia juga tidak tahan jika sehari saja tidak menggendong keponakan lucunya itu.Lalu setelah umurnya genap setahun, yang menjadi favoritnya gantian Raven. Vena benar-benar tidak bisa ditinggal oleh Raven pergi jika ketahuan. Karena itu Nana akan mengajak Vena jalan-jalan sebentar ke luar agar Raven bisa berangkat kerja. Anggi benar-benar menghentikan segala kegiatannya di luar kecuali Rumah Sakit semenjak kehadiran Vena di rumah. Nana sendiri tetap melanjutkan kuliahnya s

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 4. Davena Prameswari Dirgantara.

    Menjelang minggu-minggu terakhir kehamilan Nana, Raven mulai mempersiapkan pekerjaanya agar bisa segera di kerjakan di rumah saja. Raven tidak ingin kehilangan moment paling penting sebagai seorang ayah dan seorang suami hanya gara-gara pekerjaan saja. Raven ingin berada di samping Nana ketika istri kecilnya itu melahirkan nanti.Anggi dan Raka juga sudah mewanti-wanti kepada Raven agar lebih siaga di rumah. Raka bahkan sudah mengomel karena sampai sekarang Raven masih saja berangkat ke kantor padahal kehamilan Nana sudah besar. Raven bukan bermaksud kejam, dia hanya berusa untuk bertanggung jawab baik itu usrusan kantor maupun urusan keluarga. Hari ini Raven benar-benar mengerjakan semua pekerjaan yang harus di selesaikannya sampai tuntas, dia juga menyerahkan beberapa hal penting pada Fitri dan sebagian lagi di pegang oleh Raka sehingga besok dia sudah bisa bekerja dari rumah dan menemani Nana hingga melahirkan kelak.Dokter bilang, sekitar tiga minggu lagi Nana akan

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 3. Raven Ngidam?

    Raven tidak pernah menyangka bahwa akan memiliki seorang anak membuat hari-harinya berubah drastis. Pertama dia jadi tidak betah berada di kantor lama-lama. Lebih tidak betah dibanding ketika dia menikahi Nana. Kedua dia jadi merasa selalu was-was, sehingga menambah jumlah orang yang dia suruh mengawasi Nana. Dan yang paling berubah adalah dia jadi sangat sensitif dengan berbagai macam wewangian. Untuk hal yang satu ini, Raven bahkan sampai membuat peraturan bahwa karyawannya tidak boleh memakai parfum ketika meeting dengannya.Anggi dan Raka saja selalu dia protes jika pagi-pagi sudah wangi sekali. Awalnya kedua orang tua Raven itu merasa sedikit aneh dengan sifat Raven itu tapi sekarang sudah paham dan malah tertawa geli. Rupanya bayi yang di kandung Nana sangat adil, tidak hanya membuat ibunya merasakan penderitaan mual muntah saja tapi juga menyiksa ayahnya agar tidak tahan mencium berbagai wewangian. Raven akan mual dan muntah jika mencium wangi yang tidak dia sukai. Dan

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 2. Nana Jadi Aneh

    Semenjak Nana hamil, Raven mulai tidak tenang berada di kantor. Hampir setiap sepuluh menit sekali dia akan mengirim pesan pada istrinya itu atau sedikit menyusahkan Laras jika Nana sedang di kampus. Raven merasa jam di kantor setiap hari jadi lebih panjang padahal sebenarnya sama saja.Sejauh ini belum ada permintaan aneh dari istrinya yang membuat Raven kesulitab. Nana hanya lebih sensitif kadang menangis tanpa sebab yang jelas. Atau kadang suka marah-marah dengan menggemaskan. Sejauh ini hanya tentang mood Nana saja yang berubah.Tapi sehari yang lalu, Laras melaporkan sesuatu yang mengejutkan. Dia bilang Nana mendorong kakak kelas yang mengganggu hingga terjatuh dengan keras ke tembok dan dia tidak merasa bersalah. Nana bukan orang yang seperti itu, apa kehamilan mempengaruhi hal itu? Raven sendiri sejujurnya masih belum mau percaya tapi Laras untuk apa berbohong bukan?“Ven, ngalamun aja? Nih berkas yang papa pengen kamu lihat.” Raka tiba-tiba s

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   Ekstra 1. Menghadapi Calon Pelakor

    Raven tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa bahagianya ketika mengetahui bahwa istrinya yang kini sudah tumbuh dewasa itu sedang mengandung anaknya. Seisi rumah langsung bersuka cita membuat ruang gerak Nana seketika berkurang. Nana tidak boleh ke dapur, tidak boleh mngerjakan hal berat pokoknya tidak boleh mngerjakan pekerjaan rumah apapun. Dan ketika berita itu sampai ke telinga keluarga Nana pun mereka langsung bergembira sekali. Haryo, Yuli dan Miko datang dan menginap beberapa hari untuk menemani Nana dan membuat gadis itu merasa senang sekali karena keluarganya berkumpul.Dan Nana mulai menyadari bahwa kehamilan ternyata tidak mudah. Nana mual dan muntah hebat pada awalnya sampai tidak bisa makan apapun dan membuat Raven panik sekali. Untung saja Anggi adalah seorang dokter yang bisa menenangkan keluarganya megenai kondisi Nana.Tapi Raven berubah jadi lebih romantis menurut Nana. Seperti sekarang ketika Nana bangun, maka secangkir teh mint dan biskuit per

