“Ehem!” Harry berdeham cukup keras ketika mendengar dua perempuan di depannya itu mengucapkan kalimat pertanyaan yang sama persis. Sebelumnya, Harry sudah menduga jika mengajak Alice mampir ke apartemen Rainer Griffin adalah ide yang buruk.
“Ehm, ini adalah Alice Winterbourne, temanku dan teman Harry ketika kami ku…
“Hey, Rain! Kau hanya menganggapku sebagai teman? Ah, jahat sekali kau ini! Nona, perkenalkan, aku adalah Alice Winterbourne. Dulu aku berkencan dengan pria sialan ini sewaktu kami masih berada di universitas yang sama. Dan sepertinya, kami akan mengulang masa-masa itu lagi dalam waktu dekat, hi hi!” ungkap Alice Winterbourne, sikunya menyenggol tubuh Rainer Griffin yang sedikit kaku.
“Nona Alice adalah teman kencan dari Tuan Griffin, begitu?” suara Olivia Milan terdengar bergetar sedikit ketika ia mengucapkan kalimat pertanyaannya tersebut.
“Mantan, lebih tepatnya, Nona Milan! Ya, Alice W
Alice Winterbourne, Olivia Milan, dan Harry Johnson, semua orang itu memusatkan pandangan pada satu orang yang sama, Rainer Griffin. Olivia Milan berharap Rainer Griffin segera memberi klarifikasi jika mereka berdua bahkan beberapa kali pernah berciuman. Sementara itu, sedikit mirip dengan Olivia Milan, Harry juga berharap jika sahabatnya itu akan mengaku kepada Alice jika ia memang tertarik pada Olivia Milan. Andai Rainer Griffin menutupi ketertarikannya kepada Olivia Milan, Harry yakin itu akan menjadi pengalaman buruk yang mungkin susah dilupakan oleh Olivia.“Rain?! Mengapa diam begitu? Apa jangan-jangan memang ada sesuatu di antara kalian berdua? Apa aku tak salah lihat kali ini? Sejak kapan seleramu bergeser jauh begini, Rain? Jawab pertanyaanku?!” Alice Winterbourne terdengar mulai tak sabar menunggu. Ia memang hanya seorang bekas pacar dari Rainer Griffin, tetapi melihat betapa suksesnya seorang Rainer Griffin saat ini, Alice Winterbourne tentu ingin untuk
“Tolong mengertilah posisiku, Nona Pesuruh!”Itu adalah kata kata yang diucapkan oleh Rainer Griffin ketika kakinya menendang segala rupa yang ada di depannya. Ia menendang sofa, menendang meja, mengepalkan tangan, dan sekaligus juga memukulkan kepalan tangannya ke dinding.“Aku harus menjaga reputasiku sebagai CEO dari perusahaan besar! Kau harusnya mengerti akan hal seperti itu, Olivia Milan! Saham di perusahaanku bisa saja anjlok jika tersebar kabar aku telah membuat hubungan spesial dengan seorang pesuruh!”Rainer Griffin menjatuhkan tubuhnya ke sofa setelah mengamuk beberapa saat. Pria itu lantas meraih ponselnya kembali, mencoba menghubungi salah satu dari Harry Johnson atau Olivia Milan. Tetapi, dua-duanya tetap tak bisa dihubungi. Karena tak bisa menghubungi mereka berdua, Rainer Griffin mencoba menelepon Adelyn Scarlet, bertanya pada gadis itu apakah ia tahu keberadaan kakaknya.“Tumben sekali kau mencari kakakku? Bi
Ting!Ada notifikasi yang masuk di ponsel Rainer Griffin yang sedang mengemudi menuju ke The Ritz-Carlton Hotel. Pria itu meraih ponselnya dari jok sebelah, membuka pesan yang baru saja ia terima yang ternyata dikirim oleh Harry Johnson. Pesan tersebut setidaknya membuat Rainer Griffin geram tapi juga sedikit lega.“Hallo, Rain. Apakah Kau sedang mengemudi menuju ke The Ritz-Carlton Hotel sekarang? Jika iya, ah, sayang sekali harus kukatakan ternyata Nona Milan sedang ingin menikmati pemandangan indah di taman kota. Jadi singkatnya, jika Kau mencariku atau mencari Nona Milan, ada baiknya kau datang ke taman kota. Kapan? Tentu saja sekarang!”“Sial! Dia selalu mematikan ponselnya setelah mengirim pesan!” gerutu Rainer Griffin ketika ia gagal menghubungi nomor yang baru saja mengiriminya pesan itu.“Ah! Aku harus memutar arah lagi, sialan!” Rainer Griffin kembali memutar arah perjalanannya. Mobilnya tak lag
