“Vindry Yema Yumna? Jadi, kau yang menikah dengan tuan Kendrick?”Vindry tersenyum manis, ia menunduk sebagai salam hormat kepada perempuan bersurai sebahu berwarna coklat pirang, lalu mengangguk.“Benar, itu aku. Kau apa kabar? Aku tidak percaya, ternyata kau salah satu karyawan dari Kendrick, Aurelia,” ucap Vindry, diakhiri dengan terkekeh. Ia bisa melihat Aurelia yang sedang menahan kesal dan berusaha untuk baik-baik saja kepadanya.Aurelia tersenyum kepada Kendrick, mengabaikan Vindry yang jelas-jelas menanyakan kabar kepadanya. Vindry yang melihat hanya bergeming, tidak ingin membuat keributan di pabrik milik Kendrick.“Sebagian sudah distribusikan, sebagiannya sedang dalam proses produksi, tuan Kendrick,” ujar Aurelia, tetapi tidak mendapatkan respon dari Kendrick. Bahkan, Kendrick meninggalkan Aurelia dengan menarik Vindry untuk menjauh.Vindry menyempatkan tersenyum kepada Aurelia, dan menatap Kendrick yang menampilkan wajah datar, dingin, auranya cukup membuat siapapun enggan
“Habis ini kau akan pergi kemana? Sepertinya jadwal hari ini sangat padat.”Vindry menatap Kendrick yang berdiri dihadapannya saat ini, suaminya itu membukakan pintu penumpang untuknya. Ya, mereka sedang berada di basement. Hari sudah sore, matahari beberapa menit lagi akan tenggelam dan digantikan oleh rembulan.“Aku masih harus mengecek satu pabrik lagi, tetapi jaraknya cukup jauh. Jadi, aku akan mengantarmu kembali ke hotel,” jelas Kendrick, mata elangnya memberikan kode kepada Vindry untuk segera masuk ke dalam mobil.“Jauh banget sehingga aku tidak diijinkan untuk ikut?” tanya Vindry, hatinya berat jika harus ditinggal oleh Kendrick, sedangkan hari ini ia dan Kendrick full bersama.“Ya.”Vindry bergumam, dan tidak mengindahkan perintah tersirat dari Kendrick. Ia tidak ingin ditinggal oleh Kendrick, tetapi tidak ingin mengatakannya. Hal tersebut membuat Kendrick menaikkan sebelah alis, tidak mengerti dengan istrinya yang hanya bergeming dan menatapnya dengan tatapan sulit dimenger
“Kau bisa diam atau tidak?”Vindry mengulum bibirnya, dan mengangguk patuh. Ia sedang menahan tawa, karena daritadi menggoda Kendrick yang menurutnya terlalu pencemburu dan itu lucu untuknya. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke hotel, langit sudah gelap.“Aku tidak menyangka kalau tuan Kendrick Milo Intezar yang menjadi suamiku saat ini mudah cemburu,” ucap Vindry, memancing Kendrick yang sedang fokus menyetir saat ini.Kendrick tidak menanggapinya, ia menambah laju kendaraann roda empatnya, dan tidak memperdulikan Vindry yang terkekeh. Sedangkan Vindry berusaha semaksimal mungkin untuk tidak kembali menggoda suaminya, jadi ia mengalihkan atensinya menatap ponsel.Satu notifikasi masuk, membuat Kendrick melirik sekilas dan Vindry menautkan kedua alisnya. Pesann dari nomor yang tidak dikenal membuat Vindry kebingungan.“Kau istri dari Kendrick Milo Intezar?” gumam Vindry, berhasil membuat Kendrick menepikan mobil sportnya di bahu jalan. Vindry menoleh, dan mendapati tatapan tajam
“Kau tidak ikut?” Kendrick memperhatikan penampilan Vindry yang hanya mengenakan piyama berwarna putih dan surai yang di cepol. Ia tidak bersidekap dada, menatap Vindry dengan tatatapan datar dan tidak bersahabat pada pagi hari ini. “Tidak. Kenapa?” tanya Vindry kembali, tersenyum kepada Kendrick seolah tidak memiliki kesalahan. “Aku tidak mengijinkanmu untuk sendirian di sini,” ucap Kendrick, membuat Vindry bingung dengan tingkah suaminya yang sering kali berubah-rubah. “Aku tidak akan macam-macam, Kendrick,” balas Vindry dengan lembut, ditangggapi dengan gelengan kepala dari Kendrick. “Kau tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya kalau kau tidak bersamaku,” ucap Kendrick dengan penuh penekanan, tangannya terulur melepas ikatan rambut istrinya dan melirik lemari untuk berganti pakaian. “Aku benar-benar harus ikut?” tanya Vindry, memastikan bahwa saat ini dirinya tidak salah menyimpulkan kode yang diberikan oleh Kendrick. “Ya. Sepuluh menit, lebih dari itu … aku yang akan me