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   DEAR PEMBACA

    Hallo teman-teman pembaca. Kenalkan saya Desti penulis kisah manis ini yang semoga saja mampu menghibur kalian semua. Kisah ini saya akhiri di bab 54 setelah mengantarkan Nana dan Raven pada kebahagiaan yang mereka harapkan. Tapi semua belum benar-benar berakhir karena akan ada beberapa ekstra part bonus berisi keseruan pasangan gemas ini dalam menantikan buah hati. Terimakasih pada teman-teman yang bersedia menunggu cerita ini setiap hari sedikit demi sedikit hingga akhirnya selesai. Terimakasih untuk setiap komentar kalian baik di review maupun di setiap bab yang membuatku seperti merasa lebih bersemangat ketika membacanya. Terimakasih buat kalian yang mencintai Raven dan Nana dengan tulus. Terimakasih karena mau memaklumi segala kekuranganku yang masih banyak ini. Tidak ada kisah yang sempurna, layaknya sebuah kehidupan. Tapi terimakasih banyak karena cinta kalian pada karya ini, menyempurnakan kebahagiaanku. Aku bukan penulis hebat, kesalahanku masih ribuan atau

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   BAB 54 (END)

    Semua lebih Ringan untuk Nana lewati setelah langkah baru yang berhasil dia mulai. Kehidupan kampusnya menjadi sangat menyenangkan dan kehidupannya menjadi istri seorang CEO juga tidak kalah menyenangkan. Raven mulai berani mengajak Nana menemaninya pada acara-acara penting di kantor maupun acara penting di tempat kolega-koleganya. Seluruh staf kantor Raven juga sudah mengenal Nana sebagai istri boss yang baik hati dan sangat lembut.Anggi dan Raka lega sekali karena akhirnya Nana terlihat tidak lagi tertekan berada di samping Raven. Haryo, Yuli dan Miko merasa bersyukur sekali karena princess mereka yang polos dan masih belum mengerti banyak hal kini lebih terlihat bahagia dalam menjalani perannya sebagai istri dan mahasiswa. Seminggu sekali, Nana dan Raven akan menginap di rumah Haryo mengobati rindu Nana. Kerja sama Miko dan Raven juga berjalan dengan sangat lancar. Perusahaan Miko kini sudah berkembang semakin pesat dan memiliki banyak cabang atas dukungan Raven. Begitupu

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   BAB 53

    "Kita nggak pulang ke rumah mas?” Tanya Nana melihat bahwa jalan yang Raven lalui berbeda.“Temenin mas Meeting dulu yah Na, nggak formal banget kok Cuma sama temen-temen mas aja. Sekalian mas kenalin kamu kan, walaupun beberapa diantara mereka ada yang datang di pernikahan.” Ucap Raven membuat Nana terdiam sambil merasakan gemuruh di dadanya. Tapi bukankah ini saatnya dia mempraktekan semua wejangan Laras? Jika Nana terus takut maka sampai kapan dia bisa berbaur dengan teman-teman Raven?Gadis itu menghembuskan napas kemudian tersenyum. “Oke mas, tapi baju Nana nggak jadi masalah kan?” Tanya gadis itu terlihat Ringan membuat Raven sedikit kaget karena dia pikir Nana akan sedikit mengeluarkan drama ketakutan.“Nggak masalah kok, mas aja santai kan?” Tutur Raven sambil mengeluarkan senyuman yang menurut Nana selalu yang paling indah.“Oke deh, nanti Nana ikut meetingnya juga apa Nana nunggu dimana gitu?&rdquo

  • Terpaksa Menikah dengan CEO   BAB 52

    Raven makin uring-uringan karena memakai baju apapun Nana terlihat begitu cantik. Bahkan memakai kemeja kebesaran dan celana jins saja Nana malah terlihat seperti artis Korea. Sudah seminggu istrinya itu kuliah dan setiap hari selalu terjadi perdebatan mengenai pemilihan baju.Anggi tersenyum geli melihat putranya mulai terusik karena tidak mau membagikan kecantikan istrinya itu. “Udah dong Ven, Nana itu anak yang baik. Dia nggak mungkin macam-macam di kampus. Kamu tuh jangan cemburuan kelewatan gitu dong.” Tegur Anggi di ruang keluarga. Hari ini Raven libur ke kantor tapi Nana harus tetap kulian. Raven hanya ada meeting saja nanti siang sambil menjemput Nana pulang kuliah.“Mama nggak tahu aja sih, baru hari pertama aja udah ada cowok yang nempel. Raven pengen ajakin ribut jadinya.” Jawab Raven kesal. Anggi malah ketawa.“Ya kan Nana memang cantik, wajar saja kalau ada cowok yang deketin. Yang penting kan Nana tidak merespon Ven. M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status