Pikiran aneh itu langsung langsung Rayden tepis. Entah kenapa dia jadi berfokus pada bibir ranum Naya. Rasa hangat dan juga lembut masih begitu terasa hingga saat ini. Hingga lagi-lagi tanpa sadar Rayden malah meraba bibirnya sendiri."Aku memang sudah gila," gumamnya yang langsung pergi meninggalkan Naya.Ketika pintu kamar telah tertutup, mata Naya terbuka. Dia memandang pintu yang tertutup dengan helaan nafas panjang. Naya tidak benar-benar tidur atau pingsan, dia hanya berpura-pura memejamkan mata. Naya sangat takut ketika Rayden membawanya tadi. Dia takut jika pria itu akan melakukan sesuatu hal yang buruk. Ya, pikiran Naya sudah buruk dan mengira Rayden akan menyakitinya. Tapi ternyata pria itu malah membawa Naya masuk ke dalam kamar.Bukan itu saja, dia juga tidak tahu kenapa Rayden terdiam dan bergumam seorang diri. Naya meraba kepalanya, masih terasa berat dan pusing. Perutnya lapar dan dia lemas sekali. Tapi untuk bangun rasanya masih berat, hingga akhirnya Naya memutuskan
Dirumah mewah keluarga Bagaspati, Naya baru saja terbangun dari tidurnya. Dia masih mengenakan gaunnya semalam. Tubuhnya terasa berat dan letih. Matanya pun masih terasa berat untuk terbuka. Tapi rasa tidak nyaman karena keringat yang lengket dan juga hangat cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar membuatnya terbangun.Naya melirik ke arah jam dinding, ternyata hari sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Dia tertidur begitu lama."Kepalaku sakit sekali," gumamnya sambil meraba kepalanya yang berdenyut. Dia beranjak dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, perutnya sudah terasa lapar dan ingin diisi.Sambil berjalan, dia mengingat bagaimana Rayden yang menolongnya pagi tadi. Mengangkat tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba sebuah semburat tipis menghiasi wajah Naya."Seandainya saja, cerita ku tidak semiris ini," gumamnya dengan hati yang perih.Masih berusia 21 tahun, tapi Naya merasa jika hidupnya sudah seberat ini. Jika saja bisa memilih, mungkin dia
Di sebuah tempat yang sepi dan jauh dari pemukiman penduduk, Naya memandang ke sekitar dengan pandangan takut. Dia tidak tahu ini ada dimana, dan bahkan dia sudah lelah mencari jalan untuk pergi dari tempat ini.Beberapa waktu lalu, Wira yang Naya pikir akan mengantarkannya ke rumah ayahnya, tapi ternyata malah membawanya ke tempat ini. Tidak tahu kenapa, tapi lelaki itu malah menurunkan Naya di tempat ini dan meninggalkannya begitu saja."Kenapa dia tega sekali, apa maksudnya meninggalkan aku di sini," Naya berucap lirih. Matanya terus memandang ke sana dan kemari. Hari sudah malam dan gelap, dia berjalan di sepanjang jalan yang remang-remang dan hanya diterangi oleh lampu jalanan yang ada di sana. Ini di pinggir jalan, tapi Naya sama sekali tidak berani untuk menghentikan mobil yang lewat atau sekedar meminta tolong.Naya benar-benar trauma dengan kejadian yang lalu. Berniat kabur dari kejaran Alex, tapi nyatanya dia malah masuk kedalam sangkar emas Rayden.Ah iya, mengingat lelaki
Hujan mengguyur malam itu, tidak deras hanya gerimis kecil. Tapi itu sudah berlangsung lama dan membuat tubuh Naya basah. Dia kedinginan, bahkan tubuhnya juga sudah menggigil. Naya duduk di depan sebuah ruko kosong yang sudah tidak berpenghuni. Berjongkok di sana sembari memeluk dirinya sendiri.Entah sudah berapa banyak air mata yang tertumpah. Dia takut, dia kedinginan dan benar-benar sedih.Hari sudah dini hari, sudah dua jam Naya ada di pinggir jalan. Dia tidak tahu harus kemana dan dia tidak tahu ini ada dimana.Bibir Naya menggeletak kedinginan, sesekali pandangan matanya melirik ke daerah sekitar yang sepi dan memang jauh dari pemukiman. Beruntungnya ada ruko kosong ini dan lampu jalanan di seberang sana. Dan lebih beruntung lagi hari hanya gerimis dan tidak hujan badai, jika sampai seperti kemarin, mungkin Naya akan benar-benar mati."Bu," Naya tertunduk dan semakin meringkuk menahan dingin.Rayden benar-benar tega membiarkannya berada di sini. Tanpa iba dan tanpa rasa belas k