“Tidak ada, bang Antonio hanya bertanya kapan aku kembali. Seperti yang sudah pernah aku katakana kepadamu.”Vindry tersenyum kepada Kendrick yang hanya bergeming, ia harus mengawali pagi harinya dengan bersabar. Dirinya tidak ingin membuat mood Kendrick hancur begitu saja, jadi lebih baik mengalah dan bersabar.“Kau tidak menyukai Antonio, bukan?”Pertanyaan tiba-tiba dari Kendrick membuat Vindry menyemburkan air yang sedang ia teguk, dan melotot kepada suaminya yang duduk bersandar.“Kau tidak kejedot, kan? Kenapa kau sudah sensitive pagi ini?” tanya Vindry, menyipitkan kedua matanya. Sedangkan Kendrick hanya bergeming memfokuskan atensi hanya kepadanya.Kendrick melirik makanan di meja, lalu menatap Vindry, “Kau tidak ingin sarapan?” tanyanya, membuat Vindry menatap meja yang memang sudah dipenuhi oleh dua piring.Vindry mengerjapkan kedua matanya, ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak me
“Nanti pulangnya mampir dulu ke toko kue, boleh?”Vindry menatap Kendrick yang melangkah di sisi kanannya, suaminya itu menoleh sekilas dan memfokuskan kembali pandangannya lurus ke depan. Sedangkan Vindry menunggu keputusan yang akan diberikan oleh Kendrick dengan harap-harap cemas.“Ya.”Vindry tersenyum manis, mengamit lengan Kendrick cukup erat sebagai tanda bahwa dirinya senang dengan keputusan yang dikatakan oleh Kendrick. Suaminya itu hanya bergeming, dan memencet tombol lift.“Kau memang suami terbaik,” ujar Vindry diakhiri dengan terkekeh, dan berhasil membuat Kendrick menunduk menatapnya.“Kau baru menyadarinya?” tanya Kendrick dengan penuh penekanan, dan mendapatkan respon cepat dari Vindry yang mengangguk.“Benar. Aku baru menyadarinya, selama aku menjadi istrimu, dimataku kau yang paling menyebalkan,” jawab Vindry dengan tersenyum lebar, dan tidak mendapatkan resp
“Aku tidak mengerti mengapa mantan kekasihmu itu berada disekitarku. Apakah dia cemburu?”Vindry menatap Kendrick yang sedang berdiri di sisi kanannya, saat ini keduanya sedang berada di toko kue, sesuai dengan keinginan dari Vindry. Kendrick memperhatikan bermacam-macam kue di etalase.Vindry bingung dengan apa yang dikatakan oleh suaminya beberapa menit yang lalu, bahkan ia fikirkan hingga saat ini. Tidak menemukan atau mendapatkan titik terang dari kata ‘mengapa’.“Sampai kapan kau hanya berdiam tanpa memilih?” tanya Kendrick dingin tanpa menoleh, membuat Vindry tersadar. Istrinya itu melihat kue yang ditaruh pada etalase kaca.Vindry menatap pelayan toko kue, tersenyum manis, lalu berkata, “Aku mau yang ini satu, dan ini satu yaa.” Ia menunjuk dua kue yang dimaksud, dan dianggguki oleh pelayan perempuan.Kendrick mengeluarkan dompetnya, dan mengeluarkan kartu miliknya. Kedua mata elangnya memperhatikan pelayan perempuan yang sedang memasukkan kue pilihan istrinya ke dalam kantong
“Bagaimana?”Vindry menggelengkan kepala, ia mengangkat testpack yang dibelikan oleh Kendrick untuknya, dan hasilnya hanya satu garis atau tidak hamil.“Aku hanya kelelahan, Kendrick,” ucap Vindry dengan lembut, testpack yang ia pegang, kini diambil alih oleh Kendrick. Suaminya itu seolah tidak percaya dengan hasil akhirnya.Kendrick menatap Vindry, “Bukannya kalau berhubungan pada saat masa subur itu cepat membuahi?” tanyanya, mengalihkan atensinya, menatap testpack yang sedang ia genggam.Vindry bergumam, mengendikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, mungkin memang belum dikasih kepercayaan sama Tuhan untuk kita mempunyai anak,” ujarnya dengan lembut, dan mengusap lengan kekar Kendrick.Kendrick hanya bergeming, lalu melenggang pergi. Vindry memperhatikan suaminya yang menghampiri sofa di sudut ruangan, ia mengerti perasaan Kendrick, lalu dirinya harus apa? Tidak bisa mengubahnya.Vindry menghela nafas, merapihkan pakaiannya dan Kendrick. Memastikan tidak ada yang tertinggal, dikarenaka