“Nah, silakan bertengkar! Aku tidak akan pergi karena aku ingin menontonnya!” Harry Johnson mengulang kalimatnya dengan sama persis sebab tak ada respon apapun yang diberikan oleh dua manusia yang ada di ruangan tersebut.“Jadi, apakah kalian berdua sama-sama mengalami ketulian mendadak? Apa aku perlu memanggil dokter spesialis THT sekarang?” Harry Johnson berucap lagi, mencoba membuat salah satu atau keduanya tersinggung sehingga mereka akan terpancing untuk melontarkan kata-kata.“Nona Milan, ayo ikut aku pulang!” tiba-tiba, Rainer Griffin memulai percakapan dengan tanpa memedulikan apa-apa yang baru saja diucapkan oleh Harry Johnson.“Tuan Harry, tolong katakan pada pria itu kalau saya tak ingin kembali ke sana!” jawab Olivia Milan dengan wajah menoleh ke wajah Harry Johnson yang tengah duduk bersebelahan dengan Rainer Griffin.“Hey, Rain, aku ingin mengatakan bahwa Nona Manis di depanku ini baru sa
Harry Johnson menunjukkan sebuah foto dari kartu ucapan yang ada di buket bunga Rainer Griffin. Kartu ucapan tersebut bertuliskan sebuah kalimat yang cukup menggemaskan jika dibaca.“Kepada Nona Milan yang terkadang terlihat manis, bunga ini untukmu. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena hari ini kau pasti telah bersusah payah merapikan kamarku yang berantakan.Dari, Rainer Griffin yang selalu tampan . Tentu saja!”“Setelah kutunjukkan foto ini, apakah Kau masih ingin mengelak lagi, Rainer Griffin sialan?!” sergah Harry sambil menarik ponselnya.“Brengsek sialan! Kemarikan ponsel itu!” Rainer Griffin menyambar ponsel milik Harry Johnson dan langsung melakukan upaya penghapusan gambar tersebut secara permanen dari ponsel Rainer Griffin.“Apa Kau sudah menghapusnya? Ha ha ha, jangan khawatir, aku telah menggandakannya dan menyimpannya di G – Drive. Hapus saja sesukamu! Ha ha ha!” celetuk
“Kau dengar sendiri, Rainer Griffin sialan? Kau dengar apa yang baru saja diucapkan oleh Nona Milan? Jika Kau tak mendengarnya, sepertinya Nona Milan akan dengan sangat senang hati mengulang kalimatnya lagi. Dengan lebih lantang lagi agar telinga tulimu mendengarnya! Bagaimana?!” dalam keadaan penuh kemenangan, Harry mengungkapkan kalimat tersebut kepada sahabatnya yang sangat menyebalkan.“Bajingan semuanya! Nona Pesuruh, aku ingin kita berbicara berdua saja sekarang! Ada sesuatu yang ingin kukatan padamu!” Rainer Griffin melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Harry Johnson. Ia lantas mencoba menatap wajah Olivia Milan yang saat itu juga terlihat menahan amarah.“Maaf, Tuan Griffin. Saya tidak bersedia. Tuan bisa mengungkapkannya sekarang jika memang ada yang perlu Tuan katakan.” Jawab Olivia Milan dengan sedikit menunduk, ia masih tak begitu nyaman bertatap mata dengan Rainer Griffin.“Sebagai calon dari teman kenca
BUUGG!!!Ketika pukulan telak yang dilepaskan Harry mengenai punggung Rainer Griffin, Olivia Milan juga turut merasakan getaran kuat di tubuhnya sebab saat itu Rainer Griffin tengah merengkuh tubuhnya guna melindungi dirinya dari terkena pukulan Harry Johnson.“Kau tak apa-apa, Nona Pesuruh?” Rainer Griffin segera bertanya kepada Olivia Milan yang tengah berada di dalam pelukannya. Jelas-jelas seharusnya Olivia Milan baik-baik saja, tetapi karena memang cukup khawatir dengan keadaan gadis itu, kalimat pertama yang dilontarkan oleh Rainer Griffin adalah menanyakan kondisi Olivia Milan.“Nona Milan, Kau baik-baik saja?!” Harry memekik lantas memisahkan tubuh Rainer Griffin dari Olivia Milan. “Minggir Kau, Bajingan! Lepaskan pelukanmu dari gadisku!” bentak Harry seraya mendorong tubuh Rainer Griffin menjauh.“Nona Milan, Kau baik-baik saja bukan? Maafkan aku karena kejadiannya terlalu cepat!” Harry memegangi du
Pelan tapi pasti, Olivia Milan memutar pupil matanya. Mengarahkannya ke dua mata Rainer Griffin yang juga telah menatapnya lekat-lekat.Satu. Dua. Tiga.Akhirnya, mereka berdua kini saling menatap mata satu sama lain. Tepat ketika mata mereka berdua bertemu, Olivia Milan merasa jantungnya seperti tertusuk sesuatu. Hal yang sama juga dirasakan oleh Rainer Griffin. Pria itu juga merasakan ada sebuah tusukan tajam tengah menancap di suatu tempat di tubuhnya hingga ia merasakan ngilu yang tak terkalimatkan.‘Aku mencintaimu, Nona Milan!’ batin Rainer Griffin mana kala matanya bertemu dengan mata syahdu milik Olivia Milan.‘Mengapa tatapan mata pria ini terasa sangat teduh saat ini?’ gumam Olivia Milan di dalam batin, sebagaimana tubuhnya juga turut merasakan keteduhan yang dipancarkan oleh tatapan mata Rainer Griffin.Waktu terus berjalan tetapi Rainer Griffin bahkan tak juga mengucapkan sepatah kata pun. Hanya saling menatap. S