Naya membuka mata, terasa berat dan pusing. Dia menghela nafas sedih ketika dia tahu jika dia berada bersama Alex sekarang. Hari sudah pagi, dan Naya tidak tahu ini ada di mana.Sebuah kamar mewah, dan mungkin saja ini kamar Alex. Beberapa waktu lalu Naya pingsan karena ketakutan sebab Alex terus saja mengancam dan menekannya. Hingga akhirnya dia tidak tahu dibawa kemana oleh pria itu.Naya beranjak, dia memandang penampilannya yang sudah berganti pakaian. Siapa yang mengganti pakaian ini, pikirnya.Pintu kamar tiba-tiba terbuka, seorang pelayan masuk dengan sebuah nampan makanan di tangannya."Anda sudah bangun, Nona," sapa wanita paruh baya itu. Dia meletakkan nampan makanan di atas meja. Naya hanya memandangnya saja."Tuan satu jam lagi akan tiba, sebaiknya Nona sarapan dan membersihkan diri. Semua perlengkapan Nona sudah ada di sana," Pelayan itu menunjuk sebuah paper bag besar di dekat meja rias.Naya tidak menjawab, matanya melirik ke arah pintu. Dimana di depan sana terlihat be
Alex melompat cepat dan menjangkau bagian tubuh Naya ketika gadis itu benar-benar nekad terjun ke bawah. Beruntungnya tangannya dapat dicekal oleh Alex hingga Naya tidak sampai terjatuh."Lepaskan aku!" teriak Naya yang mencoba memberontak. Tubuhnya tergelantung di atas balkon, dan dia sama sekali tidak mempedulikan jika dia akan mati kalau terjatuh dari atas sini."Dasar bodoh!" umpat Alex begitu menggeram. Sekuat yang dia bisa dia menarik Naya untuk naik ke atas. Namun cukup sulit karena Naya yang memang berusaha untuk melepaskan cengkraman Alex dari tangannya.Beberapa anggota Alex di bawah sana cukup terkejut. Dengan sigap Jack meminta orang-orangnya untuk menyiapkan sebuah tempat untuk menjaga agar Naya tidak terluka saat jatuh nanti.Tapi, tentu saja Alex tidak akan membiarkan itu terjadi. Tubuh Naya yang kurus dan kecil mudah saja untuk dia menarik ke atas. Naya meringis saat tangannya di tarik paksa. Bahkan tubuhnya juga langsung diangkat oleh Alex ketika dia sudah berada di a
Rayden memandang miris pada Naya yang tersandar lemah di dekat meja nakas. Tubuh gadis itu di penuhi dengan darah yang masih mengalir deras. Rayden berpikir jika dia adalah iblis yang kejam selama ini karena sudah berlaku tidak adil pada Naya.Tapi ternyata, Alex lebih mengerikan. Dia sangat tega memperlakukan Naya sampai seperti ini. Bahkan Rayden saja masih berpikir berulang kali untuk melukai Naya.Pantas saja Naya begitu takut dengan pria ini, jika perbuatannya benar-benar kejam.Entah kenapa, melihat Naya yang tidak berdaya seperti itu membuat Rayden tidak terima. Meski dia juga pernah menyiksa Naya hingga masuk rumah sakit. Tapi walau bagaimanapun tetap saja Naya masih istrinya."Dasar brengsek, kau mau membuat dia mati ha!" Rayden langsung berjalan ke arah Alex yang masih dipenuhi amarah. Mereka saling memandang dengan tajam. Agra yang ada di ambang pintu masih diam membatu. Dia juga tidak menyangka jika Alex sejekam ini. "Mau apa kau kemari?" tanya Alex."Kau sudah membawa m
Masih di rumah sakit, dua hari berlalu dan Naya belum sadar juga. Gadis itu sempat kritis sebab darahnya banyak keluar dan juga jantungnya yang lemah.Rayden cukup khawatir, dia takut Naya mati. Dan jika itu terjadi, Nyonya Dena pasti murka. Ibunya itu belum mengetahui keadaan Naya karena baik Rayden maupun Agra tidak ada satupun dari mereka yang ingin memberitahu. Meski sebenarnya ini cukup beresiko.Dua hari ini setelah pulang dari perusahaan Rayden selalu kembali ke rumah sakit untuk melihat istri kecilnya itu. Seperti sekarang, hari sudah senja dan dia baru saja tiba. Langkah kakinya berjalan tegap menuju ruangan Naya. Agra berjalan di belakangnya, asisten setia itu selalu ada di samping Rayden setiap saat."Apa ada yang datang ke sini selama kita tidak ada?" Rayden bertanya tanpa menoleh ke belakang."Tidak ada, Tuan. Mungkin Alex juga masih dalam masa perawatan," jawab Agra.Rayden tidak lagi menjawab, jika karena tidak ingin terlibat dengan polisi maka sudah dari dulu dia ingin