Beranda / Rumah Tangga / Terpaksa Menikahi Paman Suamiku / Bab 15: Aku Nggak Akan Tinggal Diam

Share

Bab 15: Aku Nggak Akan Tinggal Diam

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-24 09:04:09

Begitu pintu kantor Gendis terbuka, udara koridor menyergap Naila. Awalnya dingin, segar, tapi dalam hitungan detik berubah jadi sesak, seolah lorong itu berkonspirasi menekan dadanya. 

Di depan pintu laboratorium, Putri sudah menunggu. Tubuhnya tegak, kedua tangan menyilang di dada, tatapan matanya tajam—tajam seperti bayangan yang selalu menempel, tak pernah bisa diusir.

“Naila, kamu sengaja, ya?” Suaranya lirih tapi menusuk, nada tinggi yang lebih mirip belati berkilat di bawah lampu neon koridor.

Naila menghentikan langkahnya. Wajahnya datar. Tak ada senyum, tak ada raut terkejut. Garis bibirnya rapat, matanya tenang, meski jauh di dalam, ada bara kecil yang nyaris menyala. 

“Sengaja apa?” tanya Naila, dengan suara rendah, stab

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 16: Kamu Akan Bayar

    Suara sambungan telepon terhubung. Dari seberang sana terdengar tawa kecil—ringan, nyaris manja, tapi merayap menusuk seperti duri yang sengaja diselipkan di bawah kulit.Lalu suara Putri, lembut, berbalut madu, namun di dalamnya berdenyut racun.“Naila, kami cuma ngobrol santai dengan ayahmu, mengenang masa lalu. Kenapa memangnya?”Nada suara itu menyulut api yang seketika menyambar darah Naila. Nafasnya memburu, naik-turun seperti api yang disiram minyak. Wajahnya memerah, jemarinya menggenggam ponsel begitu erat hingga buku jarinya memutih.“Apa salah Ayahku ke kalian? Apa kamu dan ayahmu nggak punya hati nurani sedikit pun?” Suara Naila bergetar, tapi penuh tenaga, seperti anak panah yang dilepaskan dengan dendam.

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 15: Aku Nggak Akan Tinggal Diam

    Begitu pintu kantor Gendis terbuka, udara koridor menyergap Naila. Awalnya dingin, segar, tapi dalam hitungan detik berubah jadi sesak, seolah lorong itu berkonspirasi menekan dadanya.Di depan pintu laboratorium, Putri sudah menunggu. Tubuhnya tegak, kedua tangan menyilang di dada, tatapan matanya tajam—tajam seperti bayangan yang selalu menempel, tak pernah bisa diusir.“Naila, kamu sengaja, ya?” Suaranya lirih tapi menusuk, nada tinggi yang lebih mirip belati berkilat di bawah lampu neon koridor.Naila menghentikan langkahnya. Wajahnya datar. Tak ada senyum, tak ada raut terkejut. Garis bibirnya rapat, matanya tenang, meski jauh di dalam, ada bara kecil yang nyaris menyala.“Sengaja apa?” tanya Naila, dengan suara rendah, stab

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 14: Aku Bersyukur atas Perhatianmu

    Dunia seakan berhenti. Ponsel dalam genggaman Naila bergetar pelan, seolah makhluk kecil yang tak lelah mengusik ketenangan, tapi justru membuat jari-jarinya semakin kaku mencengkeram.Ujung kukunya menekan kulit hingga memutih. Sunyi merambat di dadanya, hanya suara napas berat yang terputus-putus, naik turun, seperti Naila sedang berusaha meraih udara di ruangan yang tiba-tiba terasa terlalu sempit untuk menampung dirinya.Dengan gerakan cepat namun gemetar, Naila mengetuk layar, mengambil tangkapan pesan itu, lalu langsung mengirimkannya pada Rama. Ia tidak menambahkan sepatah kata pun. Tak ada kebutuhan untuk menjelaskan, tak ada ruang untuk alasan.Setelah itu, tanpa ragu, Naila menekan satu tombol terakhir: blokir. Jessie lenyap dari daftar kontaknya, tapi tidak dari ingatannya.

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 13: Kamu Masih Marah?

    Lorong menuju laboratorium berbau dingin, seolah dindingnya menyerap setiap langkah yang lewat. Aroma logam tua berpadu dengan lembap cat yang memudar, membuat napas sedikit berat.Di ujung lorong, pintu besi bercat putih gading berdiri tegak. Bahkan sebelum pintu itu terbuka, bau khas kimia sudah menyelinap masuk: alkohol menusuk, resin berbau getir, dan jejak logam samar yang membuat lidah seperti berkarat.Begitu pintu didorong, ruangan penuh cahaya lampu neon menyambut. Kilau kaca tabung reaksi memantulkan sinar, membuat meja-meja kerja tampak seperti permukaan danau yang pecah oleh riak kecil.Suara berdenting alat gelas bercampur dengan bisikan diskusi para peneliti, menciptakan musik latar yang hanya dimengerti mereka yang terbiasa hidup di dunia eksperimen.

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 12: Seperti Kucing Kehujanan

    Di luar, hujan mencakar bumi tanpa ampun. Butir-butirnya jatuh deras, berderai seperti rentetan benang perak yang dijatuhkan langit dengan murka. Trotoar basah berkilau di bawah lampu jalan, memantulkan cahaya temaram yang pecah di genangan air.Naila berdiri di sana, tubuhnya sedikit terbungkuk, jemari mungilnya mencengkeram erat kantong belanjaan hingga plastiknya berderit pelan.Udara dingin menusuk kulit, membuat napasnya berembus tipis-tipis. Perempuan itu melirik layar ponsel, jempolnya sempat melayang di atas ikon aplikasi taksi online.Satu tarikan napas lagi mungkin akan membuatnya menekan, kalau saja mobil hitam dengan bodi mengilap itu tidak berhenti tepat di depannya.Maybach. Jendela belakang perlahan turun, menyingkap wajah Galih Santosa y

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 11: Seperti Kelinci yang Menggigit

    Keesokan paginya, di sebuah kantor agen properti kecil di Tebet, tangan Naila sempat bergetar ketika pena menyentuh kertas. Garis tanda tangannya tak hanya sekadar formalitas—itu adalah kunci keputusan besar: sebuah apartemen mungil untuk satu tahun penuh. Satu tahun tanpa Rama.Uang sewa tiga bulan Naila serahkan. Beberapa lembar bukti pembayaran berpindah tangan, dan tatapannya jatuh pada angka-angka itu. Hatinya berdenyut campur aduk. Dompet perempuan itu kini menipis, hanya tersisa beberapa lembar lusuh, bahkan tak cukup untuk membeli tas kerja mahal baru. Namun di balik cemas itu, ada sensasi aneh yang menyelinap. Seperti beban besi yang akhirnya terguling dari bahunya.Unit apartemen mungil itu menyambut dengan kesunyian. Aroma cat dinding masih samar, bercampur dengan bau debu lembap yang lama terkurung. Lantai keramik memantulkan cahaya siang, licin tapi berlapis debu tipis. Naila membuka jendela; angin membawa masuk bau hujan yang masih segar. Dengan tangan kecilnya ia me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status